Isolasi Natrium Alginat Dari Talus Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

(1)

(2)

Lampiran 2.Gambar tumbuhan segar dan simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

A. Tumbuhan Segar Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard


(3)

(4)

Lampiran 4. Gambar mikroskopik serbuk simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

Keterangan:

1 = Sel parenkim berisi pigmen coklat 2 = Sel parenkim

3 = Sel propagule bersel satu 4 = Sel propagule bersel dua 5 = Sel propagule bersel tiga

1 2 3 4 5


(5)

Lampiran 5. Perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agard

1. Perhitungan kadar air

Volume air (ml)

% Kadar air simplisia = x 100% Berat sampel (g)

No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml)

1 5,0345 1,50 1,86

2 5,0720 1,86 1,23

3 5,0165 1,23 1,59

Volume akhir-Volume awal

% Kadar air = x 100% Berat sampel

1,86-1,50

1. Kadar air = x 100% = 7,15% 5,0345

1,23-1,86

2. Kadar air = x 100% = 7,29% 5,0720

1,59-1,86

3. Kadar air = x 100% = 7,17% 5,0165

7,15%+7,29%+7,17%

% Rata-rata kadar air = = 7,20% 3

2. Perhitungan kadar sari larut dalam air

Berat sari (g) 100

% Kadar sari larut dalam air = x x 100% Berat sampel (g) 20

No. Berat sampel (g) Berat sari (g)

1 5,0257 0,6374

2 5,0401 0,6501

3 5,0102 0,6603

0,6374 100

1. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 63,41% 5,0257 20

0,6501 100

2. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 64,49% 5,0401 20


(6)

Lampiran 5 (Lanjutan)

0,6603 100

3. Kadar sari larut dalam air = x x 100% = 65,89%

5,0102 20

63,41%+64,49%+65,89%

% Rata-rata kadar sari larut dalam air = = 64,59% 3

4. Perhitungan kadar sari larut dalam etanol

Berat sari (g) 100

% Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% Berat sampel(g) 20

No. Berat sampel (g) Berat sari (g)

1 5,0321 0,0552

2 5,0502 0,0543

3 5,0631 0,0537

0,0552 100

1. Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% = 5,48% 5,0321 20

0,0543 100

2. Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% = 5,37% 5,0502 20

0,0537 100

3. Kadar sari larut etanol = x x 100% = 5,30% 5,0631 20

5,48%+5,37%+5,30% % Rata-rata kadar sari larut dalam etanol =

3

= 5,38%

4. Perhitungan kadar abu total Berat abu (g)

% Kadar abu total = x 100% Berat sampel (g)

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1 2,0574 0,5884

2 2,1730 0,6805


(7)

Lampiran 5 (Lanjutan)

0,5884

1. Kadar abu total = x 100% = 28,59 % 2,0574

0,6805

2. Kadar abu total = x 100% = 31,31% 2,1730

0,4931

3. Kadar abu total = x 100% = 24,29% 2,0300

28,59%+31,31%+24,29% % Rata-rata kadar abu total = = 28,06%

3 5. Perhitungan kadar abu tidak larut asam

Berat abu (g)

% Kadar abu tidak larut asam = x 100% Berat sampel

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1 2,0712 0,0363

2 2,1425 0,0498

3 2,0543 0,0312

0,0363

1. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 1,75%

2,0712

0,0498

2. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 2,32%

2,1425

0,0312

3. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 1,51%

2,0543

1,75%+2,32%+1,51%

% Rata-rata kadar abu tidak larut asam = = 1,86% 3


(8)

Lampiran 6. Bagan isolasi dan karakterisasi Natrium alginat 100 g serbuk yang telah

diisolasi fukoidannya

Direndam dengan HCl 5% selama 2 jam, disaring Dicuci dengan air suling sampai netral (pH 7)

Filtrat Residu

Direndam dengan Na2CO3 5% pada suhu 50-60oC selama 2 jam Disaring

Filtrat Residu

Ditambahkan CaCl2 1% Endapan kalsium alginat

Ditambahkan HCl 5% sedikit demi sedikit Asam alginat

Dicuci dengan air suling sampai netral (pH 7) Ditambahkan Na2CO3 5% sedikit demi sedikit Larutan natrium alginat

Diendapkan dengan isopropanol 95%

Dikeringkan pada suhu 50oC dan dihaluskan Serbuk natrium alginat

Dikarakterisasi

Kadar abu total

Kadar abu tidak larut asam

Viskositas Susut pengeringan

Spektrofotometri UV

Spektrofotometri IR Dikarakterisasi


(9)

Lampiran 7. Perhitungan rendemendan warna natrium alginat yang diperoleh dari

Sargassum ilicifolium(Turner) C. Agard

Rendemen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Berat hasil isolasi (g)

% Rendemen natrium alginat = x 100% Berat sampel mula-mula (g)

Contoh perhitungan :

19,4

% Rendemen natrium alginat = x 100% 100


(10)

(11)

Lampiran 9. Perhitungan karakteristik natrium alginat hasil isolasi 1. Perhitungan viskositas natrium alginat

Viskositas = faktor koreksi x skala 1. Viskositas = 25 x 1

= 25 cps 2. Viskositas = 25 x 1 = 25 cps 3. Viskositas = 25 x 1 = 25 cps 2. Perhitungan kadar abu total

Berat abu (g)

% Kadar abu total = x 100% Berat sampel (g)

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1 2,0875 0,9890

2 2,0667 0,9696

3 2,0693 0,9703

0,9890

a. Kadar abu total = x 100% = 47,37% 2,0875

0,9696

b. Kadar abu total = x 100% = 46,91% 2,0667

0,9703

c. Kadar abu total = x 100% = 46,89% 2,0693

47,37%+46,91%+46,89%

% Rata-rata kadar abu total = = 47,05% 3

3. Perhitungan kadar abu tidak larut asam

Berat abu (g)

% Kadar abu tidak larut asam = x 100% Berat sampel


(12)

Lampiran 9(Lanjutan)

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1 2,0554 0,1209

2 2,0713 0,1389

3 2,0778 0,1399

0,1209

a. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 5,88%

2,0554

0,1389

b. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 6,70%

2,0713

0,1399

c. Kadar abu tidak larut asam = x 100% = 6,73%

2,0778

5,88%+6,70%+6,73%

% Rata-rata kadar abu tidak larut asam = = 6,43% 3

4. Perhitungan susut pengeringan a-b

% Susut pengeringan = x 100% a

a = berat bahan awal

b = berat bahan setelah pengeringan

No. Berat sampel (g) Berat sampel setelah pengeringan (g)1

1 1,0312 0,9197

2 1,0540 0,9208

3 1,0601 0,9302

1,0312 g - 0,9197 g

1. % Susut pengeringan = x 100% = 10,81% 1,0312 g

1,0540 g – 0,9208 g

2. % Susut pengeringan = x 100% = 12,63% 1,0540

1,0601 g – 0,9302 g

3. % Susut pengeringan = x 100% = 12,99% 1,0601

10,81% + 12,63%+12,99%


(13)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, A.R. (2014). Serburia Suplemen Tulang Ikan Bandeng dengan Cangkang Kapsul Alginat Untuk Mencegah Osteoporosis.Jurnal Ilmiah

Mahasiswa. 4(1).Halaman 2.

Agnessya, R. (2008). Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat Dalam Fomulasi Skin Lotion.Skripsi.Bogor. Institut Pertanian Bogor: Halaman 17, 28, 32, 34.

Aryani, Y. (2004). Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Alginat dari Talus Rumput Laut Sargassum polycystum C. Agardh.Skripsi. Medan: Jurusan Farmasi FMIPA USU.

Aslan, L.M. (1998). Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Kanisius. Halaman 16 dan 30.

Atmaja, W.S., Kadi, A., Sulistijo dan Satari, R. (1996).Pengenalan Jenis-Jenis

Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang Osenologi LIPI. Halaman

56-57.

Bustami (2015).Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Alginat dari Talus Turbinaria decurens Bory.Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi USU. Caroline, V. (2012).Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji

Aktivitas Biologi Ekstrak Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.

Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 300-334.

Depkes RI, (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 321, 323, 325.

Depkes RI.(2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11, 17.

Ditjen PEN. (2013). Rumput Laut Indonesia. Jakarta. Departemen Perdagangan. Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 9, 32, 896.

Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 47, 1038.

Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.


(15)

Fitrya.(2010). Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Alga Padina Australis Hauck (Dictyotaceae).Jurnal Penelitian Sains. Sumatera Selatan : Universitas Sriwijaya. 13.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi kedua. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 6, 49, 240.

Harni, H.R. (2016). Uji Aktivitas Antiinflamasi dan Isolasi Senyawa Fukoidan dari Talus Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium Terhadap Tikus Jantan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.

Husni, A., Subaryono Y.P., Tazwir U. (2012). Pengembangan Metode Ekstraksi Alginat Dari Rumput Laut Sargassum sp. Sebagai Bahan Pengental.

Agritech. 32(1). Halaman 2.

Indriani, Hety, Emi, S. (1999). Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput

Laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 54.

