124
Keterangan Tertulis I. Dasar Hukum
1. Badan Pengawas Pemilu Bawaslu adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan umtuk mengawasi tahapan penyelenggaraan
pemilu, mulai dari pemutakhiran data pemilih hingga proses rekapitulasi suara, pemungutan dan penghitungan suara dan proses penetapan pemilu
sesuai Pasal 74 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum;
2. Pada konteks pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Bawaslu dan jajaran Panwas
mempunyai kewenangan
melakukan pengawasan
atas pelaksanaan penusunan daftar pemilih yang dialksnakan oleh suatu komisi
pemilihan umum hingga menerima, mengkaji dan menindaklanjuti laporan pelanggaran Pemilu sesuai Pasal 31 ayat 1 juncto Pasal 190 Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
II. Catatan DPT dalam Proses Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
3. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 365KptsKPUTahun 2009 tanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan
Suara dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 merupakan sebuah proses yang tidak berdiri sendiri
karena sangat berhubungan erat dengan proses atau tahapan Pemilu sebelumnya, yang dimulai antara lain dari: tahap pendaftaran pemilih,
pencalonan, kampanye, pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS hingga rekapitulasi hasil suara. Dengan demikian, keberhasilan danatau
ketidakberhasilan penyelenggaraan tahapan penetapan hasil rekapitulasi pengitungan suara Presiden dan Wakil Presiden ini sangat ditentukan oleh
keberhasilan penyelenggaraan tahapan-tahapan sebelumnya; 4. Bawaslu beserta seluruh jajarannya dalam kapasitas sebagai institusi
pengawas pemilu telah menyampaikan berbagai masukan baik kepada KPU, maupun kepada Pasangan Calon Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden dan Tim Kampanye Nasional dalam setiap tahapan Pemilu. Dalam konteks pendaftaran dan pemutakhiran daftar pemilih, Bawaslu membuat
125 surat himbauan yang ditujukan kepada Pasangan CalonTim Kampanye
agar turut mencermati proses pelaksanaan pemutakhiran daftar pemilih untuk mencegah dan meminimalisir potensi terjadinya pelanggaran maupun
permasalahan di kemudian hari; 5. Pada proses penyelenggaraan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan
Suara di TPS, Rekapitulasi di PPK, KPU kabupatenkota, KPU provinsi dan Rekapitulasi di tingkat Nasional, serta Penetapan Hasil Pemilu Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden, Bawaslu menyampaikan pandangan dan pendapatnya. Pendapat Bawaslu berserta jajaran Panwas dilakukan
setelah melalui proses evaluasi nasional yang melibatkan seluruh Panwaslu Provinsi se-Indonesia;
6. Proses dalam tahapan pemutakhiran daftar pemilih sangat berpengaruh terhadap kualitas proses dan hasil dalam penyelenggaraan tahapan
rekapitulasi hasil perolehan suara. Problem pada tahapan ini disebabkan
oleh karena kurang memadainya persiapan dan kesiapan KPU dalam
merencanakan, mengelola, mensupervisi proses pelaksanaan pemutakhiran DPT.
