Pengecer juga mengatur informasi yang berguna untuk konsumen dan produsen mengenai produk dan jasa yang tersedia dan yang diperlukan pada toko sudah
apakah telah tersedia.
2.4.4. Perusahaan Retail Kecil dan Tenaga Kerja
Perusahaan retail kecil pada umunya memiliki struktur organisasi yang sederhana. Pemiliknya menjalankan keseluruhan aspek dari setiap kegiatan
perusahaannya, baik itu pembelian, penjualan, pengoperasian toko maupun keuangan. Sebuah perusahaan retail kecil tidak akan mampu untuk membayar pekerja yang
memiliki keahlian yang benar-benar khusus dalam bidang tertentu. Bahkan kadang- kadang pemilik perusahaan sudah merupakan pekerja yang biasanya didampingi oleh
satu atau dua pekerja lainnya. Tanggung jawab dan segala keputusan langsung dibawah tangan pemilik untuk dilaksanakan oleh para bawahan atau pekerjanya. Sebagai pemilik
perusahaan, merchant biasanya mempekerjakan seorang kasir, penjual, pekerja bagian gudang dan pekerja-pekerja lain yang tidak membutuhkan kemampuan spesifik tertentu.
Semakin meningkatnya pendapatan perusahaan retail kecil, maka kemungkinan untuk menambah tenaga kerjanya pun semakin bertambah Burstiner, 1986.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Grant 1983, mengenai sistem pembayaran yang dilakukan di Inggris adalah menganalisis pemilihan sistem pembayaran yang digunakan oleh
perusahaan retail untuk melakukan transaksi bisnisnya. Pendekatan yang digunakan pada penelitiannya adalah dengan menggunakan pendekatan estimasi biaya. Perusahaan
retail dalam melakukan transaksi menggunakan dua sistem pembayaran, yaitu pembayaran tunai dan non tunai. Untuk pembayaran secara cash digunakan juga cek,
sedangkan untuk pembayaran non tunai digunakan kartu kredit perbankan. Biaya dari
pembayaran dibagi menjadi dua kategori yaitu : 1. Biaya yang dikenakan oleh penyedia pelayanan pembayaran seperti perusahaan kartu kredit, perusahaan asuransi,
dll. 2. Sumber pembayaran dari pengecer untuk mengatur dan juga administrasi dari penerimaan pembayaran.
Hasil dari penelitiannya memperlihatkan bahwa cost biaya dari menggunakan sistem pembayaran non tunai kartu kredit tidak selalu menunjukkan penghematan.
Dari segi biaya penggunaan kartu kredit memperbesar biaya untuk administrasinya dan juga biaya untuk diskon yang dikenakan oleh perbankan terhadap kartu kredit tersebut.
Namun, bagi perusahaan retail peningkatan biaya ini tertutupi oleh semakin meningkatnya permintaan akan barang retail-nya. Peningkatan ini terjadi karena
konsumen merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakan kartu kredit, sehingga perusahaan retail tersebut secara keseluruhan mendapatkan keuntungan dari
penggunaan kartu kredit tersebut.
2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kerangka pemikiran konseptual yang terdapat pada Gambar 2.2. dapat dijelaskan sebagai berikut, perbankan sebagai lembaga intermediasi selama ini
merupakan tempat dimana transaksi pembayaran dilakukan baik tunai maupun non tunai, tetapi dengan semakin majunya teknologi maka kinerja perbankan semakin
dituntut untuk mengikuti kemajuan tersebut. Sehingga diterapkanlah teknologi dalam sistem pembayaran non tunai dimana sebelumnya dikenal paper based payment cek
dan giro, sekarang dikenal lagi sistem pembayaran non tunai yaitu sistem pembayaran elektronik dalam bentuk kartu kredit credit card, charge card, kartu debet debet
card, dan cash card ATM. Tujuan dari diterbitkannya sistem pembayaran elektronik adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, keamanan serta menghemat waktu.
Perusahaan retail mengadopsi teknologi baru berupa sistem pembayaran elektronik untuk mengefisienkan transaksi serta meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen mereka. Pemilihan penggunaan sistem pembayaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur perusahaan AGE, pendapatan perusahaan REV, status
hukum perusahaan STATUS, bidang usaha COMPANY, jumlah tenaga kerja EMPLY, tipe daerah RURBAN dan keamanan SECURE. Faktor-faktor tersebut
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik untuk menentukan faktor yang signifikan terhadap preferensi perusahaan retail dalam menerima sistem
pembayaran elektronik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih
memfokuskan pada alasan penerimaan sistem pembayaran elektronik yang dalam hal ini adalah kartu kredit, kartu debet dan transfer bank oleh perusahaan-perusahaan retail
kecil pada lima propinsi yang terdapat di Indonesia. Untuk menganalisis preferensi atau alasan penerimaan ketiga alat pembayaran, penelitian dilakukan dengan menggunakan
karakteristik dan persepsi responden perusahaan-perusahan retail kecil. Regresi logistik kemudian digunakan untuk menganalisis peluang penerimaan dan juga seberapa besar
pengaruh dari karakteristik dan persepsi responden terhadap ketiga alat pembayaran ini. Dengan pereduksian variabel akan dihasilkan variabel-variabel yang signifikan atau
nyata pada taraf tertentu.
SISTEM PEMBAYARAN
Sistem Pembayaran Elektronik
Credit Card Debet Card
Transfer Bank
X
1
X
2
X
4
X
3
X
5
X
6
X
7
Regresi Logistik Reduksi Peubah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perusahaan retail kecil dalam menerima Sistem Pembayaran Elektronik.
Adopsi Perusahaan Retail
Gambar 2.2. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
III. GAMBARAN UMUM SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA
3.1. Gambaran Sistem Pembayaran Nasional di Indonesia
Secara umum sistem pembayaran di Indonesia masih didominasi oleh pembayaran berbasis warkat paper-based payment system. Seiring dioperasikannya
sistem Bank Indonesia – Real-Time Gross Settlement System BI-RTGS
1
pada bulan November 2000 maka sistem pembayaran elektronis menjadi lebih berkembang dan
mengambil peranan penting. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui Electronic Fund Transfer Point of Sale EFTPOS
2
pada berbagai pusat perbelanjaan dan gerai ritel, serta makin maraknya penggunaan fasilitas ATM
dibandingkan dengan penarikan secara tunai pada counter bank. Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah KUHD Kitab
Undang-Undang Hukum Perdagangan dan UU No.3 tentang Bank Sentral tahun 2004. Ditegaskan dalam undang-undang tersebut bahwa tugas dan peran Bank Indonesia
adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Ketiga tugas
pokok tersebut merupakan tujuan perantara dalam merealisasikan tujuan utama Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
1
BI-RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi settlement pembayaran yang dilakukan per transaksi individually processed gross settlement dan bersifat real time electronically processed,
dimana rekening bank peserta dapat didebet dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
2
EFT POS adalah suatu rancangan dimana konsumen pada waktu dan wilayah yang sama dapat melakukan pembelian barang atau jasa dengan cara mentransfer dana dari rekeningnya sendiri melalui
lembaga keuangan sebagai lembaga penyedia dan tempat penyimpanan dana. Transaksi yang dilakukan menggunakan sistem identifikasi keamanan dan jaringan elektronik yang aman. Pada umumnya bentuk
dari sistem identifikasi keamanan ini adalah sebuah kartu yang memiliki magnet dan dikombinasikan dengan kode atau Personal Identification Number PIN yang merupakan identitas dari pemiliknya.