3.2. Penyelenggara Jasa Pembayaran
Lembaga yang melayani jasa pembayaran di Indonesia dapat digolongkan sebagai bank dan lembaga keuangan bukan bank. Kondisi dan karakteristik dari masing-masing
lembaga tersebut adalah sebagai berikut.
3.2.1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok Perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Maksud lembaga keuangan menurut Undang-Undang tersebut adalah semua badan yang kegiatan-kegiatannya
berada dalam bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya kedalam masyarakat.
Perbankan didefinisikan juga sebagai suatu badan yang memiliki tugas utama menghimpun dana dari pihak ketiga, sedangkan menurut Suyatno, et al 1994,
Perbankan adalah suatu badan yang berfungsi sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian Perbankan
yang lain yaitu bank adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, dimana keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dan
biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil kegiatan yang berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga, sedangkan biayanya berupa pembayaran bunga dan
biaya-biaya lain dalam upayanya menarik sumber dana masyarakat Nopirin, 1992
Perbankan Indonesia terdiri dari Bank Indonesia BI sebagai bank sentral di Indonesia, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Meskipun demikian, jasa
pembayaran hanya disediakan oleh BI dan bank umum. Saat ini BI adalah penyedia
utama dari fasilitas kliring dan setelmen antarbank. Sistem kliring di BI ini terbagi atas sistem elektronik, otomasi, semi otomasi, dan manual. Sistem kliring elektronis
memungkinkan bank untuk mengirimkan data transaksinya secara elektronis dari komputer yang ada di peserta kepada komputer penyelenggara BI; sistem ini
diterapkan di Jakarta. Sistem kliring elektronik memproses warkat kliring dengan mesin baca pilah reader sorter, yang diterapkan di Medan, Surabaya, dan Bandung. Sistem
semi otomasi menggunakan disket berisi rekaman data warkat dan diterapkan di kantor- kantor Bank Indonesia penyelenggara kliring selain Medan, Surabaya, dan Bandung.
Pada kota-kota dimana tidak terdapat kantor BI, sebuah kantor bank komersil yang beroperasi di kota atau daerah dijadikan sebagai agen penyelenggara kliring. BI
menyediakan jasa setelmen kepada bank-bank umum serta jasa-jasa transfer dana kepada pemerintah pusat dan daerah melalui rekeningnya yang berada di BI. Adapun
semua kantor BI dihubungkan dengan suatu sistem jaringan transfer dana on-line. Bank umum merupakan bagian terbesar dalam kelompok lembaga keuangan di
Indonesia yang menyediakan jasa transfer dana dan pembayaran, baik melalui rekening mereka pada BI, melalui hubungan bilateral, ataupun melalui jaringan transfer dana
antar-cabang on-line milik mereka. Saat ini, bank-bank umum yang memiliki fasilitas transfer dana antar-cabang secara on-line adalah hanya bank-bank besar. Perlu dicatat
bahwa, pada saat ini terdapat 164 bank umum dengan 5.379 kantor. Sementara itu, walaupun Bank Perkreditan Rakyat BPR merupakan bagian dari
sistem perbankan Indonesia, mereka tidak menyediakan jasa transfer dana antar bank kepada nasabahnya. Bahkan bilamana terdapat Bank Perkreditan Rakyat BPR yang
menyediakan jasa transfer dana, nilai dan volumenya sangat rendah dan dilakukan melalui mekanisme diluar sistem kliring. Berdasarkan pada peraturan yang berlaku,
Bank Perkreditan Rakyat tidak diijinkan untuk menyediakan rekening giro untuk nasabahnya dan juga tidak diijinkan untuk memiliki rekening giro pada BI. Saat ini
terdapat lebih dari 8.000 kantor Bank Perkreditan Rakyat dan sebagian besar beroperasi secara lokal. Hal ini menyebabkan aktivitas perbankan yang dilakukan menjadi dibatasi
oleh faktor luas wilayah, walaupun sejumlah bank perkreditan rakyat memiliki sejumlah kantor cabang pada kota-kota sekitarnya.
3.2.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB