Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan retail kecil dalam menerima sistem pembayaran elektronik (Studi kasus lima propinsi di Indonesia)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUSAHAAN

RETAIL

KECIL DALAM MENERIMA

SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK

(Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

OLEH

RAUDHATUL FEBRIYENNY H14102045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUSAHAAN

RETAIL

KECIL DALAM MENERIMA

SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK

(Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

Oleh

RAUDHATUL FEBRIYENNY H14102045

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Raudhatul Febriyenny Nomor Regristrasi Pokok : H14102045

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Raudhatul Febriyenny H14102045


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 4 Februari 1984. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari keluarga Bapak Ahmad Nabhani (Alm) dan Ibu Elinur Djusar. Penulis memiliki seorang kakak yang bernama Real Chandra dan seorang adik yang bernama Chairul Octora. Penulis menempuh pendidikan pra sekolah di TK Melur pada tahun 1989. Pada tahun 1990 sampai tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SD Mekarsari II. Pada tahun 1996 sampai 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Cimanggis. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 98 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti menjadi Bendahara Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2003/2004, panitia Dies Natalis IPB ke-40 tahun 2003 dan sebagai anggota HMI pada tahun 2005/2006.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua khususnya Ibunda atas kasih sayang dan pengorbanannya selama ini, kakak dan adik tercinta atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.

3. Dr. Noer Azam Achsani sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat memaksimalkan penyelesaian skripsi ini. 4. Widyastutik, M.Si sebagai komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan

kritik yang membangun sehingga penulis dapat memaksimalkan hasil penulisan dalam skripsi ini.

5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam mempelajari regresi logistik.

6. Sahabat-sahabatku Nina, Selda, Wati, Indah, Dhika, Nilam atas kasih sayang, dukungan, kerja sama dan nasehatnya.


(7)

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Raudhatul Febriyenny H1410204


(8)

RINGKASAN

RAUDHATUL FEBRIYENNY. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia) (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Sistem pembayaran Indonesia selalu mengikuti kemajuan teknologi yang berkembang di negara-negara lain. Kebutuhan dari sistem pembayaran pun semakin meningkat, dimana saat ini keefisienan sistem pembayaran merupakan faktor utama dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dan para pengusaha. Dengan sistem pembayaran yang efisien, transaksi yang terjadi di dalam dunia bisnis pun menjadi lebih mudah. Sekarang ini sistem pembayaran yang dianggap paling efisien adalah sistem pembayaran elektronik. Kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan alat elektronik ini hanya memerlukan setengah atau 50 persen dari biaya yang harus dikenakan pada paper based payment. Transaksi ATM (Automatic Teller Machine), kartu debit dan kartu kredit merupakan produk dari sistem pembayaran elektronik yang berbentuk kartu. Sedangkan sistem pembayaran yang mekanisme transaksinya dilakukan dengan cara pemindahan dana antar rekening bank dapat dilakukan dengan menggunakan alat elektronik dan juga jaringan internet. Dalam bisnis perdagangan, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor mengkaji berbagai kemungkinan yang ditawarkan oleh sistem-sistem pembayaran online melalui internet.

Keuntungan dan keunggulan yang dimiliki oleh sistem pembayaran elektronik ini, membawa perusahaan-perusahaan untuk menerima sistem ini ketika bertransaksi, bahkan meluas sampai ke perusahaan retail atau pedagang eceran. Sejalan dengan perkembangan teknologi, cara ini semakin disukai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pembayaran elektronik ini memberikan resiko-resiko tertentu bagi pengguna dan penerimanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan retail kecil dalam menerima sistem pembayaran elektronik, dimana penelitian ini lebih difokuskan pada tiga produk sistem pembayaran yaitu kartu kredit, kartu debet dan transfer bank. Selanjutnya penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis seberapa besar peluang atau kemungkinan yang dihasilkan dari faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan sistem pembayaran elektronik oleh perusahaan retail kecil.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer didapatkan dari hasil survei dengan menggunakan kuesioner pada lima propinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali terhadap 93 sampel perusahaan retail kecil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Stratified (Contoh Acak Berlapis) dengan lokasi perusahaan yang terletak di kota dan kabupaten. Data sekunder didapatkan dari literatur baik dari pustaka, majalah, internet dan sumber-sumber lainnya.

Metode regresi logistik digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketiga jenis produk sistem pembayaran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kartu kredit faktor-faktor yang berpengaruh adalah status


(9)

hukum perusahaan dengan peluang penerimaan sistem ini oleh perusahaan retail kecil berbadan hukum adalah dua kalinya dibandingkan yang tidak berbadan hukum dan jumlah tenaga kerja yang memiliki peluang bagi perusahaan yang menambah tenaga kerjanya dengan yang tidak menambah tenaga kerjanya adalah sama. Untuk kartu debet faktor-faktor yang berpengaruh nyata memiliki kesamaan dengan kartu kredit yaitu status hukum perusahaan dan jumlah tenaga kerja dengan peluang yang sama dengan kartu kredit. Penelitian selanjutnya adalah terhadap transfer bank yang memiliki karakteristik dan mekanisme dalam bertransaksi cukup berbeda dengan kedua produk sebelumnya. Dihasilkan bahwa faktor tingkat keamanan dari sistem transfer bank ini merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan, dimana peluang yang dihasilkan bagi perusahaan yang menganggap aman dalam melakukan transaksi dengan menggunakan transfer bank adalah delapan puluh kali dibandingkan perusahaan yang tidak menganggap aman untuk bertransaksi dengan cara transfer antar bank.

Berdasarkan penelitian, keefisienan yang dicerminkan melalui tingkat keamanan mempengaruhi penerimaan sistem pembayaran yang dalam hal ini transfer bank. Oleh karena itu sebaiknya pihak perbankan mensosialisasikan sistem pembayaran elektronik, namun dengan lebih memperhatikan keuntungan atau keunggulan dari sistem pembayaran tersebut dengan cara mengutamakan peningkatan pelayanan dengan mengurangi resiko dalam bertransaksi sehingga perusahaan retail sebagai penerima merasa aman dalam melakukan kegiatan transaksinya. Kemudian untuk perusahaan-perusahaan retail kecil sebagai merchant sebaiknya lebih banyak mencari informasi mengenai sistem pembayaran yang baik, agar nantinya tidak keliru dalam menerima sistem pembayaran. Dan juga agar mereka dapat lebih mengefisienkan kinerja mereka, sehingga nantinya perusahaan mereka dapat meningkatkan produktivitasnya.

Informasi yang berhubungan dengan penelitian ini memiliki keterbatasan untuk mencapai maksimal, dikarenakan jumlah perusahaan dan sulitnya memperoleh data pada perusahaan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis perkembangan perusahaan yang dapat menerima sistem pembayaran elektronik serta menganalisis faktor-faktor yang menjadi preferensi perusahaan retail besar dalam menggunakan sistem pembayaran elektronik (Electronic Payment System), sehingga dapat dilihat gambaran penggunaan sistem pembayaran elektronik pada perusahaan retail secara keseluruhan.


(10)

“ Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Yang menguasai hari pembalasan.

Hanya kepada lah kami menyembah dan hanya kepada

Engkau-lah kami mohon pertolongan.

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau Anugerahkan Nikmat

kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula

jalan) mereka yang sesat.”

(Qs.Al-Fatihah,ayat 1-7)

Karya ini kupersembahkan untuk:


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUSAHAAN

RETAIL

KECIL DALAM MENERIMA

SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK

(Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

OLEH

RAUDHATUL FEBRIYENNY H14102045

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUSAHAAN

RETAIL

KECIL DALAM MENERIMA

SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK

(Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

Oleh

RAUDHATUL FEBRIYENNY H14102045

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Raudhatul Febriyenny Nomor Regristrasi Pokok : H14102045

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(14)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Raudhatul Febriyenny H14102045


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 4 Februari 1984. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari keluarga Bapak Ahmad Nabhani (Alm) dan Ibu Elinur Djusar. Penulis memiliki seorang kakak yang bernama Real Chandra dan seorang adik yang bernama Chairul Octora. Penulis menempuh pendidikan pra sekolah di TK Melur pada tahun 1989. Pada tahun 1990 sampai tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SD Mekarsari II. Pada tahun 1996 sampai 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Cimanggis. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 98 Jakarta dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti menjadi Bendahara Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2003/2004, panitia Dies Natalis IPB ke-40 tahun 2003 dan sebagai anggota HMI pada tahun 2005/2006.


(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua khususnya Ibunda atas kasih sayang dan pengorbanannya selama ini, kakak dan adik tercinta atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.

3. Dr. Noer Azam Achsani sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat memaksimalkan penyelesaian skripsi ini. 4. Widyastutik, M.Si sebagai komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan

kritik yang membangun sehingga penulis dapat memaksimalkan hasil penulisan dalam skripsi ini.

5. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si yang telah memberikan bimbingan dalam mempelajari regresi logistik.

6. Sahabat-sahabatku Nina, Selda, Wati, Indah, Dhika, Nilam atas kasih sayang, dukungan, kerja sama dan nasehatnya.


(17)

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Raudhatul Febriyenny H1410204


(18)

RINGKASAN

RAUDHATUL FEBRIYENNY. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Retail Kecil dalam Menerima Sistem Pembayaran Elektronik (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia) (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).