Jayanudin, Ayu Z.L., dan Feni, N. (2014). Pengaruh Suhu dan Rasio Pelarut Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Viskositas Natrium Alginat Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.). Jurnal Integrasi Proses. 5(1).

Marpaung,P.E.N. (2005). Karakterisasi dan Isolasi Alginat dari Ampas Ekstraksi Aseton Talus Rumput Laut Turbinaria decurens Bory. Skripsi. Medan: Jurusan Farmasi FMIPA USU.

Masri, M. (2014). Kajian Enzim L.Asparaginase Dari Bakteri Simbion Makroalga

Sargassum polycistum: Produksi, Pemurnian, Karakterisasi dan Aplikasi

Dalam Menghambat Poliferase Sel Kanker Hela. Disertasi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Priono, B. (2013). Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi Perikanan. Media Akuakultur. 8(1). Halaman 1 dan 2.

Rachman, S.A. (2015). Pemgukuran Kadar Natrium Alginat Dari Alga Coklat Spesies Padina sp. Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bahan Cetak Kedokteran Gigi (Irreverible Hydrocolloid Impression Material). Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin. Halaman 180.

Rachmat, R. (1999). Potensi Alga Coklat di Indonesia dan Prospek

Pemanfaatannya. IFI.

Rasyid, A.(2010). Ekstraksi Natrium Alginat Dari Alga Coklat Sargassum

echinocarphum.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.

Rimelda, N. (2013). Isolasi dan Karakterasi Natrium Alginat dari Alga Coklat

Sargassum plagyophyllum(Martins) J.G Agardh Serta Pengaruh

Penambahan Konsentrasi Pemutih Terhadap Viskositas. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.


(16)

Rohaman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 229 dan 234.

Santoso, L., dan Yudha T.N. (2008). Pengendalian Penyakit Ice-Ice Untuk Meningkatkan Priduksi Rumput Laut Indonesia.Jurnal Saintek Perikanan. 3(2).Halaman 3.

Septiana, A.T.(2012). Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat

Sargassum duplicatum Menggunakan berbagai pelarut dan metode

ekstraksi. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput. Purwokerto.

Sinurat, E.(2007). Aplikasi Alginat Sebagai Bahan Pengental Pada Pencapan Batik.Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Sinurat, E. (2011). Isolasi dan Karaterisasi Serta Uji Aktivitas Fukoidan Sebagai

Antikoagulan dari Rumput Laut Coklat (Sargassum crasifolium).Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia.

Sosiawan, A. (1996). Penambahan Rumput Laut Turbinaria sp. dan Sargassum

sp. Untuk Meningkatkan Kandungan Iodium Mie Basah.Skripsi.Jurusan

Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Subaryono.(2010). Modifikasi Alginat Dan Pemanfaatan Produknya.Squalen.5(1).Halaman 2 dan 3.

Supomo.(2002). Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Alginat dari Talus Rumput Laut Sargassum crassifolium J. Agardh dan Turbinaria conoides J. Agradh.Skripsi. Medan: Jurusan Farmasi FMIPA USU.

Wardani, W. (2008).Isolasi dan Karaterisasi Natrium Alginat dari Rumput Laut

Sargassum sp Untuk Pembuatan Bakso Ikan Tenggiri (Scomberomus commerson).Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret.

Widyastuti, S. (2009).Kadar Alginat Rumput Laut Yang Tumbuh Di Perairan Laut Lombok Yang Diekstraksi Dengan Dua Metode Ekstraksi.Jurnal

Teknologi Pertanian. 10(8).Halaman 2.

World Health Organization. (1998). Quality Control Methods for Medicinal Plant

Materials. Geneva: World Health Organization. Halaman 33-35.

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan denganmetode eksperimental.Tahapan penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan, skrining fitokimia, pemeriksaan karakteristik simplisia,isolasi alginat dan karateristik alginat yaitu penetapan viskositas, penetapan kadar abu, penetapan susut pengeringan, analisis senyawa alginat secara spektrofotometri ultravioletdan spektrofotometri FTIR.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, alat tanur(Nebertherm), blender (Philips),lemari pengering, neraca analitik (Mettler Toledo), neraca kasar (Ohanus), oven (Memmert), termometer, penangas air, cawan porselin berdasar rata, krus porselin bertutup, desikator, spatula, labu bersumbat, botol timbang dangkal bertutup, pH indikator universal, spektrofotometerUV dan FTIR (Shimadzu).

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah talus rumput laut coklat Sargassum ilicifolium C. Agardyang telah diisolasi fukoidannya danbahan


(18)

kimia lainnya adalah HCl 5%, Na karbonat 5%, CaCl2 1%, isopropanol 95%, α -naftol, amil alkohol, asam nitrat pekat, asam asetat anhidrat, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, benzena, besi (III) klorida, bismuth nitrat, etilasetat, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium klorida, n-heksana, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, timbal (II) asetat, kloralhidratdan toluena.

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.4.1 Larutan asam klorida 5%

Diencerkan 13,51 ml asam klorida pro analis dicampurkan dengan akuades dan dicukupkan hingga 100 ml.

3.4.2 Larutan natrium karbonat 5%

Sebanyak 5 gram Na karbonat dilarutkan dalam 100 ml akuades. 3.4.3 Larutan kalsium klorida 1%

Sebanyak 1 gram kalsium klorida dilarutkan dalam 100 ml akuades. 3.4.4 Pereaksi Meyer

Sebanyak 2,266 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml dan pada wadah lain dilarutkan 50 g kalium iodida dalam 100 ml air suling. 60 ml larutan I dicampurkan dengan 10 ml larutan II dan ditambahkan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).

3.4.5 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1979).

3.4.6 Pereaksi Dragendorff


(19)

HCl pekat dan 10 ml air; (2) 6 g kalium iodida dalam 10 ml air. Larutan persediaan ini dicampur dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air (Harborne, 1987). 3.4.7 Pereaksi besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml, lalu disaring (Ditjen POM RI, 1979).

3.4.8 Pereaksi asam klorida 2 N

Asam klorida pekat sebanyak 16,6 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml (Ditjen POM RI, 1979).

3.4.9 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang kemudian dilarutkan dalam air suling secukupnya sampai KI larut dengan sempurna, lalu ditambahkan 2 g iodium sedikit demi sedikit.Setelah semuanya larut, dicukupkan dengan air suling hingga volume 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).

3.4.10 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).

3.4.11 Pereaksi Liebermann-Burchard

Campurkan 5 ml asam sulfat pekat dengan 50 ml etanol. Tambahkan hati-hati 5 ml asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan (Ditjen POM RI, 1995).

3.4.12 Pereaksi Molisch

Sebanyak 3 g alfa naftol P dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).

3.4.13 Pereaksi kloralhidrat


(20)

dalam 20 ml air (Ditjen POM RI, 1995). 3.4.14 Larutan asam sulfat 2 N

Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml (Ditjen POM RI, 1995).

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan 3.5.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah yang lain. Umur tumbuhan yang diambil tidak diperhitungkan. Tumbuhan yang digunakan adalah talus rumput laut coklat

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yang diambil dari perairan pantai

Poncan, Kota Madya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara yang telah diisolasi fukoidannya (Harni, 2016).

3.5.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi bahan tumbuhan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pusat Penelitian Oseanografi di Jakarta. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah rumput laut coklat

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard. Hasil identifikasi dapat dilihat pada

Lampiran 1 halaman41. 3.5.3 Pembuatan simplisia

Talus rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa karang yang melekat lalu dicuci dengan air mengalir sampai bersih, ditiriskan dan disebar di atas kertas agar airnya terserap, lalu ditimbang berat basah 26 kg. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-angin di udara dan dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-500C hingga


(21)

rapuh (bisa dipatahkan), kemudian disortasi kering dan diperoleh berat 2,5 kg, lalu dihaluskan sampai menjadi serbuk. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman43.

3.6Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 3.6.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan maskroskopik simplisia meliputi pengamatan terhadap bentuk talus, bentuk percabangan dan warna talus simplisia rumput lautcoklat

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard. Gambar makroskopik talus rumput laut

coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agarddapat dilihat pada Lampiran 2 halaman42.

3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik simplisia dilakukan terhadap serbuk simplisia talus rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardyang dikeringkan. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan koralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop. Gambar mikroskopik simplisia talus rumput laut coklat Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agard dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman44.

3.6.3 Penetapan kadar air a. Penjenuhan toluen

Toluen sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 ml air suling, kemudian alat untuk penetapan kadar air dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dan dengan ketelitian 0,1 ml.


(22)

b. Penetapan kadar air simplisia

Labu berisi toluene tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik dan setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,1 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman45. 3.6.4 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam aquadest sampai 1 L) dengan menggunakan botol bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).Perhitungan kadar sari larut air dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 45.

3.6.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 % dengan menggunakan botol bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sebanyak


(23)

20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).Perhitungan kadar sari larut etanol dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman46.

3.6.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2,5 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan perlahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman46. 3.6.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, dinginkan, dan ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman47.

