Metode Delaware dan Wills and Johnstone

Gambar 2.15 Faktor Koreksi karena Aliran Bypass untuk Perhitungan Penurunan Tekanan R B

2.2 Metode Delaware dan Wills and Johnstone

Metode ini merupakan basis kode-kode komputer modern untuk prediksi serta perhitungan aliran dan perpindahan panas pada sisi shell walaupun belum dikembangkan untuk perhitungan manual. Meskipun demikian, Wills and Johnston 1984 telah mengembangkan sebuah versi sederhana metode tersebut yang dapat digunakan untuk perhitungan manual. Metode tersebut telah diadopsi oleh Engineering Sciences Data Unit ESDU, 1983 dan mampu menghasilkan solusi terpercaya dalam prediksi komputer. Universitas Sumatera Utara Basis metode ini diperlihatkan dalam Gambar 2.16. Fluida mengalir dari A ke B dengan berbagai rute yang masing-masing ditandai dengan subscript. Kebocoran-kebocoran terjadi antara tube dan baffle t, antara baffle dan shell s, bagian aliran menyilang yang melewati tube c, serta bagian aliran bypass di luar bundle b. Aliran menyilang dan bypass bersatu membentuk aliran yang melalui celah di luar baffle-cut w. Gambar 2.16 Aliran-aliran Berdasarkan Metode Wills and Johstone Prosedur perhitungan dengan menggunakan metode Wills and Johstone : 1. Perhitungan koefisien-koefisien tahanan i. Koefisien tahanan kebocoran antara shell dan baffle n s yang diperoleh dari 2 177 , 2 3 , 2 036 , s sb b sb b s S t t n ρ δ δ − + = 2.44 Universitas Sumatera Utara Dimana S s adalah luas penampang aliran pada celah antara shell dan baffle yang dihitung dari sb sb s s D S δ δ π − = 2.45 sb δ adalah jarak radial antara baffle dan shell serta t b adalah ketebalan baffle. ii. Koefisien tahanan kebocoran antara tube dan baffle n t yang didefenisikan sebagai 2 177 , 2 3 , 2 036 , t tb b tb b t S t t n ρ δ δ − + = 2.46 Dimana tb δ adalah jarak radial antara tube dan baffle sera S t adalah luas penampang aliran pada celah antara tube dan baffle yang dihitung dari tb tb T t D N S δ δ π − = 2.47 iii. Koefisien tahanan aliran pada window n w yang dinyatakan sebagai 2 2 6856 , exp 9 , 1 w m w w S S S n ρ = 2.48 Dimana S m adalah luas aliran menyilang dan S w adalah luas aliran pada window yang keduanya telah didefenisikan dalam metode Delaware. iv. Koefisien tahanan aliran bypass n b yang diperoleh dari 2 2 2 b ss TP c s b S N P L D a n ρ + − = 2.49 Dimana D s adalah diameter dalam shell, L c adalah jarak baffle cut, P TP adalah selang antar baris tube searah dengan aliran, N ss adalah jumlah Universitas Sumatera Utara strip penutup, dan S b adalah luas penampang aliran bypass yang dihitung dari B pp by b L S δ δ + = 2 2.50 by δ adalah jarak radial antara bundle dan shell serta pp δ adalah jarak yang berhubungan dengan pass partition. Keberadaan pass partition di dalam shell akan menaikkan luas bypass jika berada searah dengan aliran. Konstanta a pada persamaan 6.53 bernilai 0,266 untuk susunan tube square dan bernilai 0,133 untuk susunan triangular, rotated triangular, dan rotated square. 2. Perhitungan koefisien tahanan aliran menyilang n c yang dinyatakan sebagai 2 2 m f c c S K N n ρ = 2.51 K f telah didefenisikan pada metode Delaware yang merupakan fungsi dari bilangan Reynolds, dimana m c S M D V D η η ρ max Re = = 2.52 Mc merupakan laju aliran massa menyilang yagn melewati tube yang besarnya adalah M c = F cr M T 2.53 Nilai F cr diperkirakan terlebih dahulu sebagai harga tebakan awal. 3. Memperkirakan harga fraksi aliran menyilang F cr yang baru dengan mencari nilai koefisien-koefisien berikut Universitas Sumatera Utara 2 2 1 2 1 − − − + = b c cb n n n 2.54a cb w a n n n + = 2.54b 2 2 1 2 1 2 1 − − − − + + = t s a p n n n n 2.54c Nilai F cr baru diperoleh dari persamaan 1 2 1 2 1 1 −               +       = b c a p cr n n n n F 2.55 4. Iterasi untuk memperoleh nilai F cr 5. Perhitungan fraksi-fraksi aliran diberikan oleh persamaan-persamaan berikut : i. Aliran bypass 1 2 1 2 1 1 −               +       = c b a p b n n n n F 2.56 ii. Aliran pada celah antara shell dan baffle 2 1       = s p s n n F 2.57 iii. Aliran pada celah antara tub dan baffle 2 1       = t p t n n F 2.58 Sebagai perhatian, bahwa F b + F s + F t + F cr = 1 6. Perhitungan penurunan tekanan pada sisi shell Penurunan tekanan di setiap selang antar baffle Δp dinyatakan sebagai Universitas Sumatera Utara 2 T p M n p = ∆ 2.59 Penurunan tekanan sisi shell total adalah p N p s ∆ + = ∆ 1 2.60 7. Perhitungan koefisien perpindahan panas Koefisien perpindahan panas dihitung seperti pada metode Delaware namun harga Re diambil dari persamaan 6.57 sehingga 34 , Pr Re m u a D D N λ λ α = = 2.61 dimana a = 0,273 dan m = 0,635 untuk susunan staggered tube banks dan bilangan Reynolds 3 x 10 2 Re ≤ 2 x 10 5