Sistem pembayaran Indonesia selalu mengikuti kemajuan teknologi yang berkembang di negara-negara lain. Kebutuhan dari sistem pembayaran pun semakin meningkat, dimana saat ini keefisienan sistem pembayaran merupakan faktor utama dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dan para pengusaha. Dengan sistem pembayaran yang efisien, transaksi yang terjadi di dalam dunia bisnis pun menjadi lebih mudah. Sekarang ini sistem pembayaran yang dianggap paling efisien adalah sistem pembayaran elektronik. Kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan alat elektronik ini hanya memerlukan setengah atau 50 persen dari biaya yang harus dikenakan pada paper based payment. Transaksi ATM (Automatic Teller Machine), kartu debit dan kartu kredit merupakan produk dari sistem pembayaran elektronik yang berbentuk kartu. Sedangkan sistem pembayaran yang mekanisme transaksinya dilakukan dengan cara pemindahan dana antar rekening bank dapat dilakukan dengan menggunakan alat elektronik dan juga jaringan internet. Dalam bisnis perdagangan, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor mengkaji berbagai kemungkinan yang ditawarkan oleh sistem-sistem pembayaran online melalui internet.

Keuntungan dan keunggulan yang dimiliki oleh sistem pembayaran elektronik ini, membawa perusahaan-perusahaan untuk menerima sistem ini ketika bertransaksi, bahkan meluas sampai ke perusahaan retail atau pedagang eceran. Sejalan dengan perkembangan teknologi, cara ini semakin disukai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pembayaran elektronik ini memberikan resiko-resiko tertentu bagi pengguna dan penerimanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan retail kecil dalam menerima sistem pembayaran elektronik, dimana penelitian ini lebih difokuskan pada tiga produk sistem pembayaran yaitu kartu kredit, kartu debet dan transfer bank. Selanjutnya penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis seberapa besar peluang atau kemungkinan yang dihasilkan dari faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan sistem pembayaran elektronik oleh perusahaan retail kecil.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer didapatkan dari hasil survei dengan menggunakan kuesioner pada lima propinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali terhadap 93 sampel perusahaan retail kecil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Stratified (Contoh Acak Berlapis) dengan lokasi perusahaan yang terletak di kota dan kabupaten. Data sekunder didapatkan dari literatur baik dari pustaka, majalah, internet dan sumber-sumber lainnya.

Metode regresi logistik digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketiga jenis produk sistem pembayaran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kartu kredit faktor-faktor yang berpengaruh adalah status


(19)

hukum perusahaan dengan peluang penerimaan sistem ini oleh perusahaan retail kecil berbadan hukum adalah dua kalinya dibandingkan yang tidak berbadan hukum dan jumlah tenaga kerja yang memiliki peluang bagi perusahaan yang menambah tenaga kerjanya dengan yang tidak menambah tenaga kerjanya adalah sama. Untuk kartu debet faktor-faktor yang berpengaruh nyata memiliki kesamaan dengan kartu kredit yaitu status hukum perusahaan dan jumlah tenaga kerja dengan peluang yang sama dengan kartu kredit. Penelitian selanjutnya adalah terhadap transfer bank yang memiliki karakteristik dan mekanisme dalam bertransaksi cukup berbeda dengan kedua produk sebelumnya. Dihasilkan bahwa faktor tingkat keamanan dari sistem transfer bank ini merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan, dimana peluang yang dihasilkan bagi perusahaan yang menganggap aman dalam melakukan transaksi dengan menggunakan transfer bank adalah delapan puluh kali dibandingkan perusahaan yang tidak menganggap aman untuk bertransaksi dengan cara transfer antar bank.

Berdasarkan penelitian, keefisienan yang dicerminkan melalui tingkat keamanan mempengaruhi penerimaan sistem pembayaran yang dalam hal ini transfer bank. Oleh karena itu sebaiknya pihak perbankan mensosialisasikan sistem pembayaran elektronik, namun dengan lebih memperhatikan keuntungan atau keunggulan dari sistem pembayaran tersebut dengan cara mengutamakan peningkatan pelayanan dengan mengurangi resiko dalam bertransaksi sehingga perusahaan retail sebagai penerima merasa aman dalam melakukan kegiatan transaksinya. Kemudian untuk perusahaan-perusahaan retail kecil sebagai merchant sebaiknya lebih banyak mencari informasi mengenai sistem pembayaran yang baik, agar nantinya tidak keliru dalam menerima sistem pembayaran. Dan juga agar mereka dapat lebih mengefisienkan kinerja mereka, sehingga nantinya perusahaan mereka dapat meningkatkan produktivitasnya.

Informasi yang berhubungan dengan penelitian ini memiliki keterbatasan untuk mencapai maksimal, dikarenakan jumlah perusahaan dan sulitnya memperoleh data pada perusahaan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis perkembangan perusahaan yang dapat menerima sistem pembayaran elektronik serta menganalisis faktor-faktor yang menjadi preferensi perusahaan retail besar dalam menggunakan sistem pembayaran elektronik (Electronic Payment System), sehingga dapat dilihat gambaran penggunaan sistem pembayaran elektronik pada perusahaan retail secara keseluruhan.


(20)

“ Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Yang menguasai hari pembalasan.

Hanya kepada lah kami menyembah dan hanya kepada

Engkau-lah kami mohon pertolongan.

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau Anugerahkan Nikmat

kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula

jalan) mereka yang sesat.”

(Qs.Al-Fatihah,ayat 1-7)

Karya ini kupersembahkan untuk:


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1. Sistem Pembayaran ... 9

2.1.1. Definisi Sistem Pembayaran ... 9

2.1.2. Evolusi dan Perkembangan Sistem Pembayaran ... 11

2.2. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif ... 15

2.3. Definisi dan Karakteristik Sistem Pembayaran Elektronik ... 17

2.4. Perusahaan Retail ... 19

2.4.1. Definisi Retail ... 19

2.4.2. Lingkungan Retail ... 22

2.4.3. Peranan Retail dalam Pendistribusian Produk ... 24

2.4.4. Perusahaan Retail Kecil dan Tenaga Kerja ... 24

2.5. Penelitian Terdahulu ... 25

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 26

III. GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA ... 29

3.1. Gambaran Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia ... 29

3.2. Penyelenggara Jasa Pembayaran ... 30

3.2.1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum ... 30

3.2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) ... 32

3.3. Cara Pembayaran ... 33

3.3.1. Pembayaran Tunai ... 33


(22)

3.3.2.1. Cek ... 35 3.3.2.2. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ... 35 3.3.2.3. Warkat Pos ... 38 IV. METODE PENELITIAN ... 39 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 39 4.3. Populasi dan Sampel ... 40 4.4. Metode Analisis Data ... 41

4.4.1. Model Regresi Biner ... 41 4.4.2. Model Logit dan Model Penelitian ... 43

4.4.2.1. Model Logit ... 43 4.4.2.2. Model Penelitian ... 43 4.4.2.3. Variabel Dependent dan Independent ... 44 4.4.3. Pendugaan Parameter ... 47 4.4.4. Uji Multikolinearitas ... 48

4.4.5. Pengujian Keberartian Model ... 48 4.4.6. Uji Taraf Nyata Parameter... 49 4.4.7. Interpretasi Koefisien ... 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51 5.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 51 5.2. Kartu Kredit ... 54 5.2.1. Uji Multikolinearitas ... 54 5.2.2. Hasil Regresi Logistik ... 55 5.3. Kartu Debet ... 60 5.3.1. Uji Multikolinearitas ... 60 5.3.2. Hasil Regresi Logistik ... 61 5.4. Transfer Bank ... 64 5.4.1. Uji Multikolinearitas ... 64 5.4.2. Hasil Regresi Logistik ... 65


(23)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69 6.1. Kesimpulan ... 69 6.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 76


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Nilai Penjualan Retail Modern dan Tradisional ... 3 5.1. Hasil Uji Multikolinearitas pada Data Kartu Kredit ... 55 5.2. Beberapa Alternatif Regresi Logistik pada Kartu Kredit ... 57 5.3. Hasil Akhir Regresi Logistik (Model ke-6) ... 57 5.4. Hasil Uji Multikolinearitas pada Data Kartu Debet ... 60 5.5. Beberapa Alternatif Regresi Logistik pada Kartu Debet ... 62 5.6. Hasil Akhir Regresi Logistik (Model ke-6) ... 62 5.7. Hasil Uji Multikolinearitas pada Data Transfer Bank ... 65 5.8. Beberapa Alternatif Regresi Logistik pada Transfer Bank ... 66 5.9. Hasil Akhir Regresi Logistik (Model ke-7) ... 67


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Gambaran Lingkungan Retail ... 23 2.2. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual ... 28 5.1. Gambaran Status Hukum Perusahaan Retail Kecil ... 51 5.2. Gambaran Lokasi Perusahaan Retail Kecil ... 52 5.3. Proporsi Bidang Usaha Perusahaan Retail Kecil ... 53 5.4. Proporsi Pendapatan Perusahaan Retail Kecil... 53 5.5. Proporsi Umur Perusahaan Retail Kecil ... 54


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Kartu Kredit ... 76 2. Hasil Uji Multikolinearitas Data Kartu Kredit ... 78 3. Hasil Regresi Logistik dan Pereduksian Variabel Kartu Kredit ... 79 4. Data Kartu Debet ... 82 5. Hasil Uji Multikolinearitas Data Kartu Debet ... 84 6. Hasil Regresi Logistik dan Pereduksian Variabel Kartu Debet ... 85 7. Data Transfer Bank ... 88 8. Hasil Uji Multikolinearitas Data Transfer Bank... 90 9. Hasil Regresi Logistik dan Pereduksian Variabel Transfer Bank ... 91


(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pembayaran Indonesia selalu mengikuti kemajuan teknologi yang berkembang di negara-negara lain. Teknologi dari sistem pembayaran ini pun menuju ke arah yang semakin efisien. Efesiensi dari sistem pembayaran dapat diukur dari tingkat keakuratan, ketepatan dan kecepatannya. Kebutuhan dari sistem pembayaran pun semakin meningkat, dimana saat ini keefisienan sistem pembayaran merupakan faktor utama dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dan para pengusaha. Dengan sistem pembayaran yang efisien, transaksi yang terjadi di dalam dunia bisnis pun menjadi lebih mudah. Sekarang ini sistem pembayaran yang dianggap paling efisien adalah sistem pembayaran elektronik, dimana transaksi dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar dan tanpa harus dilakukannya tatap muka dari para penjual dan pembeli. Teknologi dari sistem pembayaran saat ini telah menggunakan fasilitas internet, dan dalam penerapannya fasilitas ini terus dikembangkan dan disosialisasikan.

Electronic payment system atau sistem pembayaran elektronik telah menjadi pilihan bagi transaksi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Penggunaannya pun telah meluas dari kegiatan ekonomi dengan volume yang kecil ke kegiatan ekonomi atau transaksi yang memiliki volume besar diantara perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Perkembangan sistem pembayaran di Indonesia diawali dengan penggunaan paper based payment, yang memerlukan biaya yang tinggi dalam setiap kegiatan transaksinya. Kemudian teknologi beralih menuju penggunaan alat elektronik atau yang disebut electronic payment system. Kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan


(28)

menggunakan alat elektronik ini hanya memerlukan biaya setengah atau 50 persen dari yang seharusnya dikenakan terhadap paper based payment.Transaksi ATM (Automatic Teller Machine), kartu debit dan kartu kredit merupakan produk dari sistem pembayaran elektronik yang berbentuk kartu. Sedangkan sistem pembayaran yang mekanisme transaksinya dilakukan dengan cara pemindahan dana antar rekening bank dapat dilakukan dengan menggunakan alat elektronik dan juga jaringan internet. Beberapa contoh transaksi ini adalah transfer bank, internet-banking, sms-banking dan juga phone-banking. Dalam bisnis perdagangan, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor mengkaji berbagai kemungkinan yang ditawarkan oleh sistem-sistem pembayaran online melalui internet.

Pelaksanaan transaksi dengan sistem elektronik ini selain telah digunakan untuk kegiatan perdagangan internasional oleh perusahaan-perusahaan besar, sistem ini pun telah banyak digunakan oleh kegiatan ekonomi dalam negeri khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang retail (eceran). Gary dan James (2000) mengemukakan dalam bukunya bahwa penggunaan sistem ini dalam penjualan eceran mempermudah baik penjual maupun pembeli dalam bertransaksi, dimana penjual akan dikenakan tagihan 1,5 atau 3 persen dari nilai transaksi. Sistem pembayaran elektronik ini lebih murah daripada menggunakan sistem pembayaran lainnya. Sedangkan penelitian Grant (1983) mengatakan bahwa bagi perusahaan retail penggunaan sistem pembayaran ini tidak menghasilkan penghematan yang cukup berarti, namun peningkatan penjualan semenjak pemasangan sistem pembayaran elektronik ini mengakibatkan secara keseluruhan perusahaan retail mendapatkan keuntungan. Dalam perkembangannya, potensi pasar bisnis retail Indonesia masih tergolong kecil yakni hanya US$21 juta atau berada pada peringkat ke-7 diantara 10 negara Asia diluar


(29)

Jepang (BIRO dalam Susilowati, 2005). Jika dikaitkan dengan potensi penduduk dan daya beli masyarakat (secara makro) seharusnya pasar bisnis retail Indonesia bisa lebih besar lagi. Besarnya populasi penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa dan kecenderungan minat belanja masyarakat yang tinggi menjadi salah satu faktor pendukung tingginya potensi pasar retail Indonesia di masa mendatang.

Tabel 1.1. Perkembangan Nilai Penjualan Retail Modern dan Tradisional

Tahun Retail Retail Modern

Tradisional Supermarket/Hypermarket Minimarket

(%) (%) (%)

2000 78.2 18.2 3.6

2001 75.2 20.1 4.7

2002 74.9 20.2 4.9

2003 74 21 5

Rata-rata 75.6 19.9 4.6

perubahan

Sumber : Indocommercial Bussiness Report dalam Susilowati, 2005

Pasca terjadinya krisis, pertumbuhan retail tradisional atau yang berskala kecil relatif lebih lambat daripada retail modern atau yang berskala besar, dimana pertumbuhan retail modern sebesar 10 persen per tahun sedangkan pertumbuhan retail tradisional hanya 5 persen per tahun (Tabel 1.1). Pada saat ini perusahaan retail berskala besar atau retail modern maupun yang berskala kecil atau retail tradisional di Indonesia khususnya di lima propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali telah banyak menerima penggunaan alat pembayaran non tunai dalam bentuk elektronik ini untuk mempermudah transaksi produk retail mereka dan juga untuk mengikuti kemajuan teknologi pada sistem pembayaran. Umumnya mereka menggunakan dan menerima pembayaran dari beberapa intsrumen pembayaran elektronik antara lain kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM serta pembayaran melalui transfer bank. Untuk perusahaan retail besar yang telah memenuhi kriteria yang telah dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Bank Indonesia, dapat mengeluarkan instrumen


(30)

pembayaran yang dikhususkan untuk pelanggan mereka yang dinamakan kartu voucher belanja. Sedangkan bagi perusahaan retail kecil hanya dapat bersifat sebagai penerima alat pembayaran elektronik saja.

1.2. Permasalahan

Perekonomian di berbagai negara kini sedang mencari sistem pembayaran yang ideal (khususnya dalam transaksi pembayaran yang bernilai kecil) dan aman (khususnya dalam penggunaan teknologi informasi internet). Sistem pembayaran yang dianggap baik saat ini adalah sistem pembayaran elektronik. Sistem pembayaran elektronik pada lima propinsi di Indonesia sekarang ini telah berkembang cukup pesat. Menurut Global Insight (2003), pengadopsian sistem pembayaran elektronik akan meningkatkan penjualan barang dan jasa, menurunkan penghalang langsung terhadap kredit dan likuiditas uang, serta menurunkan penghalang geografis dalam perdagangan dan transaksi perekonomian.

Perusahaan-perusahaan besar banyak menggunakan sistem ini untuk melakukan transaksi global antarnegara (ekspor-impor). Demikian juga dengan perusahaan-perusahaan kecil, walaupun transaksi yang dilakukan hanya dalam ruang lingkup antar daerah. Perusahaan-perusahaan retail kecil yang terletak di kelima propinsi tersebut telah banyak menerima ketiga jenis alat pembayaran elektronik. Dengan melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kelima propinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali dapat dikemukakan bahwa kelima daerah tersebut memiliki perkembangan ekonomi yang cukup baik, dimana DKI Jakarta merupakan propinsi yang memiliki PDRB terbesar pada tahun 2003 yaitu 16,62 persen dari total 30 propinsi, kemudian diikuti oleh Jawa Barat sebesar 13,72 persen.


(31)

Sedangkan untuk ketiga propinsi lainnya, terjadi pertumbuhan yang positif pada produk domestiknya dari tahun 2000 sampai 2003 (Biro Pusat Statistik, 2004). Tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik memberikan dampak yang baik pada setiap kegiatan ekonominya, sehingga lebih memungkinkan bagi sistem pembayaran untuk berkembang di kelima daerah tersebut.

Instrumen yang digunakan pada sistem pembayaran elektronik ini mencakup fasilitas yang dikeluarkan oleh perbankan yang bersangkutan, antara lain seperti kartu kredit, kartu debet dan pelayanan transfer bank melalui sistem pembayaran elektronik. Perusahaan-perusahaan retail yang menerima sistem pembayaran elektronik ini dibedakan berdasarkan karakteristik masing-masing perusahaan. Karakteristik ini mencerminkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan mereka terhadap instrumen sistem pembayaran, selain faktor lainnya yang turut mempengaruhi seperti tingkat efisiensi. Dikeluarkannya sistem pembayaran elektronik ini oleh perbankan secara teori bertujuan untuk mempermudah transaksi bisnis sehingga menjadi lebih efisien.