3.7 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dari serbuk simplisiarumput lautcoklat Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agardmeliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloida,


(24)

3.7.1 Pemeriksaan alkaloid

klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanasakan di atas penangas air selama 2 menit. Didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan sebagai berikut :

a. Filtrat sebayak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer, akan terbentuk endapan menggumpal bewarna putih atau kuning.

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.

c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan merah atau jingga.

Serbuk mengandung alkaloida jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan menggunakan dua golongan larutan percobaan (Depkes RI, 1995).

3.7.2 Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditambahkan 20 ml air panas, dididihkan selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas, kemudian ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan campuran memisah. Flavonoida dikatakan positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.7.3 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia rumput lautcoklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya senyawa saponin (Depkes RI, 1995).


(25)

3.7.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi warna hijau, biru atau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.7.5 Pemeriksaan glikosida

Sebanyak 3 g serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran etanol 95 % dengan air suling (7:3), ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH 2, kemudian direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Kumpulan sari air diuapkan dengan temperatur tidak lebih dari 50o C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa dipakai untuk percobaan berikut:

a. Larutan sisa dimasukkan ke dalam tabung reaksi selanjutnya diuapkan di atas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula.

b. Larutan percobaan diuapkan di atas penangas air. Larutkan sisa dalam 5 ml asam asetat anhidrat. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat akan terjadi warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida (Depkes RI, 1995).

3.7.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes


(26)

asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, pink atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Farnsworth, 1966).

3.8 Isolasi alginat

Proses isolasi alginat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap praekstraksi,isolasi dan pembuatan natrium alginat(Rimelda, 2012).

3.8.1 Tahap praekstraksi

Sebanyak 100 g serbuk kering Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yang telah diisolasi fukoidannya direndam dengan larutan asam klorida 5% selama 2 jam kemudian disaring, lalu ampas dicuci dengan air suling sampai netral.

3.8.2Tahap ekstraksi

Ampas yang telah dicuci selanjutnya diekstraksi menggunakan larutan natrium karbonat 5% dengan pemanasan 50-600C selama 2 jam, selanjutnya disaring. Larutan natrium alginat yang diperoleh ditambahkan dengan kalsium klorida 1% sehingga terbentuk kalsium alginat dalam bentuk gel. Kalsium alginat yang diperoleh diubah menjadi asam alginat dengan menambahkan larutan asam klorida 5% sedikit demi sedikit sampai pH 3. Asam alginat yang berbentuk gel selanjutnya disaring dan dicuci dengan air suling sampai netral.

3.8.3Tahap pembuatan natrium alginat

Asam alginat yang berbentuk gel dilarutkan dalam larutan natrium karbonat 5% sampai pH 8-9 sehingga terbentuk natrium alginat. Natrium alginat yang terbentuk diendapkan dengan isopropanol 95%. Natrium alginat yang diperoleh dikeringkandi oven pada suhu 50oC lalu dihaluskan di dalam lumping


(27)

dan kemudian ditimbang. Bagan isolasi dan karakterisasi natrium alginat dapat dilihat pada Lampiran 6halaman48. Rendemen dari natrium alginat dapat dilihat pada Lampiran7 halaman49 dan warna natrium alginat dapat dilihat pada Lampiran8 halaman50.

3.9 Identifikasi Alginat (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995)

1. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1N, ditambahkan 1 ml kalsium klorida terbentuk endapan ruah berupa jeli.

2. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1 N, ditambahkan 1 ml asam sulfat 4N terbentuk endapan berat berupa jeli.

3.10 Pemeriksaan Karakterisasi Natrium Alginat

Karakterisasi natrium alginat meliputi cara fisika dan fisikokimia. Pemeriksaan fisika meliputi penetapan viskositas, penetapan kadar abu dan penetapan susut pengeringan. Pemeriksaan fisikokimia meliputi analisis spektrofotometri inframerah dan spektrofotometri ultraviolet.

3.10.1 Penetapanviskositas

Viskositas natrium alginat diukur dengan menggunakan viskosimeter

Brookfield (Brookfield Engineering Laboratories), yaitu dengan cara: beaker glass berisi sampel diletakkan di bawah tempat spindel, dipasang spindel sesuai

nomor, lalu spindel diturunkan hingga permukaan cairan mencapai batas spindle. Diatur kecepatan, kemudian tekan tombol ON untuk menghidupkan. Lihat dengan teliti jarum yang bergerak pada skala hingga jarum stabil pada skala tertentu, viskositas ditentukan dengan: viskositas = faktor koreksi x skala terbaca. Pengukuran viskositas dilakukan pada konsentrasi natrium alginat 1% (b/v) dalam


(28)

air suling dan dinyatakan dengan sentipois (cps).Conttrell dan Konvacs, 1980).Perlakuan diulang 3 kali (triplo).Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 51.

3.10.2 Penetapan kadarabu total

Penetapan kadar abu total dilakukan sama seperti penetapan kadar abu simplisia (Materia Medika Indonesia, 1989;; WHO, 1992). Hasil penetapan kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 9halaman51.

3.10.3Penetapan kadarabu tidak larut asam

Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan sama seperti penetapan kadar abu tidak larut asam simplisia (Materia Medika Indonesia, 1989; WHO, 1992). Hasil penetapan kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman51. 3.10.4 Penetapan susut pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Sebanyak 1 g serbuk kering ditimbang seksama dalam cawan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit. Zat diratakan dalam cawan hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm, dimasukkan ke dalam ruang pengering, dibuka tutupnya lalu dikeringkan pada suhu 1050C selama 5 jam hingga bobot tetap. Susut pengeringan dihitung terhadap bahan awal (Materia Medika Indonesia, 1989; WHO, 1992). Hasil penetapan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran9 halaman 52.

3.11 Karakterisasi dengan Spektrofotometri Ultraviolet

Ditimbang 20 mg serbuk natrium alginat, dilarutkan dengan asam klorida 0,1N dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan hingga garis


(29)

tanda. Diukur pada serapan 0,2-0,6. Kemudian dibandingkan dengan senyawa natrium alginat baku.

3.12Karakterisasi dengan Spektrofotometri Inframerah

Serbuk natrium alginat dicampur dengan KBr dan digerus di dalam lumpang kemudian ditekan hingga diperoleh pelet kemudian dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer FTIR, diukur serapannya pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1. Kemudian dibandingkan dengan spektrum senyawa natrium alginat baku.


(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pusat Penelitian Oseanografi di Jakarta.Hasil dari identifikasi tersebut adalah talus rumput laut coklat Sargassum ilicifolium(Turner) C. Agard, divisi Phaeophyta, kelas Phaeophyceae, bangsa Fucales, suku Sargassaceae dan marga Sargassum.

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik rumput laut coklat Sargassum illicifolium (Turner) C. Agard adalah berbentuk talus, berwarna coklat kehitaman, berbau khas dan tidak berasa.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rumput laut coklat

Sargassum illicifolium (Turner) C. Agardmemperlihatkan adanya sel parenkim,

sel parenkim berisi pigmen coklat, sel propagule bersel satu, sel propagule bersel dua dan sel propagule bersel tiga.

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia

Hasil karakteristik serbuk simplisia rumput laut coklat Sargassum

illicifolium (Turner) C. Agardmeliputi pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air,

kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.


(31)

Tabel 4.1Hasilpemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia rumput laut coklat

Sargassum illicifolium (Turner) C. Agard

No. Parameter Hasil (%) Hasil penelitian oleh Caroline (2010)

1. Kadar air 7,20 7,26

2. Kadar sari larut air 64,59 5,89

3. Kadar sari larut etanol 5,38 1,72

4. Kadar abu total 28,06 13,56

5. Kadar abu tidak larut asam 1,86 0,88

Kadar air simplisia yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan ini disebabkan proses pengeringan dan tempat pengambilan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yang berbeda.Penetapan kadar air dilakukan untuk menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan kandungan air yang masih dapat ditolerir untuk menjaga stabilitasnya (Depkes RI, 2000).

Kadar sari larut dalam air simplisia adalah 64,59% sedangkan Caroline (2010) memperoleh 5,89%. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena waktu, umur, dan tempat pengambilan rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yang berbeda. Penetapan kadar sari larut dalam air untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang larut dalam air dari suatu simplisia dan memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan. Senyawa yang bersifat polar larut dalam air akan tersari oleh air diantaranya adalah senyawa metabolit primer yaitu karbohidrat dan protein.

Kadar sari larut dalam etanol simplisia adalah 5,38% sedangkan Caroline (2010) adalah 1,72%. Penetapan kadar ini dilakukan untuk memberikan gambaran awal kandungan atau jumlah senyawa kimia yang larut dalam etanol dari suatu simplisia (Depkes RI, 2000).


(32)

Kadar abu total simplisia adalah 28,06% sedangkan Caroline (2010) 13,56%. Tingginya kadar abu yang diperoleh karena umumnya alga coklat mengandung mineral yang tinggi (Sulistijo dan Rachmaniar, 1996). Penetapan kadar abu total dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Depkes RI, 2000).

