Jawaban Termohon Atas Perubahan Permohonan Pemohon Dalam Pokok Perkara

86 2. Menyatakan penetapan KPU Nomor 365KPTSKPUTAHUN 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 adalah sah menurut hukum. Atau, apabila KetuaMajelis Hakim Mahkamah Konstitusi R.I berpendapat lain mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya ex aequo et bono; Tambahan Jawaban Tertulis Termohon Terhadap Perubahan Permohonan Pemohon I

I. Jawaban Termohon Atas Perubahan Permohonan Pemohon

Bahwa Pemohon keberatan terhadap perubahan materi Permohonan Pemohon yang disampaikan dalam persidangan pertama. Ketentuan Pasal 7 ayat 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Persetisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden hanya memberikan kesempatan kepada Pemohon untuk melakukan perbaikan bukan perubahan. Selengkapnya Peraturan Mahkamah Konstitusi menyebutkan: Perbaikan permohonan dapat dilakukan oleh Pemohon hanya dalam persidangan hari pertama baik atas kemauan sendiri maupun atas nasehat hakim. Permohonan Pemohon yang dibacakan dihadapan persidangan pertama, tanggal 4 Agustus 2009, Pemohon tidak sekedar melakukan perbaikan tetapi tetah melakukan perubahan dengan menambah objek sengketa; Bahwa dalam permohonan Pemohon yang teregister oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 29 Juli 2009, Pemohon tidak mendalilkan masalah penghitungan suara dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009. Namun dalam perbaikan, Pemohon melakukan perubahan permohonan dengan menambah objek sengketa. Dalam hal terdapat perbaikan terhadap permohonan Pemohon, tidak boleh mengubah dan atau menambah objek sengketa. Hal demikian dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum . bagi Termohon dalam menghadapi sengketa hukum; Apa yang dilakukan oleh Pemohon sebenarnya bukan memperbaiki atau merubah permohonan, melainkan mengganti permohonan; 87 Bahwa untuk memberi kepastian hukum kepada Termohon, sudah selayaknya Mahkamah mengesampingkan penambahan objek sengketa yang diajukan oleh Pemohon;