Dalam prakteknya sistem ini telah banyak dipilih oleh perusahaan-perusahaan yang ada sebagai alternatif sistem pembayaran yang paling baik. Namun secara praktek juga sistem ini juga mengindikasikan adanya resiko dalam penggunaannya. Resiko tersebut berkaitan dengan keamanan bertransaksi dalam dunia maya, adanya kemungkinan terjadinya kesalahan informasi atau error dalam pembayaran yang telah dilakukan dapat merugikan kedua belah pihak (penjual-pembeli) yang melakukan transaksi, sehingga penggunaan sistem ini memiliki beberapa kelemahan tersendiri dalam penggunaannya. Dengan melakukan berbagai pertimbangan, perusahaan-perusahaan retail kecil tersebut dapat menerima dan menggunakan ketiga jenis sistem


(32)

pembayaran elektronik ini (kartu kredit, kartu debet dan transfer bank). Untuk itu pada penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi perusahaan retail kecil di 5 propinsi (Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali) yang ada di Indonesia dalam menerima sistem pembayaran elektronik (kartu kredit, kartu debet dan transfer bank)?

2. Berapakah peluang/kemungkinan yang dihasilkan dari faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan sistem pembayaran elektronik?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi perusahaan retail kecil di 5 propinsi (Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung dan Bali) yang ada di Indonesia dalam menerima sistem pembayaran elektronik (kartu kredit, kartu debet dan transfer bank).

2. Menganalisis seberapa besar peluang yang dihasilkan dari faktor-faktor tersebut terhadap penerimaan sistem pembayaran elektronik.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi peneliti sendiri diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi mengenai alasan penerimaan sistem pembayaran elektronik oleh perusahaan retail kecil yang


(33)

dikhususkan pada ketiga jenis alat pembayaran elektronik yaitu kartu kredit, kartu debet dan transfer bank dan juga agar peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai sistem pembayaran elektronik.

2. Bagi pembaca yang telah menggunakan maupun yang belum menggunakan alat pembayaran elektronik, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai cara penggunaan dan alasan penerimaan ketiga jenis instrumen pembayaran elektronik ini oleh perusahaan retail kecil, sehingga tidak terjadi kesalahan informasi yang masih sering terjadi pada masyarakat umum.

3. Bagi praktisi sendiri khususnya Lembaga Keuangan Perbankan maupun Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKKB) diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk lebih memajukan lagi kemampuan perbankan untuk melakukan inovasi, sehingga sistem ini menjadi semakin efisien dan dapat terus berkembang.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Sistem Pembayaran

2.1.1. Definisi Sistem Pembayaran

Kondisi serta perilaku masyarakat untuk memegang uang terkait dengan sistem pembayaran yang dianut dalam perekonomiannya. Mereka akan lebih memilih alat pembayaran yang paling murah biayanya dan paling nyaman digunakan. Carl Menger dalam Global Insight (2003) mengungkapkan bahwa nilai-nilai subjektif juga berperan dalam sistem pembayaran tidak hanya tergantung pada karakteristik objektifnya. Kajian ini merupakan kritikan kepada Adam Smith yang tidak menghitung nilai-nilai preferensi dari masyarakat, yang sebenarnya merupakan dasar dalam seluruh kegiatan perekonomian.

Meskipun terdapat berbagai redaksi yang berbeda, definisi mengenai sistem pembayaran dari berbagai ekonom memiliki makna yang sama. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah prosedur, peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan diri dari kewajiban. Sementara itu, Mishkin (2001) mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian.

Menurut Kang (2005) sistem pembayaran yang sudah beroperasi saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori besar, yaitu :


(35)

1. Sistem Pihak Ketiga

Pada sistem ini ada pihak ketiga yang berfungsi sebagai agen antara pedagang/penjual dan konsumen/pembeli. Agen tersebut bertugas memeriksa kartu kredit konsumen, menyetujui transaksi dan kemudian mengeluarkan dana untuk pembayaran kepada pedagang. Dalam kategori ini beberapa diantaranya menawarkan sistem yang lebih canggih, memungkinkan pelanggan untuk membuka rekening menggunakan kartu kredit atau kartu debit, kemudian memilih nomor pin dan password sendiri. Setiap kali konsumen ingin membeli sebuah barang atau jasa secara online, konsumen harus menggunakan nomor pin dan password sebagai pengganti nomor kartu kredit. Dengan demikian detil kartu kredit tidak secara terus menerus ditransfer melalui internet. Konsumen juga dapat merubah nomor pin maupun password sesering mereka inginkan. Meskipun demikian, sistem pihak ketiga tradisional ini mempunyai beberapa kelemahan. Sistem ini tidak dapat menangani pembayaran dalam jumlah kecil, dan membutuhkan detil kartu kredit setiap kali ingin melakukan pembelian.

2. Sistem Berbasis Sertifikat

Sistem ini melibatkan konsumen untuk melakukan downloading sertifikat digital sebagai media yang akan menampilkan kartu kreditnya. Sertifikat-sertifikat ini disimpan dalam bentuk dompet cyber, dan akan diaktifkan ketika konsumen ingin melakukan pembelian. Contoh yang paling menonjol pada sistem ini adalah system Secure Electronic Transaction (SET). Sistem ini lebih merupakan protokol daripada sistem pembayaran tunggal dan akan diterapkan oleh sejumlah perusahaan dalam bisnis onlinenya. Protokol ini dirancang oleh beberapa pemain utama komputer bisnis termasuk Microsoft. Meskipun demikian, sistem ini memiliki beberapa


(36)

kekurangan. Sistem ini didasarkan pada verifikasi kartu kredit, sehingga dapat menangani pembayaran-pembayaran dalam jumlah kecil. Sistem ini juga cenderung mengikat pengguna pada satu terminal komputer, karena sertifikat digital disimpan dalam hard disk, ketika di-copy pada sebuah disket sebagai alternatif, sistem ini menunjukkan keraguan terhadap keamanannya sendiri. Disamping itu akses ke hard disk juga memunculkan resiko keamanan. Walaupun terdapat kekurangan-kekurangan, jenis sistem ini diperkirakan akan menjadi pemain penting pada bisnis online.

3. Sistem Uang Berjaringan (Net Money System)

Sistem ini menghendaki konsumen merubah mata uangnya kedalam mata uang cyber, dan secara umum memungkinkan untuk melakukan pembayaran dalam jumlah kecil. Masalah yang utama adalah konsumen tidak hanya merubah mata uang yang dapat menahan pengeluaran dengan sendirinya, tetapi mata uang cyber disimpan dalam dompet, sehingga membuatnya kurang mudah dibawa kemana-mana.

2.1.2. Evolusi dan Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi ekonomi telah mengalami banyak perubahan baik dalam kegiatan transaksinya maupun faktor-faktor pendukung kegiatan transaksinya. Perubahan ini telah terjadi hampir berabad-abad lamanya. Dapat dikatakan bahwa sistem pembayarannya pun telah mengalami evolusi. Dalam perekonomian masyarakat yang masih terbelakang, transaksi ekonomi mereka dilakukan dengan cara barter. Transaksi barter inilah yang kemudian berkembang menjadi sebuah sistem yang dinamakan sistem pembayaran. Karena barter menghadapi masalah kesetaraan nilai, maka dipergunakanlah commodity money berupa emas atau perak serta koin. Masalah ini


(37)

muncul setelah adanya kesadaran masyarakat bahwa transaksi akan semakin efektif dan efisien apabila masyarakat mempergunakan “sesuatu” yang digunakan sebagai alat pembayaran.

Karena emas dan perak tidak praktis, maka evolusi ini berlanjut dengan penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi (Miskhin, 2001). Kelebihan dari uang kertas ini adalah lebih ringan daripada koin emas atau perak.

Pembayaran sistem barter, commodity money, serta uang fiat dapat dikelompokkan menjadi sistem pembayaran tunai. Sistem pembayaran ini merupakan sistem pembayaran yang paling sederhana, dan paling banyak digunakan untuk sebagian besar transaksi dalam perekonomian, terutama di negara-negara berkembang. Sebab, dalam sistem pembayaran tunai dana dapat dengan mudah ditransferkan secara instan tanpa adanya biaya lain seperti waktu, transaksi, dsb (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

Dalam kasus perekonomian Indonesia, untuk menjaga kualitas uang (uang kartal, uang fiat) yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan yang diambil tersebut adalah pengeluaran dan pengedaran uang emisi baru, serta melanjutkan program public education mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (Bank Indonesia, 2006). Beberapa standar fisik keaslian uang kartal (fiat) untuk menjaga dari penyalahgunaan dan pemalsuan diantaranya adalah ukuran, bahan, warna kertas yang unik, denominasi uang, serta pengaman (tinta khusus, watermark, benang pengaman, gambar tembus pandang, microtext, dll).

Setelah penggunaan uang fiat semakin meluas, bukan berarti evolusi ini telah berhenti. Penggunaan uang kertas ini juga menyimpan berbagai biaya, dari keamanan,


(38)

biaya transportasi, hingga biaya transaksi (pengenaan tarif dalam transaksi). Uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang mengeluarkannya dan pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan (Miskhin, 2001).

