Objek Pemohon I dan Pemohon II Bukan Merupakan Objek PHPU Permohonan Pemohon I Kabur

286 • Bahwa Ahli mendapatkan informasi dari beberapa media, katanya ada DPT yang tidak ber-NIK. Memang itu sangat dimungkinkan karena KPU tidak berwenang untuk memberikan NIK. Yang berwenang memberikan NIK adalah Pemerintah melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Tetapi setelah 5 April Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tidak boleh ikut di dalamnya. Itulah penyebab adanya DPT yang tidak ber-NIK; • Adanya NIK ganda atau data ganda. Bahwa sebenarnya data ganda tidak dapat hanya dilihat dari NIK ganda, karena dalam Undang-Undang Nomor 10 dinyatakan minimal ada 5 elemen data. Kalau 5 elemen data itu ganda, berarti baru ganda, kalau memang NIK-nya ganda, tetapi elemen data yang lainnya memang tidak ganda itu belum dapat dikatakan ganda. Jadi kalau memang ke 5 elemen data itu ganda, baru dapat dikatakan ganda; • Bahwa untuk mengatakan ganda sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Pasal 33, bahwa daftar pemilih itu sekurang-kurangnya memuat NIK, jenis kelamin, alamat di elemen data. Jadi kalau 5 elemen data itu sama baru pemilihnya ganda. Tetapi kalau salah satu ganda, hanya namanya yang ganda, dapat namanya sama tetapi tanggal lahirnya beda, itu tidak ganda pemilihnya. Oleh karena itu menurut Ahli, kalau untuk melihat ini sesuai dengan Undang-Undang, kalau dikatakan pemilih itu ganda; • Bahwa setelah DP4 diserahkan semua DPT itu tidak ber-NIK. Kalau semua DPT ber-NIK, yang tidak ber-NIK kemungkinan adalah tambahan yang tidak tercover pada waktu di DP-4 kemudian pada waktu pemutakhiran dia muncul. Jadi tambahan dari DP-4. Jadi kalau tambahan dari DP4, KPU tidak berwenang untuk memberikan NIK. [3 .1 9 ] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon I dan Pemohon II, Termohon memberikan jawaban yang selengkapnya termuat dalam bagian Duduk Perkara, pada pokoknya sebagai berikut: Jawaban Termohon Terhadap Pemohon I Dalam Eksepsi

1. Objek Pemohon I dan Pemohon II Bukan Merupakan Objek PHPU

bahwa Objek Pemohon Bukan Merupakan Objek PHPU sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 201 ayat 1 287 dan ayat 2 juncto Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 Pasal 4, karena isi permohonan Pemohon tidak berhubungan dengan “hasil penghitungan suara yang mempengaruhi penentuan terpilihnya Pasangan Calon atau penentuan untuk dipilih kembali pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”. – Tidak ada satu kalimat pun di dalam permohonan Pemohon yang berhubungan dengan “hasil penghitungan suara”. – Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak dapat dikualifikasikan sebagai Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, sehingga cukup beralasan untuk menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

2. Permohonan Pemohon I Kabur

o Bahwa isi permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat 3 butir b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 5 Maret 2009, tentang Pedoman Beracara dalam PHPU Presiden dan Wakil Presiden yang menyatakan: ”Permohonan sekurang-kurangnya memuat uraian yang jelas mengenai: 3. Kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon; 4. Permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon.” o Bahwa dalil Pemohon tidak menguraikan secara jelas TPS berapa dan dari kabupatenkota mana yang bermasalah, dengan demikian permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat 3 butir b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 5 Maret 2009. Dengan demikian jelas bahwa permohonan Pemohon secara yuridis merupakan permohonan yang tidak jelas atau kabur obscuur libel, sehingga cukup beralasan untuk menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima;

3. Jawaban Termohon Atas Perubahan Permohonan Pemohon