53
a. PERNYATAAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA
Bahwa adalah suatu fakta hukum dimana Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam Materi
Konfrensi Pers Tim Penyelidikan Penghilangan Hak Sipil dan politik Warga Negara Dalam Pemilu Legislatif 09 April 2009 terrtanggal 8
Mei 2009, yang secara tegas dinyatakan bahwa:
“………..dalam pelaksanaan Pemilu ………., Negara bukan saja gagal menyelenggarakan Pemilu secara tertib sesuai jadwal
yang telah digariskan dalam Undang-Undang, tetapi juga lalai di dalam mengupayakan pemenuhan hak konstitusional sejumlah
besar warga Negara dalam menyalurkan aspirasi mereka secara
demokratis……………………….” Bahkan dalam dokumen yang sama Komnas HAM menerbitkan
rekomendasi yang pada intinya menyatakan: “bahwa telah terjadi penghilangan hak konstitusional pemilih dalam
Pemilu Legislatif
2009 secara
massive 25-40
warga
mempergunakan hak pilihnya dan sistemik di seluruh wilayah
Republik Indonesia”; “Negara,
khususnya Presiden,
Departmen Dalam
Negeri, Departemen Keuangan, DPR serta KPU gagal menunaikan
kewajiban institusional masing-masing untuk memastikan suatu penyelenggaraan Pemilu yang JURDIL”;
“Penghilangan hak konstitusional tersebut, dapat dikatakan sebagai bentuk
kegagalan Negara
dalam memenuhi
kewajibannya sebagaimana yang telah diamanatkan dalam peraturan perundang-
undangan”;
b. PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI
Bahwa terkait kegagalan danatau kesengajaan danatau kelalaian Termohon di dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, sehingga
terdapat suatu fakta hukum dimana terdapat satu tahapan penyelenggaraan Pemilu yang tidak dilaksanakan oleh Termohon
pada Pemilu Presiden tahun 2009, keadaan mana telah diketahui
54 dan diakui oleh Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangannya dalam
Putusan telah menyatakan secara tegas bahwa: ”.......pembenahan DPT melalui pemutakhiran data sangat sulit
dilakukan oleh KPU,................... terkait fakta dimana KPU telah lalai untuk melakukan pemutakhiran, pengumuman, perbaikan dan
penetapan data pemilih”; sebagaimana dinyatakan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 102PUU-VII2009 tertanggal 6 Juli 2009. Dengan demikian dan oleh karenanya dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dimana telah terdapat satu proses tahapan penyelenggaraan Pemilu yang tidak dilaksanakan,
oleh karenanya demi hukum dari sejak semula tidak pernah terjadi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 ATAU SETIDAK-
tidaknya hasil Pemilu tanggal 8 Juli 2009 bukanlah hasil Pemilu yang sah menurut hukum, dikarenakan telah dibuat dalam suatu proses
yang melawan hukum atau setidak-tidaknya menyimpang, terlebih dengan memperhatikan ketiadaan DPT sebagai pilar utama
demokrasi sekaligus parameter akuntabilitas, proporsionalitas serta transparansi, yang tidak hanya menentukan siapa yang akan menjadi
pemimimpin nantinya, akan tetapi lebih substansi lagi sangat mempengaruhi produksi surat suara, partisipasi masyarakat pemilih,
parameter pengawasan
bahkan potensi
manipulasi yang
berpengaruh secara langsung terhadap perolehan suara Pasangan Calon khususnya Pemohon.
c. REKOMENDASI BADAN PENGAWAS PEMILU