Oleh karena itu, pengembangan sistem pembayaran berlanjut dengan penggunaan cek. Alat pembayaran ini sempat meluas penggunaannya terutama di Amerika Serikat. Namun, seperti uang fiat ternyata penggunaan cek juga membutuhkan biaya. Beberapa jenis cek hanya bisa dicairkan dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan cek juga memerlukan keterlibatan satu atau lebih bank, yaitu transfer dana deposito dari rekening bank pihak pembayar ke rekening bank penerima pembayaran. Dalam sistem pembayaran non tunai seperti cek, jumlah nominal dana yang ditransaksikan harus secara spesifik ditulis, begitupun juga nama pihak pembayar dan penerima pembayaran. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam penggunaan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang digunakan dalam transaksi tersebut (Listfield dan Montes-Negret, 1994). Kedua proses ini membutuhkan biaya waktu dan transportasi, karena cek bersifat front-office payments, yang hanya bisa dicairkan di kantor bank yang bersangkutan.

Berdasarkan hambatan biaya tersebut maka evolusi ini berlanjut hingga dikembangkannya sistem pembayaran yang berdasarkan elektronik. Perkembangan ini ditunjang pula dengan kemajuan teknologi komputer yang sedemikian cepat. Secara umum, penggunaan uang fiat serta cek yang berdasarkan kertas ternyata tidak praktis, tidak nyaman untuk dipegang, dibutuhkan biaya transportasi untuk melangsungkan transaksi antara pembayar (payer) dan penerima pembayaran (payee). Sedangkan, sistem pembayaran elektronik terjadi antar bank tanpa adanya biaya pemrosesan seperti


(39)

pada alat pembayaran berdasarkan kertas. Sistem pembayaran elektronik memiliki efektifitas khususnya dalam transaksi yang bervolume tinggi dengan nilai transaksi yang kecil, terutama dalam perekonomian yang sedang berkembang yang memiliki akses teknologi yang terbatas (Listfield dan Montes-Negret, 1994).

Pada dekade 1970-an dan 1980-an elektronifikasi dalam sistem pembayaran mulai berkembang. Alat pembayaran yang menggunakan kartu yang memudahkan masyarakat bertransaksi langsung di tempat penjualan (point of sale, POS) menjadi fenomena. Varian pertama dari alat pembayaran ini yang mulai dikenal masyarakat adalah kartu kredit. Berawal dari kajian pemasaran yang cukup mendalam pada tahun 1958, Bank Of America mengenalkan kartu kredit (Global Insight, 2003). Untuk kepentingan ekspansi bisnis maka para penerbit Bank Americards mendirikan Visa pada tahun 1977. Penggunaan kartu kredit memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll). Perkembangan ini terus berlanjut dengan penemuan varian-varian alat pembayaran elektronik lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll.

2.2. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif

Efektifitas dari suatu sistem pembayaran telah menjadi unsur yang sangat penting dalam perekonomian sekarang ini. Sistem pembayaran yang paling mendekatinya adalah sistem pembayaran elektronik. Berikut ini merupakan kriteria umum efisiensi tersebut dapat dikatakan tercapai (Listfield dan Montes-Negret, 1994). 1. Kecepatan pembayaran. Setiap transaksi pembayaran memerlukan transfer dana


(40)

berpengaruh juga dalam transaksi pembayaran. Keterlambatan yang terjadi membuat ketidakpastian dalam penyelesaian transaksi, transfer dana, serta biaya imbangan dari penginvestasian modal untuk kegiatan perekonomian lain.

2. Kepastian pembayaran (certainty payments). Para pengguna suatu alat pembayaran harus yakin, bahwa pembayaran yang dilakukannya akan sampai pada tangan yang berhak. Jika keyakinan ini tidak ada maka mereka akan kembali pada sistem pembayaran tunai menggunakan uang koin dan uang fiat, daripada menggunakan sistem pembayaran non-tunai.

3. Keselamatan dan keamanan (safety and security)

• Pengawasan dari penggelapan. Sistem pembayaran harus didesain sedemikian

rupa dengan adanya pengawasan yang cukup untuk menjamin dari adanya penggelapan dan akses yang tak resmi terhadap data sistem pembayaran.

• Pengawasan resiko kredit. Dalam beberapa kejadian sehari-hari, sering kali

didengar adanya pengguna kartu kredit yang menggunakan kartu kreditnya secara tidak bertanggung jawab. Keadaan ini terjadi karena pihak penerima pembayaran (retailer, dsb) tidak mengetahui apakah pihak pembayar (pemilik kartu kredit) memiliki rekening yang cukup untuk membayar barang dan jasa yang ditransaksikan. Seharusnya resiko kredit dapat diantisipasi semenjak awal.

• Kepercayaan. Masyarakat luas harus percaya bahwa data sistem pembayaran

terlindungi dan tidak akan diakses informasinya oleh sumber yang tidak resmi. Data tersebut seharusnya terlindungi baik selama transaksi maupun sesudahnya. 4. Kenyamanan (convenience). Suatu sistem pembayaran harus membuat para

pengguna menjadi lebih nyaman, baik untuk memegang maupun melakukan transaksi dengan alat pembayaran tersebut. Dengan kata lain, terdapatnya biaya


(41)

transaksi dan biaya waktu (berupa keterlambatan) dalam penggunaan jasa keuangan tersebut. Hal ini akan kontraproduktif dalam perekonomian maju dengan perekonomian di negara berkembang.

5. Biaya. Perekonomian membutuhkan sistem pembayaran yang memiliki biaya paling rendah pada semua aspek.

2.3. Definisi dan Karakteristik Sistem Pembayaran Elektronik

Sistem pembayaran elektronik dapat didefinisikan sebagai layanan perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas (Wardiana, 2002).

Sistem pembayaran elektronik yang merupakan alat pembayaran dengan menggunakan kartu terdiri dari kartu kredit (credit card), charge card, kartu debet (debit card), dan cash card. Ada perbedaan signifikan di antara kartu-kartu tersebut, baik fungsi maupun konsekuensi penggunaannya. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit, konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan mencicil sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum itu biasanya sebesar 10-20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya, terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung pada bank penerbit kartu (issuer). Umumnya tingkat bunga kartu kredit saat ini berkisar antara 3-4 persen per bulan. Selain mesti membayar bunga, jika terlambat membayar konsumen juga akan dikenai denda keterlambatan (late charge).


(42)

Berbeda dengan charge card, bila pembayaran utang kartu kredit bisa dicicil, hal itu tidak berlaku bagi charge card. Setiap bulannya konsumen harus membayar penuh semua transaksi yang telah dilakukan dengan menggunakan charge card. Jika tidak bisa membayar penuh, konsumen akan dikenakan denda keterlambatan sebesar persentase tertentu. Tetapi pengguna charge card tidak dikenakan bunga apapun. Jadi, bila konsumen berbelanja, katakanlah tanggal 8 Juli ini, dan kemudian membayar pada tanggal 8 Agustus mendatang, maka jumlah yang ia bayarkan adalah sebesar nilai transaksi yang dilakukan. Artinya konsumen mendapatkan keleluasaan untuk berutang selama 30 hari tanpa dikenakan biaya apa pun.

Cash card adalah kartu untuk menarik uang tunai baik langsung melalui teller bank atau melalui Anjungan Tunai Mandiri (Kartu ATM) dan belakangan ini juga sudah dapat dipergunakan pada toko-toko tertentu. Kartu ATM merupakan alat pembayaran yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai atau pemindahan dana, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat persetujuan untuk menghimpun dana (Bank Indonesia, 2006).

Sementara itu kartu debet merupakan alat pembayaran, seperti juga kartu kredit dan charge card. Hanya saja yang membedakan adalah pola penggunaannya. Kartu debet mensyaratkan pemiliknya memiliki rekening di bank. Ketika pemilik berbelanja dengan menggunakan kartu debet, maka simpanan dalam rekeningnya akan terdebet otomatis sebesar nilai transaksi yang ia lakukan. Dengan kata lain, kartu debet juga kerap didefinisikan sebagai pembayaran tunai tanpa perlu membawa uang tunai.

Saat ini ada dua jenis kartu debet. Pertama, kartu debet yang mengharuskan pemiliknya menggunakan Personal Identification Number (PIN) ketika bertransaksi.


(43)

Jadi, misalnya pemilik berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan kartu debet, maka untuk dapat mendebet rekeningnya, terlebih dahulu ia harus memasukkan PIN dan baru kemudian pendebetan dapat dilakukan. Kedua, kartu debet yang mekanisme penggunaannya mirip seperti menggunakan kartu kredit. Artinya, pemilik cukup menyerahkan kartu debetnya kepada pramuniaga dan ia menggesekkannya pada alat elektronik yang on-line dengan bank. Pada saat itu juga terjadi pemotongan pada sejumlah rekening pemilik sebesar nilai transaksi yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi, karena di kartu debet pemilik ada semacam sistem magnet sebagai alat verifikasi (Masassya, 2001).

2.4. Perusahaan Retail 2.4.1. Definisi Retail

Pedagang pengecer (retail) adalah suatu badan perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai kecil. Pengertian retail menurut Manson et al. dalam bukunya berjudul Modern Retailing yang terbit pada tahun 1994 mengemukakan bahwa retailing adalah bagian dari pemasaran dimana aktivitas yang terlibat dalam penjualan produk dan jasa ke pemakai akhir (konsumen akhir) (Susilowati, 2005). Retail merupakan bagian yang sangat penting dari total aktivitas bisnis yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen akhir. Hal ini disebabkan karena retail merupakan tahapan perpindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir (Kotler dalam Susilowati, 2005). Menurut Patrick Dune (2002) dalam bukunya mengenai retailing menyatakan bahwa retailing merupakan aktivitas akhir dan tahapan yang membutuhkan penghubung untuk menyampaikan produk barang dan jasa ke konsumen akhir.