Kadar abu tidak larut asam simplisia adalah 1,86% sedangkan Caroline (2010) adalah 0,88%. Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat (Fitrya, 2010).

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Penentuan golongan senyawa kimia simplisiaSargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisiaSargassum ilicifolium (Turner) C. Agard dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Skrining yang dilakukan pada penelitian inimenunjukkan hasil yang positif terhadap glikosida,triterpenoid/steroid dan saponin.

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

No. Parameter Hasil Caroline (2012)

1. Alkaloid - -

2. Flavonoid - -

3. Glikosida + +

4. Saponin + -

5. Tanin - +

6. Steroid/Triterpenoid + +

Keterangan:

(+) positif : mengandung golongan senyawa (-) negatif : tidak mengandung golongan senyawa


(33)

Serbuk simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardyang ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan dan hal ini menunjukkan adanya glikosida. Penambahan pereaksi Liebermann-Burchard memberikan warna hijau menunjukkan adanya steroida. Penambahan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, dan terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil menunjukan adanya saponin.

4.4 Hasil Isolasi Senyawa Natrium Alginat

Pada tahap praekstraksi dilakukan dengan perendaman menggunakan asam klorida 5%. Hal ini bertujuan untuk melarutkan garam mineral, karbohidrat, dan protein. Pada tahap ekstraksi digunakan natrium karbonat 5%. Tahap ini bertujuan untuk memisahkan selulosa dan larutan natrium alginat yang terdapat pada sel alga coklat (Indriani, 1999). Tahap ini dibuat pada pH basa karena pH basa dapat mengakibatkan sel alga menggelembung kemudian pecah dan rusak sehingga alginat dapat keluar dari sel. Penambahan kalsium kloridabertujuan untuk memisahkan alginat dengan polimer asidik lain seperti laminaran sehingga diperoleh endapan kalsium alginat. Kalsium klorida pada isolasi alginat untuk menghilangkan sebagian besar laminaran, manitol, garam dan komponen karbohidrat yang lain yang ada dalam rumput laut (Wardani, 2008). Penambahan asam klorida 5% bertujuan untuk mengubah kalsium alginat menjadi asam alginat yang mengapung di permukaan larutan.Larutan natrium alginat ditambahkan asam klorida dengan hasil algin dalam bentuk endapan asam alginat (Indriani, 1999).Penambahan natrium karbonat 5% untuk mengubah asam alginat menjadi natrium alginat. Asam-asam alginat diberi larutan basa dan diperoleh hasil akhir


(34)

berupa garam algin dan air (Indriani, 1999). Penambahan natrium karbonat sedikit demi sedikit sampai pH larutan 9. Menurut literature garam alginat paling stabil pada pH 4-10. Larutan isopropanol digunakan untuk memurnikan natrium alginat karena isopropanol mampu mengikat air dari larutan natrium alginat sehingga natrium alginat dapat tertinggal dan mengendap.

Hasil identifikasi alginat secara kualitatif yang dilakukan memberikan hasil yang positif sehingga dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (1995). Pada penambahan natrium hidroksida 0,1N dan CaCl2terbentuk endapan keruh seperti jeli sedangkan penambahan asam sulfat 4N dan natrium hidroksida 0,1N terbentuk endapan berat seperti jeli. Rendemen natrium alginat yang dihasilkan adalah 19,4%. Menurut Ekstra Farmakope Indonesia (1974) syarat rendemen natrium alginat adalah > 18%. Sehingga rendemen hasil isolasi yang dihasilkan memenuhi persyratan yang ditetapkan.

4.5 Hasil Karakterisasi Natrium Alginat

Karakterisasi senyawa natrium alginat hasil isolasi Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yaitu penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam dan penetapan viskositas. Hasil karakterisasi dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 4.3 Spesifikasi natrium alginat hasil isolasi

No. Parameter Hasil isolasi

1 Susut pengeringan 12,14

2 Kadar abu total 47,05

3 Kadar abu tidak larut asam 6,43


(35)

Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam senyawa natrium alginat. Hasil rata-rata penetapan susut pengeringan natrium alginat yaitu sehingga memenuhi syarat. Kadar abu natrium alginat hasil isolasi adalah 47,05%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar abu natrium alginat yang dihasilkan tidak memenuhi syarat. Kadar abu tidak larut asam natrium alginat hasil isolasi adalah 6,43%. Viskositas natrium alginat hasil isolasi yaitu 25 cps sehingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

4.6 Hasil Analisis Natrium Alginat Secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV) Analisis senyawa natrium alginat secara spektrofotometri UV dilakukan sebagai pendukung identifikasi, yaitu dengan membandingkan bentuk kurva serapan senyawa natrium alginat baku dengan senyawa natrium alginat hasil isolasi. Dari hasil perbandingan kedua kurva serapan tersebut menunjukkan bentuk yang identik, yang berarti bahwa hasil isolasi dari rumput laut coklat

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard adalah senyawa natrium alginat.


(36)

Gambar 4.2Spektrumnatrium alginat baku (WAKO JAPAN) spektrofotometer ultraviolet-1240

4.7 Hasil Analisis Natrium Alginat Secara Spektrofotometri FTIR

Spektrum natrium alginat pembanding menunjukkan serapan pada daerah 3448 cm-1 untuk O-H, serapan pada daerah 2923 cm-1 untuk C-H alifatik dan serapan yang tampak pada daerah 1629 cm-1 menunjukkan C=O, sedangkan 1413 cm-1 menunjukkan ikatan C-O-H serta terlihat adanya ikatan C-O-C pada daerah sekitar 1039 cm-1.

Tabel 4.4 Data spektrum inframerah natrium alginat hasil isolasi dan natriumalginat pembanding

Bilangan Gelombang (cm-1)

Gugus fungsi Natrium Alginat Hasil

Isolasi

Natrium Alginat Pembanding (Supomo, 2002)

3444 3448 Hidroksil (O-H)

2931 2923 C-H alifatik

1627 1629 Karbonil (C=O)

1415 1413 Ikatan C-O-H


(37)

Penelitian ini menunjukkan puncak-puncak serapan senyawa natrium alginat dari hasil isolasi dan dibandingkan dengan natrium alginat baku menunjukkan adanya sedikit perbedaan. Berdasarkan puncak serapan yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil isolasi dari rumput laut coklat Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agard adalah senyawa natrium alginat.

Gambar 4.3 Spektrum inframerah isolat natrium alginat


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: a. Natrium alginat yang diperoleh dari isolasi Sargassum ilicifolium(Turner) C.

Agardyang telah diisolasi fukoidannyamempunyai rendemen sebesar 19,4%. b. Karakteristik natrium alginat yang dihasilkan dari isolasiSargassum ilicifolium

(Turner) C. Agardyang telah diisolasi fukoidannyaantara lain susut pengeringan 12,14%, kadar abu total 47,05%, kadar abu tidak larut asam 6,43% dan viskositas 25 cps.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasi suatu cangkang kapsul menggunakan senyawa natrium alginat hasil isolasi dan membandingkannya dengan yang ada di pasaran.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Rumput laut merupakan makro algae yang termasuk dalam divisi

Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang

terdiri dari batang/thallus dan tidak memiliki daun serta akar (Ditjen PEN, 2013).Rumput laut coklat hidup melekat pada batu atau bongkahan karang dan dapat terlepas dari substratnya karena ombak besar sehingga dapat hanyut atau terdampar ke atas permukaan pantai.Rumput laut coklat mempunyai warna yang bermacam-macam mulai dari coklat muda sampai coklat tua (Sinurat, 2011). 2.1.1 Habitat dan sebaran rumput laut

Perbedaan sifat dan biologis rumput laut di Indonesia mengakibatkan perbedaan cara penyebaran di wilayah negara kita. Pengetahuan tentang penyebaran tiap-tiap spesies di wilayah tanah air akan membantu dalam menentukan spesies apa yang akan ditanam berdasarkan perbedaan penyebaran tiap spesies (Aslan, 1998). Alga coklat hampir seluruhnya hidup di laut, hanya sedikit yang hidup di air tawar.Kelompok yang termasuk ini adalah ganggang coklat yang diantaranya berukuran sangat besar (Romimohtarto dan Sri, 2001).Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di daerah yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu (Aslan, 1998).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Ciri-ciri jenis ini yaitu talus berbentuk slindris, akar (holdfast) membentuk cakram kecil, “batang” pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun dibagian ujungnya.“Daun” kecil, lonjong rata dan runcing, tepi daun bergerigi dan


(40)

urat daun tidak begitu jelas, gelembung udara atau vesikel bulat telur, duduk pada percabangan, warnanya pirang atau coklat (Atmaja, 1996).

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Taksonomi rumput laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Bangsa : Fucales Suku : Sargassaceae Marga : Sargassum

Jenis : Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard 2.1.4 Nama daerah

Nama daerah dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardadalah Oseng (Kepulauan Seribu) (Aslan, 1998).