7. Salah satu masalah lain yang menjadi penyebab utama problem dalam pemutakhiran data pemilih karena KPU telah beberapa kali, setidaknya
telah 3 tiga kali melakukan perubahan jadwal dan tenggat waktu pemutakhiran DPT. Tindakan sedemikian menyebabkan dan mempunyai
implikasi serius pada kinerja KPU provinsi dan KPU kabupatenkota dalam memutakhirkan DPT. Jadwal pemutakhiran dan penetapan DPT yang sering
berubah-ubah ini telah menyebabkan munculnya banyak versi DPT sehingga menimbulkan kebingungan di kalangan peserta Pemilu dan juga
lembaga pengawas. Selain itu, ketiadaan sistem dan mekanisme yang tepat untuk membantu proses pemutakhiran DPT juga turut berkontribusi dalam
menyebabkan munculnya ketidakakuratan data DPT; 8. KPU menetapkan 31 Mei 2009 sebagai batas akhir pemutakhiran data yang
harus dilakukan oleh KPU provinsi dan kabupatenkota padahal batas akhir penetapan pemutakhiran data adalah 8 Juni 2009 karena Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009. Pada batas waktu tersebut, ada cukup banyak daerah yang tidak dapat
memenuhi penetapan KPU untuk melakukan pemutakhiran data. Lebih dari
126 itu, KPU ternyata telah melakukan pemutakhiran data 2 dua hari sebelum
Pemilu Presiden dan Wakil presiden tanggal 8 Juli 2009 dilakukan dengan alasan karena
adanya rekomendasi dari Bawaslu dan jajaran
pengawasannya di tingkat daerah; 9. Bahwa akses jajaran Pengawas Pemilu Lapangan PPL terhadap Salinan
Berita Acara Hasil Penghitungan Suara di TPS, pada kenyataannya masih banyak terhambat. Meskipun Bawaslu bersama KPU telah memiliki persepsi
yang sama dalam kerangka menjamin akses bagi PPL, Namun pada kenyataannya masih dijumpai adanya PPL yang tidak mendapatkan salinan
BA tersebut, atau terlambat memperolehnya. Keadaan sedemikian menyebabkan Bawaslu tidak dapat melakukan konfirmasi yang lebih telita
atas akurasi data yang tersebut dalam formular dimaksud; 10. KPU senantiasa membuat pernyataan dengan merujuk pada rekomendasi
Panwas daerah dalam proses pemutakhiran DPT. Berkenaan dengan hal tersebut, Bawaslu memandang perlu untuk dapat menyampaikan hal-hal
sebagai berikut: a. Penetapan DPT hanya dilakukan satu kali sebagaimana diatur di dalam
UU Nomor 42 Tahun 2008. Oleh karena itu Bawaslu memiliki sikap dan kebijakan bahwa Pengawas Pemilu di semua tingkatan tidak
diperkenankan merekomendasikan perubahan DPT yang sudah ditetapkan KPU melalui surat Bawaslu Nomor 442BawasluVI2009
tanggal 11 Juni 2009 yang ditujukan kepada Ketua Panwaslu Provinsi se-Indonesia:
b. Sebelum DPT ditetapkan yakni pada 30 April 2009, Bawaslu melalui surat Nomor 270BawasluIV2009 perihal Surat Edaran Pengawasan
Pendaftaran Pemilih Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, telah mengingatkan kepada KPU agar pada masa Perbaikan Daftar Pemilih
Sementara DPS lebih bersikap cermat dan hati-hati sehingga apa yang telah terjadi pada Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, tidak terulang
lagi pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kali ini; dan c. Pada tanggal 1 Mei 2009, melalui surat Nomor 281BawasluV2009,
Bawaslu telah menyampaikan himbauan kepada Tim Kampanye Pasangan Calon agar turut serta mencermati proses Pemutakhiran dan
Penetapan Daftar Pemilih, kala kami mendapati kekurangaktifan Tim
127 Kampanye dalam menggerakkanmendorong para anggotanya untuk
terlibat dalam proses-proses dimaksud. 11. Kendati Bawaslu telah melakukan berbagai hal sebagaimana dikemukakan
dalam butir tersebut di atas dan berdasarkan hasil penelusuran, ada beberapa Pengawas Pemilu telah menerbitkan rekomendasi kepada KPU
terkait dengan perubahan DPT. Setidaknya ada 6 enam Pengawas Pemilu yang memang merekomendasikan kepada KPU setempat untuk lakukan
perbaikan DPT. Ada sekitar 4 empat Pengawas Pemilu justru melakukan penindakan atas pelanggaran yang dilakukan KPU setempat karena
melakukan pelanggaran atas Pasal 209 juncto Pasal 41 UU Nomor 42 Tahun 2008;
12. Bawaslu sedang menempuh langkah-langkah mekanisme internal terhadap Pengawas Pemilu yang telah merekomendasikan perubahan DPT. Bawaslu
sedang memroses dan menelusuri dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Panwaslu yang mengeluarkan rekomendasi perbaikan DPT
setelah DPT ditetapkan karena dapat dikualifikasi telah melanggar ketentuan yang tersebut di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
yang telah secara tegas mengatur bahwa DPT hanya ditetapkan satu kali saja;
13. Berdasarkan butir di atas maka menurut pandangan Bawaslu, tindakan KPU dan atau pihak lainnya yang membuat pernyataan sepihak bahwa seluruh
Pengawas Pemilu dalam jajaran Bawaslu telah merekomendasikan perubahan DPT atas 471 empat puluh satu kabupatenkota atau 33 tiga
puluh tiga provinsi di Indonesia adalah pernyataan dan tindakan yang keliru dan menyesatkan.