(44)

Pada intinya, retail merupakan bagian yang sangat penting dari marketing channel dimana bagian ini mendistribusikan produk dan jasa dari produsen ke konsumen akhir. Maksud konsumen akhir disini yaitu pemakai barang atau jasa dimana konsumen tersebut tidak memperjualbelikan kembali produk dan jasa tersebut kepada konsumen lainnya. Perusahaan retail adalah suatu organisasi bisnis yang bertugas mendistribusikan dengan cara menjual barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir. Sebagian besar perusahaan retail yang ada di Indonesia bergerak pada bidang penjualan produk fisik seperti makanan, minuman, pakaian, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Jenis perusahaan retail ini antara lain hypermarket, supermarket, minimarket, department store dan lain-lain, sedangkan perusahaan retail yang bergerak pada bidang jasa atau servis hanya melakukan penjualan jasa seperti restoran cepat saji, layanan bank, jasa foto dan penjualan jasa lainnya. Sedangkan menurut Burstiner (1986), tipe umum dari perusahaan retail antara lain restoran, bar, pom bensin, agen mobil, perusahaan furniture, dan toko khusus penjual kebutuhan wanita, sedangkan untuk servis atau jasa antara lain bengkel mobil, layanan bank, salon kecantikan, layanan kesehatan, hotel/penginapan dan dry cleaning/ laundry.

Perusahaan retail secara umum merupakan suatu bidang usaha yang diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Biro Pusat Statistik dalam Dumairy (1996), membedakan suatu industri atau perusahaan menjadi 4 lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:

1. Industri/perusahaan besar : jumlah pekerja 100 orang atau lebih;

2. Industri/ perusahaan menengah : jumlah pekerja antara 20 sampai 99 orang; 3. Industri/perusahaan kecil : jumlah pekerja antara 5 sampai 19 orang;


(45)

Selain itu perusahaan retail skala kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta memiliki kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Kriteria retail skala kecil yang dimaksud adalah sebagai berikut (Depkop dan PPK dalam Susilowati, 2005):

1. Memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp. 200.000.000,-

2. Hanya mempekerjakan beberapa orang atau dikerjakan oleh pemilik sendiri dan keluarganya.

3. Milik warga negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai.

5. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum.

Perusahaan retail skala besar adalah retail yang ketentuan umumnya diatur dalam keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan. Kriteria bisnis retail yang dimaksud adalah:

1. Harus memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha sekurang-kurangnya Rp. 200.000.000,-

2. Menggunakan teknologi pemasaran dan pelayanan yang modern.

3. Menguasai gudang secukupnya sesuai dengan komoditi yang diperdagangkan. 4. Menerapkan manajemen modern dalam pengelolaan usahanya. (Susilowati, 2005)


(46)

2.4.2. Lingkungan Retail

Menurut Gosh (1994), lingkungan ritel terdiri dari dari dua lapisan yakni internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari pesaing (competitor), costumer dan pemasok (supplier) sedangkan lingkungan eksternal terdiri atas social-demographic environment, legal environment, economic environment, technology environment. Gambar 2.1 menunjukkan lapisan-lapisan yang ada di lingkungan retail.

Pesaing dan pemasok secara langsung mempengaruhi performance perusahaan retail. Apabila pesaing membuat perusahaan retail dipaksa untuk selalu memonitoring strategi pesaing agar efisiensi pesaing dapat tercapai maka supplier sebagai pemasok mempengaruhi strategip pengecer untuk selalu mencukupi kebutuhan perusahaan retail tersebut. Jadi antara pengecer dan pemasok saling mempengaruhi satu sama lain dalam hal marketing channel.

Social-demographic Environment

Competitor

Legal Technology Environment Environment

Supplier

Economic Environment Costumer

Gambar 2.1. Gambaran Lingkungan Retail Sumber : Gosh, 1994


(47)

Namun antara pesaing, pelanggan dan pemasok juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik makro maupun mikro. Pengecer harus merespons perubahan yang terjadi di lingkungannya agar dalam pengambilan keputusan dapat sesuai dengan harapan, situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengecer harus memperhatikan lingkungan-lingkungan sebagai berikut :

ƒ Social-demographic environment seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya serta pola permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.

ƒ Legal environment seperti peraturan dan perundang-undangan.

ƒ Economic environment seperti inflasi yang menentukan daya beli masyarakat ƒ Technology environment seperti teknologi komputer, komunikasi dan elektronik. 2.4.3. Peranan Retail dalam Pendistribusian Produk

Menurut Manson, et al dalam Susilowati (2005), retail memiliki peranan yang penting dalam proses pendistribusian produk dan jasa dari produsen ke konsumen akhir. Namun retail memiliki 3 fungsi penting, diantaranya :

a. Mengatur Persediaan

Pengecer harus dapat mengatur persediaan yang ada dengan menentukan jumlah barang yang tepat, waktu yang tepat dan tempat yang tepat secara regular atau berskala serta menanggung resiko dalam penyimpanan persediaan sebelum barang sampai ke konsumen akhir.

b. Promosi melalui Iklan dan Pelayanan Jasa

Pengecer juga menggunakan iklan sebagai promosi melalui berbagai media baik massa maupun elektronik untuk menginformasikan apa yang ada di dalam toko tersebut, serta menyediakan pelayanan atau service store dan after sales service. c. Mengatur Arus Informasi


(48)

Pengecer juga mengatur informasi yang berguna untuk konsumen dan produsen mengenai produk dan jasa yang tersedia dan yang diperlukan pada toko sudah apakah telah tersedia.

2.4.4. Perusahaan Retail Kecil dan Tenaga Kerja

Perusahaan retail kecil pada umunya memiliki struktur organisasi yang sederhana. Pemiliknya menjalankan keseluruhan aspek dari setiap kegiatan perusahaannya, baik itu pembelian, penjualan, pengoperasian toko maupun keuangan. Sebuah perusahaan retail kecil tidak akan mampu untuk membayar pekerja yang memiliki keahlian yang benar-benar khusus dalam bidang tertentu. Bahkan kadang-kadang pemilik perusahaan sudah merupakan pekerja yang biasanya didampingi oleh satu atau dua pekerja lainnya. Tanggung jawab dan segala keputusan langsung dibawah tangan pemilik untuk dilaksanakan oleh para bawahan atau pekerjanya. Sebagai pemilik perusahaan, merchant biasanya mempekerjakan seorang kasir, penjual, pekerja bagian gudang dan pekerja-pekerja lain yang tidak membutuhkan kemampuan spesifik tertentu. Semakin meningkatnya pendapatan perusahaan retail kecil, maka kemungkinan untuk menambah tenaga kerjanya pun semakin bertambah (Burstiner, 1986).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Grant (1983), mengenai sistem pembayaran yang dilakukan di Inggris adalah menganalisis pemilihan sistem pembayaran yang digunakan oleh perusahaan retail untuk melakukan transaksi bisnisnya. Pendekatan yang digunakan pada penelitiannya adalah dengan menggunakan pendekatan estimasi biaya. Perusahaan retail dalam melakukan transaksi menggunakan dua sistem pembayaran, yaitu pembayaran tunai dan non tunai. Untuk pembayaran secara cash digunakan juga cek, sedangkan untuk pembayaran non tunai digunakan kartu kredit perbankan. Biaya dari


(49)

pembayaran dibagi menjadi dua kategori yaitu : (1). Biaya yang dikenakan oleh penyedia pelayanan pembayaran (seperti perusahaan kartu kredit, perusahaan asuransi, dll). (2). Sumber pembayaran dari pengecer untuk mengatur dan juga administrasi dari penerimaan pembayaran.

Hasil dari penelitiannya memperlihatkan bahwa cost (biaya) dari menggunakan sistem pembayaran non tunai (kartu kredit) tidak selalu menunjukkan penghematan. Dari segi biaya penggunaan kartu kredit memperbesar biaya untuk administrasinya dan juga biaya untuk diskon yang dikenakan oleh perbankan terhadap kartu kredit tersebut. Namun, bagi perusahaan retail peningkatan biaya ini tertutupi oleh semakin meningkatnya permintaan akan barang retail-nya. Peningkatan ini terjadi karena konsumen merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakan kartu kredit, sehingga perusahaan retail tersebut secara keseluruhan mendapatkan keuntungan dari penggunaan kartu kredit tersebut.

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka pemikiran konseptual yang terdapat pada Gambar 2.2. dapat dijelaskan sebagai berikut, perbankan sebagai lembaga intermediasi selama ini merupakan tempat dimana transaksi pembayaran dilakukan baik tunai maupun non tunai, tetapi dengan semakin majunya teknologi maka kinerja perbankan semakin dituntut untuk mengikuti kemajuan tersebut. Sehingga diterapkanlah teknologi dalam sistem pembayaran non tunai dimana sebelumnya dikenal paper based payment (cek dan giro), sekarang dikenal lagi sistem pembayaran non tunai yaitu sistem pembayaran elektronik dalam bentuk kartu kredit (credit card), charge card, kartu debet (debet card), dan cash card (ATM). Tujuan dari diterbitkannya sistem pembayaran elektronik adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, keamanan serta menghemat waktu.


