Permohonan Pemohon Kabur Dan Tidak Jelas

71 dan Wakil Presiden”. – Tidak ada satu kalimat pun di dalam permohonan Pemohon yang berhubungan dengan “hasil penghitungan suara”. – Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak dapat dikualifikasikan sebagai Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, sehingga cukup beralasan bagi Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

2. Permohonan Pemohon Kabur Dan Tidak Jelas

2.1. Dalil Pemohon dalam permohonannya halaman 8 butir 2.2 angka 3 dan 4 yang menyatakan bahwa KPU dianggap telah sengaja mengeluarkan kebijakan menghilangkan 69.000 TPS yang berpotensi mempengaruhi pergerakan dan atau penghilangan sebanyak 34,5 juta suara pemilih dan KPU telah melibatkan pihak asing yaitu IFES dalam Proses Tabulasi Nasional Pemilu Presiden, merupakan dalil yang tidak jelas dan kabur. 2.2. Bahwa Pemohon tidak menjelaskan lebih lanjut hubungan antara hilangnnya 69.000 TPS yang berpotensi penghilangan sebanyak 34,5 juta suara pemilih dengan perolehan suara para Peserta Calon Presiden dan Wakil Presiden. Selain itu, ”potensi hilangnya 34,5 juta suara” tidak hanya berpengaruh terhadap perolehan suara Pemohon sebagai salah satu pasangan Capres dan Cawapres, tetapi juga berpengaruh terhadap semua pasangan Capres dan Cawapres. 2.3. Dalil Pemohon yang menyatakan bahwa KPU telah melibatkan pihak asing yaitu IFES dalam Proses Tabulasi Nasional Pemilu Presiden, merupakan dalil yang kabur, karena Pemohon tidak menjelaskan hubungan antara ikutsertanya IFES dalam Proses Tabulasi Nasional Pemilu Presiden dengan akibatnya terhadap perolehan suara para pasangan Capres dan Cawapres. Dengan demikian apa yang didalilkan oleh Pemohon merupakan dalil yang tidak jelas dan kabur; 2.4. Selanjutnya, dalil Pemohon pada halaman 12 butir 2.11.1 yang menyatakan ”bahwa dari 474 kabupaten yang verifikasi, ditemukan 87 kabupaten yang bermasalah serius di antaranya: - Tidak terinci s.d. TPS rekap saja: 23 kabupatenkota; - Data kosong 36 kabupatenkota; 72 - Format PDF 11 kabupatenkota; - File isi tidak sesuai 3 kabupatenkota; - File berisi program 2 kabupaten; - File belum diproses 10 kabupatenkota; - File berisi DP4 2 kabupatenkota”; 2.5. Isi permohonan Pemohon sebagaimana dikutip di atas tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat 3 butir b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 5 Maret 2009, tentang Pedoman Beracara dalam PHPU Presiden dan Wakil Presiden yang menyatakan: ”Permohonan sekurang-kurangnya memuat uraian yang jelas mengenai: 1. Kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon; 2. Permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon.” 2.6. Bahwa dalil Pemohon dalam permohonannya sebagaimana dikutip dalam angka 2.5 di atas tidak menguraikan secara jelas TPS berapa dan dari kabupatenkota mana yang bermasalah, dengan demikian permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat 3 butir b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 5 Maret 2009. 2.7. Dengan demikian jelas bahwa permohonan Pemohon secara yuridis merupakan permohonan yang tidak jelas atau kabur obscuur libel, sehingga cukup beralasan bagi Majelis Hakim Konstitusi untuk menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