2.1.5 Kandungan kimia rumput laut

Zat yang dapat diekstraksi dari algae ini berupa alginat yaitu suatu garam dalam asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium.Zat atau bahan-bahan lain yang terdapat pada jenis algae ini adalah fucosan (Aslan, 1998). Komposisi kimia lainnya menurut Sosiawan (1996) yaitu air (7,54%), lemak (0,46%), abu (62,90%) dan karbohidrat (21,33%). Alga coklat secara umum mengandung pigmen terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen kuning dan coklat, santofil, karotin dan fukosantin.

2.1.6 Budidaya rumput laut

Rumput laut pada awalnya digunakan hanya untuk sayuran. Waktu itu tidak terbayangkan zat apa yang terkandung di dalam rumput laut. Dengan


(41)

berjalannya waktu, pengetahuan tentang rumput laut semakin berkembang dan semakin tahu zat apa yang terkandung dalam rumput laut. Pengetahuan itu digunakan agar rumput laut dapat dimanfaatkan secara optimal.Ganggang coklat sangat potensial untuk dibudidayakan, seperti Sargassum dan Turbinaria (Indriani, 1991).Rumput laut ini berpotensi cukup tinggi untuk dibudidayakan mengingat pertumbuhannya yang cepat dan kemampuannya yang tinggi dalam menyesuaikan terhadap perubahan musim (Husni, 2012).Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi serta jenis substratnya.Rumput laut banyak dijumpai pada daerah perairan dangkal dengan kondisi perairan berpasir, sedikit lumpur atau campuran keduanya (Priono, 2013).Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan rumput laut di perairan pantai (laut) adalah pemilihan lokasi, melakukan uji penanaman, menyiapkan areal budidaya, memilih metode budidaya yang akan digunakan, penyediaan bibit, perawatan selama pemeliharaan, pemanenan dan pengeringan hasil panen (Aslan, 1998).

2.1.7 Manfaat rumput laut

Rumput laut memiliki banyak manfaat di tiap negara dan ada juga yang menjadikan sebagai budaya.Rumput laut pertama kali dikenal di Cina kira-kira 2.700 SM. Pada masa tersebut, rumput laut digunakan untuk obat-obatan dan sayuran. Tahun 65 SM bangsa Romawi menggunakan rumput laut sebagai bahan baku kosmetik, namun pengetahuan tentang rumput laut dari waktu ke waktu semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas (Priono, 2013). Rumput laut banyak digunakan sebagai produk makanan dan kesehatan, pupuk, bahan makanan tambahan, pengendalian cemaran dan bahan kecantikan.


(42)

2.1.7.1 Makanan

Rumput laut telah lama dikonsumsi di seluruh dunia.Makanan yang populer di Jepang disebut sushi.Jepang dan Asia menggunakan rumput laut dalam diet mereka.Masyarakat pesisir di Eropa mengkonsumsi rumput laut sebagai budaya disebut budaya Welsh di Kepulauan Inggris, Irlandia, Skandanavia, seperti Norwegi dan Islandia (Ditjen PEN, 2013).

2.1.7.2 Pupuk

Sebelum muncul pupuk berbasis kimia, rumput laut telah digunakan sebagai pupuk oleh petani pesisir.Perkembangan teknologi saat ini telah mengekstraksi rumput laut ke dalam pupuk kimia untuk penyimpanan yang lebih mudah (Ditjen PEN, 2013).

2.1.7.3 Bahan tambahan makanan

Rumput laut pada saat ini dimanfaatkan sebagai aditif makanan, misalnya digunakan untuk menyimpan es krim halus dan lembut dengan mencegah kristal es saat pembekuan untuk memperlambat kecepatan mencairnya es krim. Rumput laut pada proses pembuatan bir digunakan untuk menstabilkan busa dan rumput laut juga digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan saus, sirup dan mayones (Ditjen PEN, 2013).

2.1.7.4 Pengendalian pencemaran

Rumput laut digunakan untuk menyerap logam secara efektif.Peneliti Eropa menggunakan rumput laut untuk menghilangkan logam dalam air hingga 95% yang dibuang dari tambang (Ditjen PEN, 2013).

2.1.7.5 Bahan kecantikan

Kosmetik dan terapi telah menggunakan produk berbasis rumput laut.Salah satu bentuk terapi yakni mandi rumput laut digunakan dan diyakini


(43)

dapat menyembuhkan penyakit rematik dan radang sendi.Penelitian saat ini telah menyelidiki kemampuan rumput laut untuk menekan kanker.Jepang sebagai negara pengkonsumsi rumput laut per kapita terbesar di dunia, dimana penyakit kanker yang melanda penduduknya terbilang rendah (Ditjen PEN, 2013).

2.2 Alginat

Algin adalah sejenis bahan yang dikandung oleh Phaeophyceae dikenal dalam dunia industri dan perdagangan karena banyak manfaatnya.Algin di dalam dunia industri berbentuk asam alginik (alginic acid) atau alginat.Asam alginik adalah suatu getah selaput (membrane mucilage), sedangkan alginat adalah bentuk garam dari asam alginik.Garam alginat ada yang larut dalam air yaitu sodium alginat, potassium alginat dan ammonium alginat, sedangkan yang tidak larut dalam air adalah kalsium alginat (Aslan, 1998).

Kegunaan alginat dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapis tipis yang tahan terhadap minyak. Dalam industri makanan alginat digunakan dalam pembuatan es krim, susu, roti, kue, permen, mentega, saus, selai dan sirup. Alginat dalam industri farmasi digunakan untuk pembuatan tablet, salep, kapsul, plester dan filter.Industri kosmetik menggunakan alginat dalam pembuatan krim, lotion, sampo dan cat rambut.Industri alginat dalam beberapa proses diperlukan sebagai bahan additive antara lain pada industri tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida dan pestisida (Indriani, 1999).

2.2.1 Struktur alginat

Alginat adalah unsur utama dari alga coklat (Phaeophyta). Alginat berbentuk rantai polisakarida yang tersusun atas monomerβ-D- mannuronat acid


(44)

(M) dan α-L- Guluronat acid (G). Komposisi rantai monomer alginat tergantung pada spesies alga coklat dan bagian thallus yang diekstraksi.Setiap alga coklat mengandung tipe alginat (M/G rasio) yang berbeda tergantung pada waktu panen dan bagiananatomi tumbuhan yang digunakan.Alginat dengan guluronat acid yang tinggi memiliki struktur yang kaku sedangkan alginat dengan mannuronat acid yang tinggi cenderung mamiliki struktur yang tidak kaku (Rachman, 2015).

Asam mannuronat dan guluronat dalam rantai alginat bisa ditemukan berselang seling, tetapi umumnya membentuk struktur kelompok kopolimer dengan kelompok yang hanya mengandung asam guluronat dan kelompok lain mengandung asam mannuronat (Subaryono, 2010).

Gambar 2.1 Struktur natrium alginat Keterangan: G : Guluronat; M : Mannuronat 2.2.2 Sifat fisikokimia alginat

Perbandingan monomer-monomerpenyusun alginat mempengaruhi kekuatan gel larutan alginat. Larutan natrium alginat tidak stabil di atas pH 10 dan terjadi endapan natrium alginat pada pH kurang dari 3,5 (Agnessya, 2008).Kelarutan alginat dan kemampuannya mengikat air tergantung pada jumlah ion karboksilat, berat molekul, dan pH.Kemampuan mengikat air meningkat jika


(45)

jumlah ion karboksilat semakin banyak dan jumlah residu kalsium alginat kurang dari 500. Alginat memiliki sifat-sifat utama yaitu :

1. Kemampuan untuk larut dalam air serta meningkatkan viskositas 2. Kemampuan untuk membentuk gel

3. Kemampuan membentuk film (Abadi, 2010)

Viskositas larutan alginat dipengaruhi oleh berat molekul dan keberadaan ion dalam larutan.Pada kondisi larutan tanpa kation bervalensi dua atau tiga atau dengan adanya bahan pengkelat, viskositas larutan alginat rendah (Subaryono, 2010).

2.2.3 Pembentukan gel alginat

Kemampuan alginat untuk membentuk gel ditentukan oleh proporsi dan panjang blocks pada struktur molekulnya. Bagian monomer guluronat atau G-blocks pada satu molekul alginat dapat terhubung dengan molekul alginat lain melalui cara ion kalsium atau kation multivalent lain. Kation kalsium divalent, Ca2+ masuk ke struktur blok guluronat yang menyerupai egg in an egg box

structure. Ikatan polimer alginat melalui pembentukan junction zone

menghasilkan gelasi pada larutan. Proses gelasi merupakan reaksi antara natrium alginat dengan kalsium sulfat menghasilkan gel kalsium alginat yang tidak larut dalam suatu larutan cair. Reaksi ini berlangsung cepat (Rachman, 2015).