(50)

Perusahaan retail mengadopsi teknologi baru berupa sistem pembayaran elektronik untuk mengefisienkan transaksi serta meningkatkan pelayanan terhadap konsumen mereka. Pemilihan penggunaan sistem pembayaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur perusahaan (AGE), pendapatan perusahaan (REV), status hukum perusahaan (STATUS), bidang usaha (COMPANY), jumlah tenaga kerja (EMPLY), tipe daerah (RURBAN) dan keamanan (SECURE). Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik untuk menentukan faktor yang signifikan terhadap preferensi perusahaan retail dalam menerima sistem pembayaran elektronik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada alasan penerimaan sistem pembayaran elektronik yang dalam hal ini adalah kartu kredit, kartu debet dan transfer bank oleh perusahaan-perusahaan retail kecil pada lima propinsi yang terdapat di Indonesia. Untuk menganalisis preferensi atau alasan penerimaan ketiga alat pembayaran, penelitian dilakukan dengan menggunakan karakteristik dan persepsi responden perusahaan-perusahan retail kecil. Regresi logistik kemudian digunakan untuk menganalisis peluang penerimaan dan juga seberapa besar pengaruh dari karakteristik dan persepsi responden terhadap ketiga alat pembayaran ini. Dengan pereduksian variabel akan dihasilkan variabel-variabel yang signifikan atau nyata pada taraf tertentu.


(51)

SISTEM PEMBAYARAN

Sistem Pembayaran Elektronik

Credit Card Debet Card Transfer Bank

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Regresi Logistik Reduksi Peubah

Faktor-Faktor yang mempengaruhi perusahaan retail kecil dalam menerima Sistem Pembayaran Elektronik.

Adopsi Perusahaan

Retail


(52)

III. GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA

3.1. Gambaran Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia

Secara umum sistem pembayaran di Indonesia masih didominasi oleh pembayaran berbasis warkat (paper-based payment system). Seiring dioperasikannya sistem Bank Indonesia – Real-Time Gross Settlement System (BI-RTGS)1 pada bulan November 2000 maka sistem pembayaran elektronis menjadi lebih berkembang dan mengambil peranan penting. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui Electronic Fund Transfer Point of Sale (EFTPOS)2 pada berbagai pusat perbelanjaan dan gerai ritel, serta makin maraknya penggunaan fasilitas ATM dibandingkan dengan penarikan secara tunai pada counter bank.

Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Perdagangan) dan UU No.3 tentang Bank Sentral tahun 2004. Ditegaskan dalam undang-undang tersebut bahwa tugas dan peran Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Ketiga tugas pokok tersebut merupakan tujuan perantara dalam merealisasikan tujuan utama Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

1

BI-RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed), dimana rekening bank peserta dapat didebet / dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

2

EFT POS adalah suatu rancangan dimana konsumen pada waktu dan wilayah yang sama dapat melakukan pembelian barang atau jasa dengan cara mentransfer dana dari rekeningnya sendiri melalui lembaga keuangan sebagai lembaga penyedia dan tempat penyimpanan dana. Transaksi yang dilakukan menggunakan sistem identifikasi keamanan dan jaringan elektronik yang aman. Pada umumnya bentuk dari sistem identifikasi keamanan ini adalah sebuah kartu yang memiliki magnet dan dikombinasikan dengan kode atau Personal Identification Number (PIN) yang merupakan identitas dari pemiliknya.


(53)

3.2. Penyelenggara Jasa Pembayaran

Lembaga yang melayani jasa pembayaran di Indonesia dapat digolongkan sebagai bank dan lembaga keuangan bukan bank. Kondisi dan karakteristik dari masing-masing lembaga tersebut adalah sebagai berikut.

3.2.1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok Perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Maksud lembaga keuangan menurut Undang-Undang tersebut adalah semua badan yang kegiatan-kegiatannya berada dalam bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya kedalam masyarakat.

Perbankan didefinisikan juga sebagai suatu badan yang memiliki tugas utama menghimpun dana dari pihak ketiga, sedangkan menurut Suyatno, et al (1994), Perbankan adalah suatu badan yang berfungsi sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian Perbankan yang lain yaitu bank adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, dimana keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil kegiatan yang berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga, sedangkan biayanya berupa pembayaran bunga dan biaya-biaya lain dalam upayanya menarik sumber dana masyarakat (Nopirin, 1992)

Perbankan Indonesia terdiri dari Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Meskipun demikian, jasa pembayaran hanya disediakan oleh BI dan bank umum. Saat ini BI adalah penyedia


(54)

utama dari fasilitas kliring dan setelmen antarbank. Sistem kliring di BI ini terbagi atas sistem elektronik, otomasi, semi otomasi, dan manual. Sistem kliring elektronis memungkinkan bank untuk mengirimkan data transaksinya secara elektronis dari komputer yang ada di peserta kepada komputer penyelenggara (BI); sistem ini diterapkan di Jakarta. Sistem kliring elektronik memproses warkat kliring dengan mesin baca pilah (reader sorter), yang diterapkan di Medan, Surabaya, dan Bandung. Sistem semi otomasi menggunakan disket berisi rekaman data warkat dan diterapkan di kantor-kantor Bank Indonesia penyelenggara kliring selain Medan, Surabaya, dan Bandung. Pada kota-kota dimana tidak terdapat kantor BI, sebuah kantor bank komersil yang beroperasi di kota atau daerah dijadikan sebagai agen penyelenggara kliring. BI menyediakan jasa setelmen kepada bank-bank umum serta jasa-jasa transfer dana kepada pemerintah pusat dan daerah melalui rekeningnya yang berada di BI. Adapun semua kantor BI dihubungkan dengan suatu sistem jaringan transfer dana on-line.

Bank umum merupakan bagian terbesar dalam kelompok lembaga keuangan di Indonesia yang menyediakan jasa transfer dana dan pembayaran, baik melalui rekening mereka pada BI, melalui hubungan bilateral, ataupun melalui jaringan transfer dana antar-cabang on-line milik mereka. Saat ini, bank-bank umum yang memiliki fasilitas transfer dana antar-cabang secara on-line adalah hanya bank-bank besar. Perlu dicatat bahwa, pada saat ini terdapat 164 bank umum dengan 5.379 kantor.

Sementara itu, walaupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bagian dari sistem perbankan Indonesia, mereka tidak menyediakan jasa transfer dana antar bank kepada nasabahnya. Bahkan bilamana terdapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menyediakan jasa transfer dana, nilai dan volumenya sangat rendah dan dilakukan melalui mekanisme diluar sistem kliring. Berdasarkan pada peraturan yang berlaku,


(55)

Bank Perkreditan Rakyat tidak diijinkan untuk menyediakan rekening giro untuk nasabahnya dan juga tidak diijinkan untuk memiliki rekening giro pada BI. Saat ini terdapat lebih dari 8.000 kantor Bank Perkreditan Rakyat dan sebagian besar beroperasi secara lokal. Hal ini menyebabkan aktivitas perbankan yang dilakukan menjadi dibatasi oleh faktor luas wilayah, walaupun sejumlah bank perkreditan rakyat memiliki sejumlah kantor cabang pada kota-kota sekitarnya.

3.2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Sejak terjadinya liberalisasi pada sektor keuangan, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) memegang peranan penting sebagai salah satu sumber pembiayaan. Lembaga-lembaga yang termasuk dalam LKBB adalah perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pegadaian. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku pada saat ini, LKBB dapat pula menyediakan jasa kartu kredit (telah dilakukan oleh beberapa LKBB).

Kegiatan PT POS Indonesia juga terkait dengan penyelenggaraan jasa pembayaran, khususnya pada produk “Buku Giro” untuk pengiriman uang dan penyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yang mandiri, lepas dari perbankan. Untuk mendukung pelaksanaan jasa pengiriman uang tersebut, PT POS Indonesia memelihara rekening pada lebih dari 20 bank umum. Sejak bulan September 1995, PT POS Indonesia telah menjalin kerjasama sebagai agen untuk Bank Negara Indonesia (BNI) – yang merupakan salah satu bank persero - untuk melayani program tabungan baru (postal saving) melalui kantor-kantor cabang BNI. Pemindahan dana dari PT POS Indonesia kepada sistem perbankan dilakukan melalui rekening giro kantor pusat PT POS Indonesia yang dipeliharanya di bank-bank umum.


