Permasalahan DPT Hilangnya Hak Sipil dan Politik Warga Negara Karena Tidak Adanya TPS Khusus

246 tercantum dalam Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Berbeda dengan orang atau penduduk pada umumnya yang harus secara aktif mendaftarkan data kependudukan yang berhubungan dengan kelahiran, perkawinan, perceraian atau kematian, maka Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 yang menyebut kelompok rentan ini sebagai “penduduk rentan administrasi kependudukan” dan “penduduk yang tidak mampu mendaftarkan sendiri” mengharuskan Pemerintah untuk bertanggung jawab dalam proses pencatatan mereka sebagai penduduk; Pengabaian atas pemberlakuan kekhususan ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dengan kesengajaan by commission misalnya Pemerintah tak membuat Undang-Undang yang menjamin penerapan langkah-langkah aksi afirmatif. Atau juga pelanggaran HAM dengan cara membiarkan by ommission kelompok rentan bila Pemerintah yang melihat kelompok ini tak dapat menjalankan hak-haknya yang dijamin oleh negara tetapi Pemerintah tak melakukan sebuah upaya apapun. Hasil Pemantauan Komnas HAM Dalam Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Dalam rangka pemastian pemenuhan hak sipil dan politik warga negara dalam Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Komnas HAM sesuai fungsi, tugas, dan kewenangannya telah melakukan pemantauan secara langsung ke beberapa daerah di Indonesia; Adapun beberapa daerah yang dijadikan sebagai sample oleh Komnas HAM dalam pelaksanaan pemantauan dalam pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Banten.

1. Permasalahan DPT

Daftar Pemilih Tetap DPT masih menjadi salah satu permasalahan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Diakui bahwa terdapat penambahan jumlah pemilih dalam DPT Pemilu Pilpres dibandingkan dengan DPT Pemilu Legislatif. Akan tetapi penambahan jumlah tersebut tidak begitu signifikan dikarenakan masih belum optimalnya penyelenggara Pemilu dalam melakukan update terhadap DPT. Adapun permasalahan DPT yang ada dalam pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden antara lain masih didapatinya DPT ganda, DPT yang sudah meninggal dan belum berusia 17 tahun. 247 Hal ini antara lain terjadi di Sulawesi Selatan, Balikpapan. Di LP Krobokan, Denpasar, Bali, terdapat sebanyak 759 pemilih yang terdaftar, akan tetapi di dalam DPT tersebut tidak mencantumkan NIK maupun Nomor KTP. Kemudian di Baduy terdapat sebanyak 438 orang yang memiliki tanggal lahir sama dalam DPT;

2. Hilangnya Hak Sipil dan Politik Warga Negara Karena Tidak Adanya TPS Khusus

Warga negara yang memiliki hak untuk memilh tidaklah memiliki kesamaan dalam menyampaikan aspirasinya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya warga negara potensial yang memiliki hak pilih yang terpaksa harus tinggal di rumah sakit dikarenakan sakit dan atau harus menunggu keluarganya yang sakit. Selain itu, didapati juga banyak warga negara yang karena kesalahannya harus mendekam di dalam penjara dan atau tahanan. Berdasarkan kondisi tersebut, sesuai dengan hasil pemantauan Komnas HAM di lapangan, didapati adanya fakta bahwa banyak warga negara yang sakit maupun berada di dalam lembaga pemasyarakatan tahanan tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Hal ini antara lain ditemukan di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Rumah Sakit Pelni Pelabuhan Belawan, RSUD Sangatta dan RS Prima Sangatta Balikpapan, Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Adhi Husana Undaan Wetan Surabaya, Rumah Sakit Sanglah Bali terdapat sebanyak 539 pasien ditambah dengan anggota keluarganya sehingga sekitar 1000 orang, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo; Selain itu, terdapat sejumlah napi dan atau tahanan termasuk tahanan di kepolisian juga tidak dapat menggunakan hak pilihnya dikarenakan tidak adanya TPS khusus.

3. Tidak Difasilitasinya Sarana dan Prasarana Kebutuhan Bagi Kelompok Rentan