2.3 Rumput Laut Penghasil Alginat

Algin dapat diekstrak dari Alginophyt, yaitu kelompok dari Phaeophyceae yang menghasilkan algin, antara lain dari Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lessonia dan Sargassum (Aslan, 1998). Jenis rumput laut penghasil alginat seperti


(46)

sp. Sargassum dan Turbinaria banyak dijumpai di perairan laut Indonesia,

sedangkan Laminaria, Ascophyllum dan Macrocystis sedikit dijumpai di Indonesia karena jenis tersebut hidup di derah subtropis (Santoso, 2008).

2.4 Penggunaan Alginat

Alginat telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai industri, seperti industri farmasi (5%), tekstil (50%), makanan dan minuman (30%), kertas (6%) serta industri lainnya (9%). Industri farmasi menggunakan alginat pada proses enkapsulasi karena sifatnya yang biokompatibel (Agnessya, 2008).

Alginat juga diketahui memiliki afinitas yang tinggi terhadap logam berat dan unsur radioaktif, sehingga senyawa tersebut dapat membantu dalam membersihkan polusi logam berat dan radioaktif dalam makanan yang dikonsumsi (Widyastuti, 2009). Penggunaan alginat lainnya adalah pada produk makanan yang direstrukturisasi atau dibentuk kembali dan contoh produk restrukturisasi adalah daging yang dibuat dengan cara menyatukan serpihan daging dan dibentuk kembali menjadi serpihan potongan daging dengan pengikat atau binder berupa serbuk natrium alginat, kalsium karbonat, asam laktat dan kalsium laktat. Produk yang dihasilkan berupa nugget, roast meat loaf dan steak (Subaryono, 2010).

2.5 Viskositas

Viskositas dari asam alginat yang berasal dari rumput laut sangat bervariasi tergantung dari jenis spesiesnya.Viskositas dari larutan alginat terutama dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, berat molekul, suhu dan adanya kation logam polivalen.Semakin tinggi konsentrasi atau berat molekul dari alginat, maka semakin tinggi viskositasnya (Agnessya, 2008).


(47)

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet

Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda, sehingga spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Data spektra UV secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif suatu obat atau metabolitnya, tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Semua molekul organik mampu menyerap radiasi elektromagnetik karena semua molekul organik mempunyai elektron valensi yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet (Rohman, 2007).

2.7 Spektrofotometer Inframerah

Spektrofotometer FTIR merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik.Spektrum infra merah umumnya merupakan Spektrofotometer double-beem (berkas ganda) dan terdiri dari 6 bagian yaitu:

1. Sumber sinar

Radiasi inframerah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nerst dan Globar.Pemijar Nerst merupakan batang cekung dari Sirkonium dan Ytrium oksida yang dipanasi hingga 1500oC dengan arus listrik.Pemijar Globar merupakan batang silikon karbida yang dipanasi hingga 1200oC, sehingga memancarkan radiasi kontinu pada daerah 1-40µ m.


(48)

2. Tempat sampel 3. Wadah sampel

Wadah sampel tergantung jenis sampel.Untuk sampel berbentuk padat biasanya dibuat dalam bentuk pelet, pasta, atau lapisan tipis.Pelet KBr dibuat dengan menghaluskan sampel dan Kristal KBr sehingga merata kemudian ditekan sampai diperoleh pellet.

4. Monokromator 5. Detektor

Radiasi infra merah akanmelewati monokromator kemudian berkas radiasi dipantulkan oleh cermin-cermin dan akhirnya ditangkap oleh detektor. Detektor pada spektrofotometer infra merah merupakan alat yang bisa mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas.

6. Rekorder

Sinyal yang dihasilkan dari detektor kemudian direkam sebagai spektrum infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi.Spektrum infra merah menunjukkan hubungan antara absorpsi dan frekuensi atau bilangan gelombang (Rachman, 2015).

Serbuk natrium alginat yang dihasilkan dapat dilakukan analisa gugus fungsinya untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkan adalah senyawa natrium alginat (Jayanudin,dkk., 2014)

2.7.1 Pengolahan Sampel

Beberapa cara pengolahan sampel tergantung dari jenis sampelnya (padat, cair dan gas). Spektrum inframerah biasanya menunjukkan pengaruh dari perbedaan pengolahan sampel dalam bentuk pergeseran frekuensi atau pita


(49)

serapan.Pengolahan sampel yang berbeda membutuhkan preparasi yang bebeda dalam pengukuran dan membutuhkan waktu yang berbeda pula.

1. Gas

Dalam fase uap, perubahan rotasi dalam molekul dapat bebas terjadi dan proses energi rendah dapat mengatur pita vibrasi dengan energi yang lebih tinggi. Dalam fase uap, sampel dimasukkan ke dalam sel khusus.Biasanya panjang sel 10 cm yang ditempatkan langsung pada bagian natrium klorida yang transparan terhadap sinar inframerah.

2. Padatan

Ada dua cara untuk pengolahan sampel padatan:

a) Mull atau pasta, 1 mg dari zat padat digerus hingga halus dalam mortar dengan meneteskan hidrokarbon cair.

b)Lempeng kalium bromide dibuat dengan menggerus sampel (0,1-0,2%) dengan KBr dalam mortar dan kemudian ditekan sehingga diperoleh sebuah lempeng transparan (Supratman, 2010).

Tabel 2.1 Daftar korelasi infra merah

Jenis Vibrasi Frekuensi (cm-1)

C-H Alkana 3000-2860

C-C Alkena 1600-1475

C=O 1725-1705

O-H Alkohol 3650-3600

O-H Bebas 3500-3200

C-H Amina 1690-1640

N=O 1550 dan 1350

S-H 2550

S-O 1200-1140

C-X (Florida, Klorida) 1400-1000


(50)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 km. Salah satu makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah rumput laut.Rumput laut tersebut belum banyak dimanfaatkan bahkan seringkali merupakan sampah yang berserakan dan pengganggu bagi pelayaran kapal nelayan meskipun dapat dimanfaatkan sebagai sumber alginat maupun produk minuman kesehatan karena kandungan komponen bioaktifnya yang cukup tinggi (Septiana, 2012). Daerah yang berpotensi sebagai penghasil alga yang cukup luas antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku (Aslan, 1998).Sargassum sp. satu-satunya alga coklat sebagai komoditi ekspor setelah alga merah (Rachmat, 1999).

Rumput laut coklat mengandung beberapa polisakarida yang berbeda antara lain asam alginat (alginat), laminaran (laminarin) dan fukoidan (fukan sulfat) (Sinurat, 2011).Kandungan utama alga coklat adalah alginat dan konsentrasinya tergantung jenisnya (Masri, 2014).

Alginat adalah salah satu jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding sel alga coklat dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel alga coklat. Alginat mempunyai manfaat di berbagai industri.Industri makanan merupakan salah satu pengguna terbesar alginat di samping industri lainnya yaitu farmasi, kosmetik, karet, tekstil, keramik, minuman dan cat (Rasyid, 2010).


(51)

Industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pada proses pencapan batik. Proses pencapan batik, alginat dicampur dengan zat warna reaktif atau zat warna disperse, pada pasta pencapan, bagian yang terbesar adalah pengental dengan porsi 80% atau lebih berfungsi sebagai media dan berperan sebagai pengantar zat warna masuk ke dalam serat dan mencegah terjadinya migrasi agar motif warna tetap tajam (Sinurat, 2007).Alginat juga dapat digunakan dalam pembuatan cangkang kapsulsebagai bahan alternatif pengganti kapsul gelatin.Keunggulan cangkang kapsul alginat dibandingkan gelatin yaitu kemampuan melindungi permukaan mukosa lambung dari iritasi dan relatif lebih tahan terhadap penguraian mikroba (Adawiyah, 2014).

Bahan baku alginat perlu ditingkatkan ketersediaan dan kualitasnya untuk mendukung berkembangnya industri alginat di dalam negeri. Peluang ini sangat terbuka karena alginat merupakan salah satu hidrokoloid dari rumput laut yang banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti tekstil, kertas, cat, farmasi dan makanan serta minuman (Sinurat, 2007).

Peneliti terdahulu telah melakukan penelitian terhadap empat spesies alga coklat sebagai penghasil alginat yaitu jenis Sargassum plagyophyllum (Rimelda, 2012), Sargassum polycystum (Aryani, 2004), Turbinaria decurrens (Bustami, 2015; Marpaung, 2005) dan Sargassum crassifolium (Supomo, 2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi alginat yang terdapat pada serbuk yang telah diisolasi fukoidannya dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terhadap kemajuan penelitian natrium alginat di Indonesia, serta dapat meningkatkan nilai tambah alga coklat Indonesia jenis Sargassum untuk menjadi salah satu bahan baku natrium alginat di masa yang akan datang.


(52)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkanuraiandiatas, makapermasalahandalampenelitianini adalah:

a. Apakah rendemen natrium alginat yang diperoleh dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardyang telah diisolasi fukoidannya memenuhi persyaratan yang ditetapkan?

b. Apakah karakteristik natrium alginatdari isolasi Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardyaitu susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan viskositasdapat ditentukan?