B. Dalam Pokok Perkara

Terlebih dahulu Termohon menyatakan bahwa segala sesuatu yang dikemukakan oleh Termohon Dalam Eksepsi tidak dapat dipisahkan dari bagian Dalam Pokok Perkara. 1. Jawaban Termohon Atas Dalil-dalil Pemohon mengenai KPU bertindak tidak adil dan memihak pada salah satu CapresCawapres. 73 1.1 Bahwa Permohonan Pemohon pada angka 2.1 halaman 7 sampai dengan halaman 8 pada pokoknya menyatakan bahwa KPU telah bertindak tidak adil dan memihak pada salah satu CapresCawapres antara lain terkait dengan proses sosialisasi dan pengaturan jadwal. 1.2 Dalil Pemohon sebagaimana tersebut di atas adalah tidak berdasar atas hukum, karena: a. Dalam mempersiapkan kegiatan sosialisasi, Termohon telah melaksanakan tugas secara cermat dengan melakukan koreksi pada rancangan bahan-bahan sosialisasi termasuk spanduk tata cara penandaan surat suara T-1. b. Bahwa berdasarkan informasi dari KPU Provinsi, terdapat jenis spanduk tentang contoh penandaan surat suara yang kemudian dapat diinterpretasikan “mengarah” pada salah satu pasangan calon. Hal tersebut langsung ditindak lanjuti oleh Termohon dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 1183KPUVI2009 tanggal 26 Juni 2009 yang isinya memerintahkan kepada jajaran Penyelenggara Pemilu untuk menarik spanduk sosialisasi yang dapat diinterpertasikan memihak pada salah satu pasangan calon T-2; Di samping itu KPU juga telah menerbitkan Surat yang ditujukan kepada Ketua KPU Provinsi seluruh Indonesia Nomor: 1209KPUVII2009 tanggal 3 Juli 2009 perihal Perbaikan Spanduk Sosialisasi Tata Cara Pemberian Suara Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 agar mengganti contoh tanda centang contreng yang terdapat pada foto pasangan calon di kolom tengah dengan foto pasangan calon yang ada di kolom paling kiri serta mengganti contoh tanda centangcontreng pada nomor urut pasangan calon di kolom tengah dengan urut pasangan calon yang berada di kolom paling kanan Bukti T-3. c. Bahwa tidak benar spanduk sosialisasi dimaksudkan untuk “mengarahkan” pada Pasangan Calon Nomor Urut 2, karena dalam spanduk sosialisasi tidak memuat nomor urut pasangan calon. Terlebih bahan sosialisasi tersebut dirancang jauh sebelum 74 penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Demikian pula dengan dalil Pemohon bahwa telah dipasang oleh seluruh jajaran penyelenggara di wilayah NKRI. Hal demikian tidak benar karena berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Provinsi spanduk dimaksud hanya terpasang di Provinsi Lampung, sebagian di Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Agam dan Bukit Tinggi, Provinsi Kalimantan Selatan dan sebagian di Provinsi Sulawesi Selatan. Di luar provinsi tersebut, spanduk yang dianggap tidak netral tersebut tidak dipasang atau belum terapsang dan ada juga yang langsung diperbaiki kemudian baru dipasang. d. Bahwa berkaitan dengan dalil masalah sosialisasi, KPU telah menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu untuk memeriksa ketua Pokja sosialisasi dan hasilnya telah disampaikan kepada Bawaslu beserta bukti-bukti pemeriksaan yang menyimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran kode etik Bukti T-4. Bahwa spanduk yang dianggap bermasalah tersebut bukan merupakan satu-satunya media sosialisasi yang digunakan oleh Termohon. Terdapat banyak media sosialisasi lain yang diterbitkan oleh Termohon berupa spanduk, poster, leaflet, brosur, iklan layanan masyarakat dan lain- lain yang jumlahnya jauh lebih banyak yang telah memberikan informasi secara benar dan adil. 2. Jawaban Termohon Atas Dalil-dalil Pemohon mengenai KPU telah sewenang-wenang mengundurkan hari yang ditetapkan oleh KPU sendiri dari tanggal 2 Juni menjadi 10 Juni 2009. Bahwa dalil Pemohon terkait pengunduran jadwal atas permintaan salah satu capres dalam angka 2.1 halaman 8 permohonannya juga tidak dapat dibuktikan. Pemohon tidak jelas dalam menyebutkan jadwal apa yang dimundurkan. Apabila yang dimaksudkan adalah pengunduran jadwal kampanye, maka hal tersebut adalah tidak benar, karena yang sebenarnya terjadi adalah pengajuan jadwal yang mana hal tersebut adalah sesuai dengan bunyi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, khususnya Pasal 21 dan Pasal 40 yang mengatur tentang waktu penetapan calon dan waktu kampanye. Verifikasi pasangan calon telah selesai dilaksanakan oleh KPU pada tanggal 29 Mei 2008, penetapan pasangan calon pada tanggal 30 Mei 75 2008, maka kampanye harus sudah mulai dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2008. Dengan demikian, yang terjadi adalah pengajuan jadwal kampanye karena proses verifikasi lebih cepat diselesaikan, bukan pengunduran jadwal sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon.

3. Jawaban Termohon Atas Dalil-Dalil Pemohon terkait dengan penyusunan DPT.