III. Beberapa Catatan lainnya dalam Tahapan Proses Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan Respon Bawaslu atas
Permohonan yang berkaitan dengan Bawaslu
14. Bawaslu telah memberikan penilaian dengan membuat pernyataan bahwa KPU telah melakukan tindakan yang dapat dikualifikasi sebagai tidak
profesional. Penilaian dimaksud berkenaan dengan tindakan KPU yang berkaitan dengan perubahan jadwal dengan memajukan secara sepihak
jadwal pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Tindakan sedemikian telah mempunyai implikasi pada “kekacauan” jadwal tahapan pemilu lainnya dan
128 sekaligus membuat persiapan tahapan Pemilu selanjutnya menjadi tidak
optimal. Perbuatan KPU tersebut juga menyebabkan konsentrasi dari pasangan calon dan Tim Kampanyenya tidak lagi memberikan fokus yang
memadai pada persoalan yang menyangkut masalah DPT; 15. Penilaian Bawasalu atas sikap tidak professional dari KPU juga dikaitkan
dengan beberapa hal lainnya, yaitu: kesatu, KPU baru mensosialisasikan format pelaporan dana kampanye dari pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden 2 dua hari sebelum berakhirnya masa kampanye yang dimulai dari tanggal 27 Juni hingga 4 Juli 2009. Hal ini menyebabkan pelaporan
mengenai dana kampanye tidak konsisten sehingga indikasi adanya berbagai pelanggaran dalam pengelolaan dana kampanye yang diduga
dilakukan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat secara optimal diselesaikan; kedua, ada indikasi berupa tindakan yang dapat
dikualifikasi sebagai perbuatan yang bertentangan dengan prinsip netralitas dalam melakukan sosialisasi atas pasangan calon sehingga diduga keras
hanya menguntungkan salah satu pasangan calon saja; ketiga, KPU mempunyai kewenangan untuk menentukan jumalh TPS berkaitan dengan
jumlah peserta pemilu di suatu wilayah pemilihan tertentu tetapi KPU dinilai tidak cukup transparan untuk menjelaskan opsi kebijakan sehingga
potensial disinyalir melakukan tindakan melawan hukum. 16. Rincian mengenai pandangan, pendapat dan penilaian Bawaslu atas
penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara lengkap akan kami sampaikan pada Mahkamah kemudian.
Keterangan Lisan Bawaslu
1. Pelanggaran pemilu dilakukan setiap pasangan calon peserta Pemilu; 2. Terdapat permasalahan DPT di 10 provinsi menyangkut ketidakakuratan DPT
dalam konteks nama ganda, nama dan NIK ganda, tempat tanggal lahir ganda, pemilih yang sudah meninggal yang masih terdaftar dalam DPT dan banyak
pemilih yang masih belum terdaftar; 3. Bawaslu baru mengetahui ada perubahan DPT tanggal 6 Juli 2009 saat
Rekapitulasi Nasional; 4. DPT yang akurat bukan merupakan kondisi sine qua non;
129 5. Menurut Bawaslu carut marut DPT terjadi karena KPU tidak menyusun blue
print cetak biru setiap tahapan, karenanya sikap KPU bersifat parilitas. Namun Bawaslu tidak menemukan unsur kesengajaan KPU dalam permasalahan,
karena KPU telah berusaha untuk melakukan akomodasi terhadap perubahan- perubahan data;
6. Bawaslu menemukan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Pusat melalui spanduk yang disebarkan di seluruh Indonesia, dengan memberikan
contoh cara mencontreng pada nama, foto dan nomor hanya pada salah satu pasangan calon tertentu. Terhadap hal ini Bawaslu merekomendasi agar