1.3Hipotesis

Berdasarkanrumusanmasalahpenelitiandiatas, makahipotesispenelitianini : a. Rendemen natrium alginatisolasidari Sargassum ilicifolium (Turner) C.

Agardyang telah diisolasi fukoidannyamemenuhi persyaratan yang ditetapkan. b. Karakteristiknatrium alginatdari isolasi Sargassum ilicifolium (Turner) C.

Agardyaitu susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan viskositasdapat ditentukan.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian inibertujuanuntuk:

a. Mengetahuiinformasi mengenai rendemen natrium alginat isolasi dari

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardyang telah diisolasi fukoidannya.

b. Mengetahui karakteristik natrium alginat dari isolasi Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard yaitu susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan viskositas dapat ditentukan.


(53)

Manfaat dari penelitian ini yaitu senyawa alginat yang diperoleh dapat dikembangkan dalam bidang farmasi sebagai pembalut luka yang dapat menyembuhkan luka dan pengental.


(54)

ISOLASI NATRIUM ALGINAT DARI TALUS RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

ABSTRAK

Rumput laut coklat mengandung beberapa polisakarida yang berbeda antara lain asam alginat (alginat), laminaran (laminarin) dan fukoidan (fukan sulfat).Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. satu-satunya alga coklat sebagai komoditi ekspor setelah alga merah.Alginat adalah salah satu jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding sel alga coklat dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel alga coklat. Alginat pada industri farmasi digunakan untuk pembuatan suspensi, emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, plester dan filter.Tujuan penelitian untuk mengetahuirendemen serta karakteristik natrium alginat yang diperoleh dari isolasi talus rumput laut coklat.

Rumput laut coklat yang digunakan pada penelitian ini adalah Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agard yang telah diisolasi fukoidannya.Tahapan

penelitianmeliputi penyiapan bahan tumbuhan, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, isolasi, dan identifikasi senyawa natrium alginat secara spektrofotometri UV danFourier Transform Infra Red (FTIR).Proses isolasi alginat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap praekstraksi,isolasi, dan pembuatan natrium alginat.

Hasil karakteristik simplisia darirumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardsecara makroskopik berbentuk talus, berwarna coklat kehitaman, berbau khas, dan tidak berasa. Secara mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya sel parenkim, sel parenkim berisi pigmen coklat, sel propagule bersel satu, sel propagule bersel dua, dan sel propagule bersel tiga. Kadar air simplisia 7,20%, kadar sari larut air 64,59%, kadar sari larut etanol 5,38%, kadar abu total 28,06%, dan kadar abu tidak larut asam 1,86%. Identifikasi hasil isolasi senyawa natrium alginat secara spektrofotometri UV dan FTIRbentuk spektrum dan kurva yang sama dengan baku pembanding menunjukkan bahwa senyawa ini adalah natrium alginat. Rendemen natrium alginat yang diperoleh dari isolasi 19,4%. Hasil karakteristik natrium alginat yang dihasilkan antara lain susut pengeringan 12,14%, kadar abu total 47,05%, kadar abu tidak larut asam 6,43%, dan viskositas 25 cps. Hasil karakteristik natrium alginat secara UV panjang gelombang 258,60 nm dan secara FTIR mempunyai gugus hidroksil (O-H), C-H alifatik, karbonil (C=O), ikatan C-O-H, dan ikatan C-O-C.

Kata kunci: Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, rumput laut coklat, isolasi,


(55)

ISOLATION OF SODIUM ALGINATE FROM BROWN ALGAE Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

ABSTRACT

Brown seaweed contains several different polysaccharides include alginic acid (alginate), laminaran (laminarin) and fucoidan (sulfate fucan). Brown seaweed Sargassum sp. isthe only brown algae as an export commodity after the red algae. Alginate is one of type polysaccharide found in the cell walls of brown algae with levels reaching 40% of the total dry weight and plays an important role in maintaining tissue structureof brown algae. In the pharmaceutical industry, alginate is used to manufacture the suspension, emulsifier, stabilizer, tablets, ointments, capsules, plasters and filter. The purpose of this study was to determine the yield and characteristics of sodium alginate derived from brown seaweed insulation talus.

Brown seaweedwas used in this study wasSargassum ilicifolium (Turner) C. Agard which have been isolated its fucoidan. Stages of research were include plant materials preparation, characterization powder of dried of Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, phytochemical screening, isolation, and identification of compounds sodium alginate with UV spectrophotometry and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Process of alginate isolation weredivided into three stages,praekstraction stage, isolation, and the manufacture of sodium alginate.

Results of powder of dried of Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard characteristics of brown seaweed Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard macroscopically shaped thallus, blackish brown color, distinctive smell, and tasteless. Microscopically dust simplicia showed parenchymal cells, parenchyma cells contained brown pigment, single celled propagule cells, cell-celled propagule two and three-celled propagule cells. The water content of 7.20% bulbs, water soluble extract content of 64.59%, ethanol soluble extract content of 5.38%, total ash content of 28.06%, and acid insoluble ash content of 21.86%. Identification of the isolated compound sodium alginate spectrophotometry UV and FTIR spectra and curve shapes are the same as the reference standard indicates that the compound is sodium alginate. The yield of sodium alginate obtained from the isolation of 19.4%.The results of the characteristics of sodium alginate was obtained include drying shrinkage 12.14%, 47.05% total ash, acid insoluble ash content of 6.43%, and a viscosity of 25 cps. The results of the characteristics of sodium alginate was 258.60 nm wavelength UV and FTIR had hydroxyl group (O-H), C-H aliphatic, carbonyl (C = O), the C-O-H, and the C-O-C.

Keywords :Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, brown seaweed, isolation,


(56)

ISOLASI NATRIUM ALGINAT DARI TALUS RUMPUT LAUT

COKLAT Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WAHYUNI WINDY

NIM 121501098

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(57)

ISOLASI NATRIUM ALGINAT DARI TALUS RUMPUT LAUT

COKLAT Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WAHYUNI WINDY

NIM 121501098

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(58)

PENGESAHAN SKRIPSI

ISOLASI NATRIUM ALGINAT DARI TALUS RUMPUT LAUT

COKLAT Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

OLEH:

WAHYUNI WINDY

NIM 121501098

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 18 Agustus 2016

Medan, September 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001 Disetujui Oleh:

Pembimbing I,

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. NIP 195107231982032001

Pembimbing II,

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195201041980031002

Panitia Penguji,

Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. NIP 195709091985112001

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. NIP 195107231982032001

Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 195310301980031002

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt. NIP


(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat, kasih, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Isolasi Natrium Alginat dari Talus Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., dan Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan yang telah mendidik selama perkuliahan serta Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan, perhatian, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda J. Lumban Gaol dan Ibunda D. Purba yang telah pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, yaitu


(60)

pernah berhenti. Abangku tercinta Hermanto Lumban Gaol, S.Farm., adikku tercinta Agustino Lumban Gaol dan Putri Cristy Lumban Gaol, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Sahabat-sahabat saya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Wahyuni Windy NIM 121501098


(61)

ISOLASI NATRIUM ALGINAT DARI TALUS RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

ABSTRAK

Rumput laut coklat mengandung beberapa polisakarida yang berbeda antara lain asam alginat (alginat), laminaran (laminarin) dan fukoidan (fukan sulfat).Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. satu-satunya alga coklat sebagai komoditi ekspor setelah alga merah.Alginat adalah salah satu jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding sel alga coklat dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel alga coklat. Alginat pada industri farmasi digunakan untuk pembuatan suspensi, emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, plester dan filter.Tujuan penelitian untuk mengetahuirendemen serta karakteristik natrium alginat yang diperoleh dari isolasi talus rumput laut coklat.

Rumput laut coklat yang digunakan pada penelitian ini adalah Sargassum

ilicifolium (Turner) C. Agard yang telah diisolasi fukoidannya.Tahapan

penelitianmeliputi penyiapan bahan tumbuhan, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, isolasi, dan identifikasi senyawa natrium alginat secara spektrofotometri UV danFourier Transform Infra Red (FTIR).Proses isolasi alginat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap praekstraksi,isolasi, dan pembuatan natrium alginat.

Hasil karakteristik simplisia darirumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardsecara makroskopik berbentuk talus, berwarna coklat kehitaman, berbau khas, dan tidak berasa. Secara mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya sel parenkim, sel parenkim berisi pigmen coklat, sel propagule bersel satu, sel propagule bersel dua, dan sel propagule bersel tiga. Kadar air simplisia 7,20%, kadar sari larut air 64,59%, kadar sari larut etanol 5,38%, kadar abu total 28,06%, dan kadar abu tidak larut asam 1,86%. Identifikasi hasil isolasi senyawa natrium alginat secara spektrofotometri UV dan FTIRbentuk spektrum dan kurva yang sama dengan baku pembanding menunjukkan bahwa senyawa ini adalah natrium alginat. Rendemen natrium alginat yang diperoleh dari isolasi 19,4%. Hasil karakteristik natrium alginat yang dihasilkan antara lain susut pengeringan 12,14%, kadar abu total 47,05%, kadar abu tidak larut asam 6,43%, dan viskositas 25 cps. Hasil karakteristik natrium alginat secara UV panjang gelombang 258,60 nm dan secara FTIR mempunyai gugus hidroksil (O-H), C-H alifatik, karbonil (C=O), ikatan C-O-H, dan ikatan C-O-C.