(1)

Lampiran 7. Lanjutan

Obs USETB AGE

REV

STATUS COMPANY EMPLY RURBAN SECURE

49 1 5

25000000 0

4

2

0

1

50 1 2

15000000 1

4

9

0

1

51 1 9

50000000 1

5

3

0

1

52 0 3

75000000 1

10

7

0

0

53 0 2

70000000 0

2

2

0

0

54 1 8

45000000 0

7

15

0

0

55 0 0

30000000 0

2

3

0

0

56 0 13

1E+08 1

11

9

0

0

57 0 3

1.5E+08 1

1

7

1

0

58 0 6

50000000 0

8

5

1

0

59 0 0

90000000 0

2

4

1

0

60 0 6

1.5E+08 1

11

9

1

0

61 1 7

20000000 0

4

4

1

0

62 0 26

7500000 1

4

5

1

0

63 0 7

50000000 1

5

10

1

0

64 0 4

2500000 0

2

3

1

0

65 1 5

60000000 0

2

5

1

0

66 0 6

25000000 0

1

3

1

0

67 0 0

90000000 0

2

5

1

0

68 0 8

3.15E+08 1

7

4

1

0

69 0 4

50000000 1

10

3

1

0

70 1 4 8E+08 1

5

14

1

1

71 1 0

50000000 1

1

19

1

0

72 1 13

5E+08 1

2

15

1

1

73 0 3

40000000 1

2

4

1

0

74 0 8

16000000 1

2

4

1

0

75 0 4

3000000 0

2

1

1

0

76 0 8

1000000 1

3

12

1

0

77 1 6 2E+08 1

4

17

1

1

78 0 13

1E+08 1

10

5

1

0

79 0 6

30000000 1

11

12

1

0

80 0 2

20000000 0

8

3

1

0

81 0 2

25000000 0

4

8

0

0

82 0 0

75000000 1

1

15

0

0

83 1 12

1.2E+08 1

2

15

0

1

84 0 12

2E+08 1

3

13

0

0

85 0 6

10000000 0

4

6

0

0

86 1 6

10000000 1

5

3

0

1

87 1 17

1E+08 1

6

5

0

1

88 0 5

40000000 1

10

5

0

0

89 1 8 1E+08 1

11

4

0

1

90 1 3

70000000 0

7

7

0

1

91 0 46

2E+08 1

2

13

0

0

92 0 66

8000000 0

2

5

0

0


(2)

Lampiran 8. Hasil Uji Multikolinearitas Data Transfer Bank

USETB AGE REV STATUS COMPANY EMPLY RURBAN SECURE USETB 1.000000 -0.059146 0.051403 0.072921 -0.041129 0.225125 0.048800 0.654275

AGE -0.059146 1.000000 -0.001177 0.055299 -0.111908 0.209619 -0.092329 -0.012470 REV 0.051403 -0.001177 1.000000 -0.020835 -0.044306 0.369756 -0.027318 0.187753 STATUS 0.072921 0.055299 -0.020835 1.000000 0.183283 0.113562 0.167201 0.116856 COMPANY -0.041129 -0.111908 -0.044306 0.183283 1.000000 -0.043080 -0.100836 -0.045208

EMPLY 0.225125 0.209619 0.369756 0.113562 -0.043080 1.000000 -0.068972 0.269297 RURBAN 0.048800 -0.092329 -0.027318 0.167201 -0.100836 -0.068972 1.000000 -0.018275 SECURE 0.654275 -0.012470 0.187753 0.116856 -0.045208 0.269297 -0.018275 1.000000


(3)

Lampiran 9. Hasil Regresi Logistik dan Pereduksian Variabel Transfer Bank

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-1

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 06/20/06 Time: 13:53

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient

Std.

Error

z-Statistic

Prob.

C -1.426173

0.784207

-1.818617

0.0690

AGE -0.012516

0.025120

-0.498258

0.6183

REV -7.30E-10

7.47E-10

-0.977374

0.3284

STATUS -0.086666

0.590769

-0.146700

0.8834

COMPANY -0.006247

0.079868

-0.078214

0.9377

EMPLY 0.051911

0.064412

0.805932

0.4203

RURBAN 0.274092

0.563760

0.486186

0.6268

SECURE 3.564837

0.822509

4.334102

0.0000

Mean dependent var

0.397849 S.D. dependent var

0.492107

S.E. of regression

0.380806 Akaike info criterion

1.019419

Sum squared resid

12.32614 Schwarz criterion

1.237277

Log likelihood

-39.40298 Hannan-Quinn criter.

1.107384

Restr. log likelihood

-62.50810 Avg. log likelihood

-0.423688

LR statistic (7 df)

46.21022 McFadden R-squared

0.369634

Probability(LR stat)

7.96E-08

Obs with Dep=0

56 Total obs

93

Obs with Dep=1

37

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-2

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/20/06 Time: 13:53

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.457451 0.676243 -2.155218 0.0311

AGE -0.012257 0.024998 -0.490328 0.6239 REV -7.28E-10 7.46E-10 -0.976172 0.3290 STATUS -0.096626 0.578394 -0.167059 0.8673 EMPLY 0.052006 0.064439 0.807066 0.4196 RURBAN 0.280493 0.557536 0.503095 0.6149 SECURE 3.568023 0.822003 4.340644 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.378645 Akaike info criterion 0.998021 Sum squared resid 12.33001 Schwarz criterion 1.188647 Log likelihood -39.40799 Hannan-Quinn criter. 1.074991 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.423742 LR statistic (6 df) 46.20021 McFadden R-squared 0.369554 Probability(LR stat) 2.70E-08

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37


(4)

Lampiran 9. Lanjutan

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-3

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/21/06 Time: 20:01

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.505483 0.619099 -2.431733 0.0150

AGE -0.012414 0.025047 -0.495616 0.6202 REV -7.12E-10 7.35E-10 -0.969163 0.3325 EMPLY 0.050929 0.064120 0.794273 0.4270 RURBAN 0.264527 0.548914 0.481910 0.6299 SECURE 3.557811 0.819621 4.340798 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.376757 Akaike info criterion 0.977177 Sum squared resid 12.34929 Schwarz criterion 1.140570 Log likelihood -39.43873 Hannan-Quinn criter. 1.043151 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.424072 LR statistic (5 df) 46.13874 McFadden R-squared 0.369062 Probability(LR stat) 8.51E-09

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-4

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/21/06 Time: 20:02

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.340730 0.492591 -2.721792 0.0065

AGE -0.013445 0.024630 -0.545871 0.5852 REV -7.35E-10 7.46E-10 -0.984838 0.3247 EMPLY 0.049179 0.063861 0.770092 0.4412 SECURE 3.557456 0.820711 4.334602 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.375516 Akaike info criterion 0.960709 Sum squared resid 12.40906 Schwarz criterion 1.096870 Log likelihood -39.67296 Hannan-Quinn criter. 1.015687 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.426591 LR statistic (4 df) 45.67026 McFadden R-squared 0.365315 Probability(LR stat) 2.88E-09

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37


(5)

Lampiran 9. Lanjutan

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-5

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/21/06 Time: 20:03

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.425474 0.476504 -2.991528 0.0028

REV -6.90E-10 7.36E-10 -0.937711 0.3484 EMPLY 0.040092 0.061718 0.649601 0.5159 SECURE 3.584250 0.823600 4.351933 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.375562 Akaike info criterion 0.946442 Sum squared resid 12.55315 Schwarz criterion 1.055371 Log likelihood -40.00956 Hannan-Quinn criter. 0.990425 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.430210 LR statistic (3 df) 44.99708 McFadden R-squared 0.359930 Probability(LR stat) 9.27E-10

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-6

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/21/06 Time: 20:03

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 3 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.199523 0.297768 -4.028382 0.0001

REV -5.23E-10 6.83E-10 -0.766338 0.4435 SECURE 3.677589 0.823288 4.466955 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.375708 Akaike info criterion 0.933926 Sum squared resid 12.70407 Schwarz criterion 1.015623 Log likelihood -40.42756 Hannan-Quinn criter. 0.966913 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.434705 LR statistic (2 df) 44.16108 McFadden R-squared 0.353243 Probability(LR stat) 2.57E-10

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37


(6)

Lampiran 9. Lanjutan

Hasil Regresi Logistik Transfer Bank ke-7

Dependent Variable: USETB

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 06/21/06 Time: 20:03

Sample: 1 93

Included observations: 93

Convergence achieved after 5 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -1.299283 0.291288 -4.460481 0.0000

SECURE 4.390325 1.063157 4.129517 0.0000 Mean dependent var 0.397849 S.D. dependent var 0.492107 S.E. of regression 0.374199 Akaike info criterion 0.913635 Sum squared resid 12.74224 Schwarz criterion 0.968099 Log likelihood -40.48402 Hannan-Quinn criter. 0.935626 Restr. log likelihood -62.50810 Avg. log likelihood -0.435312 LR statistic (1 df) 44.04815 McFadden R-squared 0.352340 Probability(LR stat) 3.20E-11

Obs with Dep=0 56 Total obs 93 Obs with Dep=1 37


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran Indonesia

1 21 129

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap penggunaan kartu pembayaran elektronik di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

3 30 116

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Di Indonesia Melakukan Auditor Switching (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2013-2015).

0 3 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN PERUSAHAAN DALAM MENERIMA OPINI Nalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan Perusahaan Dalam Menerima Opini Audit Going Concern ( Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 20

0 4 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN PERUSAHAAN DALAM MENERIMA Nalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan Perusahaan Dalam Menerima Opini Audit Going Concern ( Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN PERUSAHAAN DALAM MENERIMA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan Perusahaan Dalam Menerima Opini Audit Going Concern ( Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -

0 2 17

THESIS FRANSISCO DE ASSIS LIMA

0 5 125

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

TAP.COM - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ... 1604 6090 1 PB

0 11 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Rasio Keuangan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Di Indonesia

0 0 15