dibentuk dewan kehormatan di KPU; 7. Bawaslu menerima laporan dari pasangan calon bahwa terdapat sosialisasi
mengisi form berita acara untuk C-1 yang dilakukan oleh KPU Jember, sosialisasi dilakukan dengan memberikan contoh pasangan calon nomor urut
dua memperoleh suara terbanyak. Setelah diklarifikasi kepada KPU Jember hal ini adalah model yang diperoleh dari atasan yang bersangkutan;
8. Bawaslu menemukan di beberapa daerah terjadi penggelembungan suara, C-1 palsu, surat suara yang sudah dicontreng sebelum proses, pemilih yang
mencontreng lebih dari dua kali terhadap pelangaran dan pidana Pemilu telah ditindaklanjuti;
9. Bawaslu berpendapat bahwa pengurangan jumlah TPS memiliki landasan hukum yang cukup. Karena Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden
menentukan jumlah 800 pemilih per-TPS, dan terkait hal ini KPU sudah menerbitkan surat keputusan tentang syarat-syarat penggabungan TPS;
10. Terkait dengan IFES Bawaslu telah melakukan klarifikasi kepada KPU, menurut KPU hal ini dilakukan karena keadaan mendesak. Bawaslu juga melakukan
klarifikasi kepada Bappenas, menurut Bappenas kerja sama dengan pihak asing tidak dapat dilakukan terkait dengan data, namun hal ini dilakukan karena
KPU tidak siap melaksanakan sendiri, dan jika tidak dilaksanakan akan menimbulkan permasalahan politik;
[2 .6 ] Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalilnya, Pemohon I dan
Pemohon II telah mengajukan bukti-bukti surattulisan, sebagai berikut:
130 1.
Bukti PI-1 : Fotokopi Putusan Termohon Komisi Pemilihan Umum Nomor
365KptsKPUTahun 2009
tentang Penetapan
Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pengumuman Hasil
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 tanggal 25 Juli 2009;
2. Bukti PI-2 : Fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP Pemohon atas nama
H.M. Jusuf Kalla; 3.
Bukti PI-3 : Fotokopi Surat Pemberitahuan terdaftar dalam daftar Pemilih Tetap atas nama Pemohon H.M. Jusuf Kalla, membuktikan
Pemohon H.M. Jusuf Kalla terdaftar selaku Pemilih; 4.
Bukti PI-4 : Fotokopi Kartu tanda Penduduk KTP atas nama Pemohon H. Wiranto;
5. Bukti PI-5
: Fotokopi Surat
Pemberitahuan Waktu
dan Tempat
Pemungutan Suara kepada H. Wiranto membuktikan Pemohon H. Wiranto terdaftar selaku pemilih;
6. Bukti PI-6 : Fotokopi Surat Keputusan Termohon Komisi Pemilihan Umum
Nomor 295KptsKPUTahun 2009 tanggal 29 Mei 2009 membuktikan Pemohon menjadi peserta Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009; 7.
Bukti PI-7 : Fotokopi Keputusan Termohon Komisi Pemilihan Umum Nomor: 297KptsKPUTahun 2009 tanggal 30 Mei 2009
membuktikan Pemohon adalah pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 dengan Nomor Urut 3 tiga;
8. Bukti PI-8 : Fotokopi Risalah Rapat Paripurna Ke-28 Masa Sidang IV
tahun Sidang 2008-2009 tentang Persetujuan Hak Angket DPR-RI terhadap pelanggaran Hak Konstitusional Warga
Negara Untuk Memilih, membuktikan Daftar Pemilih Tetap Legislatif yang ditetapkan Termohon semrawut;
9. Bukti PI-9 : Fotokopi Surat Pemohon Nomor 23Timkamnas JK-WVII
2009 tanggal 3 Juli 2009 tetang Permohonan Daftar Pemilih Tetap DPT surat mana yang telah diterima Termohon;
10. Bukti PI-10 : Fotokopi Surat Termohon Nomor 373UNDVII2009 tanggal 6 Juli 2009 perihal Undangan Pengecekan DPT;
131
11. Bukti PI-11 : Fotokopi Tanda Terima Hard Disk Eksternal berisi Daftar