II. Dalam Pokok Perkara

a. Bahwa Termohon menolak dalil Pemohon pada halaman 14 angka 2.15. Pemohon tidak menguraikan dengan jelas dalil dugaan penggelembungan suara yang dilakukan Termohon untuk Pasangan Calon Nomor Urut 2 Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono. Dimana, berapa jumlahnya dan oleh siapa? Ketentuan Pasal 5 ayat 3 huruf b angka 2 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menyebutkan bahwa permohonan sekurang- kurangnya memuat uraian yang jelas mengenai kesalahan penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan penghitungan suara yang benar menurut Pemohon; Tahapan penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara disetiap tingkatan telah dilaksanakan tanpa adanya keberatan terhadap perolehan suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Hal demikian dapat dibuktikan dengan formulir pernyataan keberatan saksi. Berdasarkan formulir model DC-2 PPWP, tidak terdapat catatan keberatan dari saksi yang hadir berkaitan dengan perolehan suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan fakta hukum tersebut, sudah selayaknya Mahkamah menyatakan menolak dalil Pemohon; b. Bahwa Termohon menotak dalil Pemohon angka 2.16. Terhadap penetapan jumlah TPS, disampaikan data sebagai berikut: Jumlah TPS Pemilu Legislatif 2009 SK KPU No.164KptsKPU2009 Jumlah TPS Pilpres Tahun 2009 SK KPU No. 315KptsKPU2009 519.920 449.808 Penetapan jumlah TPS Pilpres tersebut di atas dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pasal 113 ayat 1 dan ayat 2 menyebutkan: 1 Pemilih untuk setiap TPS paling banyak 800 delapan ratus orang. 88 2 TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan lokasinya di tempat yang mudah di jangkau, termasuk oleh penyandang cacat, tidak menggabungkan desa, dan memperhatikan aspek geografis serta menjamin setiap Pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, bebas, dan rahasia; Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemitihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2009 Pasal 4 ayat 1, ayat 2, ayat 3 menyatakan: 1 Jumlah Pemilih untuk tiap TPS paling banyak 800 delapan ratus orang. 2 Dalam menentukan jumlah pemilih untuk setiap TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1, agar pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS dapat diselesaikan pada hart dan tanggal yang sama, KPU KabupatenKotaPPKPPS harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, yaitu: tidak menggabungkan desakelurahan; memudahkan Pemilih; memperhatikan aspek geografis; batas waktu yang disediakan untuk pemungutan suara; dan jarak tempuh menuju TPS; 3 TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat dan menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, bebas, dan rahasia; Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 113 ayat 1 dan ayat 2 dan Peraturan Komisi Pemitihan Umum Nomor 29 Tahun 2009 Pasal 4 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 sebagaimana diuraikan di atas, jelas bahwa perbedaan jumlah pemilih terjadi bukan karena faktor penyelenggara menghilangkan 69.000 TPS, namun semata-mata melaksanakan amanat Undang-Undang. Dengan demikian dalil Pemohon tidak berdasar atas hukum sehingga cukup beralasan bagi Majelis Hakim Konstitusi untuk menolak permohonan Pemohon atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima; 89 Pemohon sendiri sebenarnya mengetahui faktor penyebab terjadinya perubahan jumlah TPS, karena di halaman 24 butir 2.16 permohonan dikemukakan: ... adanya peraturan yang menyebutkan bahwa untuk Pilpres di setiap TPS ditetapkan pemilihnya maksimal berjumlah 800 orang per TPS yang berbeda dengan pemilu legislatif sebanyak 500 orang. Dengan demikian, terjadinya pengurangan jumlah TPS merupakan hal yang tidak perlu lagi untuk dipermasalahkan. c. Bahwa Termohon menolak dalil Pemohon angka 2.17 yang tidak menguraikan dengan jelas dugaan perbuatan melawan hukum di Provinsi Papua, berupa perbuatan pencontrengan yang tidak dilakukan oleh pemilih, melainkan oleh para anggota Panitia Pemungutan Suara PPS. Perbuatan tersebut dilakukan oleh siapa, berapa jumlahnya dengan modus seperti apa? Termohon hanya menyebutkan 5 kabupatenkota di Provinsi Papua, tetapi tidak menunjuk dengan jelas nama kabupatenkota dimaksud. Demikian pula dengan dalil Pemohon pada angka 2.18 tidak menyebut dengan jelas peristiwa tersebut terjadi dimana dan dilakukan oleh siapa? Berdasarkan fakta tersebut, dalil Pemohon patut ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima; Pada saat pembuktian, Termohon bersedia untuk menunjukkan bukti bahwa perbuatan melawan hukum berupa pencontrengan oleh anggota PPS tersebut benar ada, tetapi jumlahnya tidak signifikan dan tidak mempengaruhi rekapitulasi penghitungan perolehan suara, karena atas rekomendasi Panwaslu setempat, KPU setempat sudah membatalkan perolehan angkanya; d. Bahwa Termohon dan jajarannya telah melaksanakan semua tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007. Hal demikian dapat dibuktikan dengan output kegiatan pelaksanaan tahapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pelaksanaan Tahapan pemutakhiran daftar pemilih menghasilkan DPT, Tahapan pencalonan menghasilkan penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, tahapan pemungutan suara menghasilkan penetapan perolehan suara Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan fakta demikian, tahapan mana yang dimaksudkan oleh Pemohon bahwa Termohon tidak melaksanakan Tahapan penyelenggaraan Pemilu? e. Bahwa terhadap dalil Pemohon angka 2.20, Termohon telah menyampaikan jawaban dihadapan persidangan tanggal 4 Agustus 2009; 90 f. Di halaman 24, angka 2.16 Pemohon mengemukakan bahwa dengan hilangnya 69.000 TPS, di mana setiap TPS menampung 500 suara, maka Pemohon kehilangan suara sebanyak 69.000 X 500 = 34.500.000 suara. Apa yang dikemukakan oleh Pemohon ini tidak benar dan tidak logis, karena adalah tidak mungkin untuk menyatakan bahwa suara yang hilang itu seluruhnya merupakan suara untuk Pemohon. Pemilihan Umum Presiden yang bersifat rahasia tidak memungkinkan seseorang untuk mengetahui kepada siapa suara dari seseorang lain diberikan pada saat pencontrengan. Asas rahasia menentukan bahwa apa yang dicontreng hanya dapat diketahui oleh si pencontreng itu sendiri dan oleh Tuhan. g. Dalil di dalam perubahan permohonan yang menyatakan Pemohon kehilangan 34.500.000 suara telah menimbulkan dalil baru yang menyatakan bahwa perolehan suara Pemohon berada pada urutan nomor 2, sehingga jika Pilpres putaran kedua digelar, para pemilih harus menjatuhkan pilihannya kepada Pemohon atau kepada Calon Nomor 2. Perubahan permohonan ini membawa konsekuensi kepada hukum acara. Karena perubahan ini, Pasangan Capres - Cawapres Nomor Urut 1 Megawati Sukarno Putri dan Prabowo harus ditempatkan bukan sebagai sesama Pemohon di dalam perkara ini, melainkan sebagai Pihak Terkait, karena baik Pemohon maupun Pasangan Capres - Cawapres Nomor Urut 1 sama-sama memperebutkan posisi perolehan suara pada peringkat kedua, agar dapat masuk ke Pilpres Putaran Kedua, jika putaran kedua tersebut perlu diadakan. h. Bahwa karena dalil Pemohon sebagaimana dikemukakan pada halaman 26-29 angka 1 s.d 10 tidak didasarkan pada ketentuan hukum, data dan fakta yang benar, maka sepatutnya Mahkamah Konstitusi menolak kesimpulan Pemohon. Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas, maka Termohon minta agar Majelis Hakim Konstitusi yang memeriksa dan memutus permohonan ini dapat memberikan putusan sebagai berikut: DALAM EKSEPSI: 1. Menerima eksepsi Termohon; 2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima; Atau DALAM POKOK PERKARA: 1. Menolak permohonan Pemohon untuk seturuhnya; 91 2. Menyatakan penetapan KPU Nomor 365KptsKPUTAHUN 2009 tanggat 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitutasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 adalah sah menurut hukum. Atau, apabila KetuaMajelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya ex aequo et bono ; Jawaban Tertulis Termohon Terhadap Permohonan Pemohon II I. Dalam Eksepsi

a. Permohonan Pemohon Bukan Objek Perselisihan Hasil Pemilihan Umum PHPU