2.3.3.3. Kondensasi pada Bagian Luar Sistem Tube Horisontal

Tube horisontal sering digunakan sebagai permukaan perpindahan panas untuk kondensasi. Kondensasi dapat terjadi pada bagian luar maupun bagian dalam tube. Koefisien perpindahan panas kondensasi yang terjadi pada bagian luar tube dan tube bank diperoleh dari bilangan Nusselt. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan koefisien perpindahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Koefisien perpindahan panas rata-rata untuk kasus tube horisontal yang dihitung dengan persamaan 4 1 2 . . . . 275 ,         − − = − W sat L LG G L L L f T T D h g η ρ ρ ρ λ α 2.62 2. Koefisien perpindahan panas air W α yang dinyatakan sebagai 3 1 8 , Pr . Re . 023 , W W W = α 2.63 Universitas Sumatera Utara 3. Bilangan Prandtl air Pr W yang diperoleh dari persamaan W W W W Cp λ η . Pr = 2.64 4. Bilangan Reynolds air Re W yang diperoleh dari persamaan W W W W D U η ρ 2 . . Re = 2.65 5. Laju kondensasi persatuan panjang tube m c yang dihitung dari persamaan LG h q D m . . 1 . π − = 2.66 Keterangan dari simbol-simbol yang digunakan dalam perhitungan koefisien perpindahan panas kondensasi di atas adalah sebagai berikut : D 1 = diameter tube bagian dalam η = viskositas D 2 = diameter tube bagian luar C p = koefisien kapasitas panas Ρ = kerapatan fluida T = temperatur λ = konduktivitas termal U = kecepatan g = percepatan grafitasi q = fluks panas h = entalpi Pada susunan tube vertikal, lapisan film kondensasi pada baris tube teratas akan turun pada tube di bawahnya, sehingga koefisien perpidahan panas pada tube yang berada di bawahnya lebih kecil. Koefisien perpindahan panas rata-rata dapat dihitung dengan persamaan 4 1 1 . − − = N N α α 2.55 Universitas Sumatera Utara dimana N adalah jumlah baris pada susunan tube vertikal, dan 1 − α adalah koefisien perpidahan panas pada baris pertama. Pada kenyataannya, kondisi ideal tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, Kern menyarankan bahwa nilai koefisien perpindahan panas berkurang dengan cepat seiring bertambahnya jumlah baris sehingga persamaan di atas dimodifikasi menjadi 6 1 1 . − − = N N α α 2.56 Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS KESETIMBANGAN ENERGI

3.1. Data-data Kondisi Operasi

Gambar 3.1 memperlihatkan diagram proses pada aftercooler kompresor. Sebagai input data dalam perancangan heat exchanger, data-data yang diketahui adalah : Gambar 3.1 Ilustrasi sederhana Proses pada Heat Exchanger 1. Fluida pada sisi tube : Udara bertekanan i. Komposisi udara masuk Laju aliran massa udara kering, m u = 8000 m 3 h = 58,13 kgs ii. Temperatur udara masuk, Tu ,i = 80 C iii. Temperatur udara keluar, Tu ,o = 37 C iv. Tekanan udara masuk, p 1 = 2,65 MPa = 26,5 bar 2. Fluida pada sisi shell : Air i. Laju aliran massa air, m a = 50,2 kgs ii. Temperatur air masuk, T a,i = 28 C iii. Laju aliran massa uap air, m a,i = 1,04 kgs Universitas Sumatera Utara