Kata kunci: Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, rumput laut coklat, isolasi,


(62)

ISOLATION OF SODIUM ALGINATE FROM BROWN ALGAE Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard

ABSTRACT

Brown seaweed contains several different polysaccharides include alginic acid (alginate), laminaran (laminarin) and fucoidan (sulfate fucan). Brown seaweed Sargassum sp. isthe only brown algae as an export commodity after the red algae. Alginate is one of type polysaccharide found in the cell walls of brown algae with levels reaching 40% of the total dry weight and plays an important role in maintaining tissue structureof brown algae. In the pharmaceutical industry, alginate is used to manufacture the suspension, emulsifier, stabilizer, tablets, ointments, capsules, plasters and filter. The purpose of this study was to determine the yield and characteristics of sodium alginate derived from brown seaweed insulation talus.

Brown seaweedwas used in this study wasSargassum ilicifolium (Turner) C. Agard which have been isolated its fucoidan. Stages of research were include plant materials preparation, characterization powder of dried of Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, phytochemical screening, isolation, and identification of compounds sodium alginate with UV spectrophotometry and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Process of alginate isolation weredivided into three stages,praekstraction stage, isolation, and the manufacture of sodium alginate.

Results of powder of dried of Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard characteristics of brown seaweed Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard macroscopically shaped thallus, blackish brown color, distinctive smell, and tasteless. Microscopically dust simplicia showed parenchymal cells, parenchyma cells contained brown pigment, single celled propagule cells, cell-celled propagule two and three-celled propagule cells. The water content of 7.20% bulbs, water soluble extract content of 64.59%, ethanol soluble extract content of 5.38%, total ash content of 28.06%, and acid insoluble ash content of 21.86%. Identification of the isolated compound sodium alginate spectrophotometry UV and FTIR spectra and curve shapes are the same as the reference standard indicates that the compound is sodium alginate. The yield of sodium alginate obtained from the isolation of 19.4%.The results of the characteristics of sodium alginate was obtained include drying shrinkage 12.14%, 47.05% total ash, acid insoluble ash content of 6.43%, and a viscosity of 25 cps. The results of the characteristics of sodium alginate was 258.60 nm wavelength UV and FTIR had hydroxyl group (O-H), C-H aliphatic, carbonyl (C = O), the C-O-H, and the C-O-C.

Keywords :Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard, brown seaweed, isolation,


(63)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Habitat dan sebaran rumput laut ... 5

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 5

2.1.3 Sistematika tumbuhan ... 6


(64)

2.1.5 Kandungan kimia rumput laut ... 6

2.1.6 Budidaya rumput laut ... 6

2.1.7 Manfaat rumput laut ... 7

2.1.7.1 Makanan ... 8

2.1.7.2 Pupuk ... 8

2.1.7.3 Bahan tambahan makanan ... 8

2.1.7.4 Pengendalian pencemaran ... 8

2.1.7.5 Bahan kecantikan ... 8

2.2 Alginat ... 9

2.2.1 Struktur alginat ... 9

2.2.2 Sifat fisikokimia alginat ... 10

2.2.3 Pembentukan gel alginat ... 11

2.3 Rumput Laut Penghasil Alginat ... 11

2.4 Penggunaan Alginat ... 12

2.5 Viskositas ... 12

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet ... 12

2.7 Spektrofotometri Inframerah ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Alat ... 16

3.3 Bahan ... 16

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 17

3.4.1 Larutan asam klorida 5% ... 17

3.4.2 Larutan natrium karbonat 5% ... 17


(65)

3.4.4 Pereaksi Meyer ... 17

3.4.5 Pereaksi natrium hidroksida 2 N ... 17

3.4.6 Pereaksi Dragendorff ... 17

3.4.7 Pereaksi besi (III) klorida 1% ... 18

3.4.8 Pereaksi asam klorida 2 N ... 18

3.4.9 Pereaksi Bouchardat ... 18

3.4.10 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M ... 18

3.4.11 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 18

3.4.12 Pereaksi Molish ... 18

3.4.13 Pereaksi kloralhidrat ... 18

3.4.14 Larutan asam sulfat 2 N ... 19

3.5Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan ... 19

3.5.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ... 19

3.5.2 Identifikasi tumbuhan ... 19

3.5.3 Pembuatan simplisia ... 19

3.6 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 20

3.6.1 Pemeriksaan makroskopik... 20

3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 20

3.6.3 Penetapan kadar air ... 20

3.6.4 Penetapan kadar sari larut air ... 21

3.6.5 Penetapan kadar sari larut etanol ... 21

3.6.6 Penetapan kadar abu total ... 22

3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 22

3.7Skrining Fitokimia ... 22

3.7.1 Pemeriksaan alkaloid ... 23


(1)

3.4.4 Pereaksi Meyer ... 17

3.4.5 Pereaksi natrium hidroksida 2 N ... 17

3.4.6 Pereaksi Dragendorff ... 17

3.4.7 Pereaksi besi (III) klorida 1% ... 18

3.4.8 Pereaksi asam klorida 2 N ... 18

3.4.9 Pereaksi Bouchardat ... 18

3.4.10 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M ... 18

3.4.11 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 18

3.4.12 Pereaksi Molish ... 18

3.4.13 Pereaksi kloralhidrat ... 18

3.4.14 Larutan asam sulfat 2 N ... 19

3.5Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan ... 19

3.5.1 Pengumpulan bahan tumbuhan ... 19

3.5.2 Identifikasi tumbuhan ... 19

3.5.3 Pembuatan simplisia ... 19

3.6 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 20

3.6.1 Pemeriksaan makroskopik... 20

3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 20

3.6.3 Penetapan kadar air ... 20

3.6.4 Penetapan kadar sari larut air ... 21

3.6.5 Penetapan kadar sari larut etanol ... 21

3.6.6 Penetapan kadar abu total ... 22

3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 22

3.7Skrining Fitokimia ... 22

3.7.1 Pemeriksaan alkaloid ... 23


(2)

xi

3.7.3 Pemeriksaan saponin ... 23

3.7.4 Pemeriksaan tanin ... 24

3.7.5 Pemeriksaan glikosida ... 24

3.7.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid ... 24

3.8 Isolasi Alginat ... 25

3.8.1 Tahap praekstraksi ... 25

3.8.2 Tahap ekstraksi ... 25

3.8.3 Tahap pembuatan natrium alginat ... 25

3.9 Identifikasi Alginat ... 26

3.10 Pemeriksaan Karakterisasi Natrium Alginat ... 26

3.10.1 Penetapan viskositas ... 26

3.10.2 Penetapan kadar abu total ... 27

3.10.3 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 27

3.10.4 Penetapan susut pengeringan ... 27

3.11 Karakterisasi dengan Spektrofotometri Ultraviolet ... 27

3.12 Karakterisasi dengan Spektofotometri Inframerah ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 29

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 29

4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik ... 29

4.2.2Hasil pemeriksaan mikroskopik ... 29

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia ... 29

4.3 Hasil Skrining Fitokimia ... 31

4.4 Hasil Isolasi Senyawa Natrium Alginat ... 32

4.5 Hasil Karakterisasi Natrium Alginat ... 33

4.6 Hasil Analisis Na Alginat Secara Spektrofotometri UV ... 34


(3)

4.7 Hasil Analisis Na Alginat Secara Spektrofotometri FTIR ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(4)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Daftar korelasi inframerah ... 15 4.1Hasil karakteristik serbuk simplisia talus rumput laut coklat

Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh ... 30

4.2 Hasil skriningfitokimia serbuk simplisiaSargassum ilicifolium

(Turner) C. Agardh ... 31 4.3Spesifikasi natrium alginat hasil isolasi dibandingkan dengan

pustaka (Handbook of Pharmaceutical Excipients) ... 33 4.4Data spektrum inframerah natrium alginat hasil isolasi dan

natrium alginat pembanding ... 35


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur natrium alginat ... 10

4.1 Gambar isolat spektrofotometri ultraviolet Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh ... 34

4.2 Gambar natrium alginat baku spektrofotometri ultraviolet ... 35

4.3 Spektrum inframerah isolat natrium alginat ... 36


(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 41

2 Gambar tumbuhan segar dan simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh ... 42

3 Gambar serbuk simplisiaSargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh ... 43

4 Gambar mikroskopik serbuk simplisia ... 44

5 Perhitungan pemeriksaan karakteristik simplisia ... 45

6 Bagan isolasi dan karakterisasi natrium alginat ... 48

7 Perhitungan rendemen natrium alginat yang diperoleh dari Sargassum ilicifolium ... 49

8 Gambar serbuk natrium alginat hasil isolasi ... 50

9Perhitungan karakteristik natrium alginat hasil isolasi ... 52

10 Gambar spektrofotometer FTIR ... 53