Psikometrik Laju Perpindahan Panas

1. Psikometrik

Istilah udara basah digunakan untuk mempresentasikan campuran antara udara kering dengan uap air dimana udara kering dianggap sebagai komponen murni bukan sebagai campuran. Sebagaimana dapat diperiksa dengan referensi terhadap data sifat yang sesuai, campuran keseluruhan dan setiap komponen campuran bereprilaku sebagai gas ideal pada kondisi-kondisi yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam perhitungan sifat-sifat udara basah dapat digunakan konsep-konsep dalam perhitungan sifat-sifat gas ideal. Sebuah tingkat kaeadaan tipikal uap air dalam udara basah diperlihatkan pada gamnbar 2.6. Pada tingkat keadaan tersebut, ditetapkan dengan tekanan p v dan temperatur campuran T, uap yang terjadi adalah uap super panas. Jika tekanan parsial uap air dihubungkan dengan tekanan jenuh air pada temperatur campuran, P g pada gambar 2.6, maka campuran dikatakan sebagai campuran jenuh. Udara jenuh merupakan campuran udara kering dan uap air jenuh. Jumlah uap air dalam udara basah bervariasi tergantung dari tekanan dan temperaturnya dari nol pada udara kering hingga maksimum pada kondisi campuran jenuh. Kondensasi uap air terjadi pada temperatur titik embun, yaitu temperatur jenuh pada tekanan parsial uap air tersebut. Tekanan parasial uap air dihitung berdasarkan rasio kelembaban udara ω, yaitu perbandigan massa uap air m v terhadap massa udara kering m a yang dinyatakan sebagai : a v m m = ω 2.4 Rasio kelembaban juga dikenal dengan kelembaban spesifik. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Diagram T-v untuk Uap Air dalam Suatu Campuran Udara-Uap Air Rasio kelembaban udara dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan parsial p v dan berat molekul M v a a v v a a v v a v p M p M RT V p M RT V p M m m = = = ω 2.5 Dengan mengetahui bahwa p a = p – p v dan perbandigan antara berat molekul air 18 kgkmol terhadap berat molekul udara kering 28.97 kgkmol adalah 0,622 maka v v p p p − = 622 , ω 2.6 Dari persamaan di atas, dapat diperoleh tekanan parsial uap air. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Logaritmic Mean Temperature Difference LMTD