BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jenis kelamin ada perempuan, laki–laki, dan intereseks seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin.Tanpa memandang jenis kelamin seseorang akan merasa
tertarik dengan lawan jenissesama jenis secara emosional, mental, fisikal dan tidak lepas dari perilaku dan identitas seksual ini disebut sebagai orientasi seksual.
Orientasi seksual terdiri dari homoseksual, heteroseksual, dan biseksual Laazulva, 2013.
Pada tanggal 17 Mei 1997 WHO World Health Organization secara resmi mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakitgangguan kejiwaan.Di Indonesia
melalui kementrian kesehatan pada Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa PPDGJ III juga mengeluarkan homoseksual dari klasifikasi sebagai gangguan
jiwapenyakit.Walaupun WHO telah mengeluarkan bahwa homoseksual bukan penyakitgangguan jiwa tetapi banyak masyarakat
yang mendiskriminasi LGBTI.Laazulva, 2013.
Kesamaan identitas seksual membentuk satu komunitas pada LGBTI. LGBTI adalah Lesbian,Gay,Biseksual,Transgender dan Interseks. Pengertian Lesbian
perempuan yang tertarik secara emosional dan seksual kepada perempuan sedang kan Gay tertarik dengan Lelaki. Biseksual adalah seseorang yang tertarik secara
emosional dan seksual kepada laki –laki dan perempuan dengan waktu
1
Universitas Sumatera Utara
bersamaan.Menurut Ardhanary,2013 biseksual berbeda dengan LSL Lelaki seks Lelaki letak perbedaanya adalah LSL Lelaki Seks Lelaki tidak menggunakan
emosinal tetapi hanya ketertarikan seksual. Lelaki Seks Lelaki LSL belum tentu seorang gay atau homoseksual kondisi atau keadaan yang mendorong mereka untuk
melakukan hubungan sejenis misalnya di penjara, di tempat pemukiman sebelum berperang kilang minyak, atau tempat lelaki tanggung bekerja yang tidak ada
wanitanya GWL INA, 2012. Jumlah LSL Lelaki Seks Lelaki di dunia tidak ada data resmi. Namun
diperkirakan rata-rata 1-3 dari populasi laki-laki dewasa usia 15-59 tahun mempraktekkan hubungan seks sesama lelaki UNAIDSIMPACTFHI, 2008.
Asia tenggara prevalensi HIV pada LSL Lelaki Seks Lelaki mengalami kenaikan dengan sangat cepat. Tertinggi terjadi di Bangkok Thailand 28,3 dan Singapura,
22 Treat Asia,2006. Indonesia diestimasikan terdapat 766.390 LSL.Cakupan upaya pencegahan
pada populasi dilaporkan masih rendah, baru sekitar 10 KPA, 2010.Prevalensi HIV pada LSL Lelaki Seks Lelaki dari waktu ke waktu terus meningkat Kemenkes
RI, 2011. Medan salah satu kota metropolitan di Indonesia, merupakan kota ke tiga
terbesar setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah penduduknya juga sangat banyak dan tidak sedikit dari penduduknya yang memiliki perilaku seksual beresiko. Berdasarkan
data yang didapat dari KPA Kota Medan pada Tahun 2011 jumlah komunitas GWL
Universitas Sumatera Utara
Gay, Waria dan LSL di Kota Medan sebanyak 2.363 orang. Yang terdiri atas Waria sebanyak 664 orang, LSLLelaki Seks Lelaki 1.699 sebanyak orang KPAK,2011.
LSL Lelaki Seks Lelaki cenderung memiliki banyak pasangan seks. LSL Lelaki
Seks Lelaki berhubungan seks dengan lelaki, perempuan, dan waria.STBPSurvei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2007 melaporkan bahwa
sebanyak 30 LSL Lelaki Seks Lelaki memiliki pasangan seks tetap laki laki dan 16 memiliki pasangan seks tetap wanita atau istri. Sebanyak 22 dari para
pasangan seks tetap ini memiliki pasangan seks tetap lainnya sedangkan LSL Lelaki Seks Lelaki yang membeli seks dari lelaki sebanyak 20 dan dari perempuan
10.LSLLelaki Seks Lelaki berhubungan seks dengan lelaki, perempuan, dan waria. Selama setahun terakhir, hampir 87 LSL Lelaki Seks Lelaki berhubungan
seks kasualtanpa member dan menerima imbalandengan lelaki, 40 dengan wanita, dan 16 dengan waria SCP, 2014.
Berdasarkan STBPSurvei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2011, sebanyak 49 LSL Lelaki Seks Lelaki menjual seks baik kepada pria maupun
perempuan. Diantara 49 LSL Lelaki Seks Lelaki tersebut, sebagian besar LSL Lelaki Seks Lelaki 79 menjual seks pada pria, 4 pada perempuan, dan 17
pada pria dan perempuan. Selain itu, waria dan LSL Lelaki Seks Lelaki juga melakukan perilaku membeli seks.
Hasil Survei Cepat Perilaku SCP 2014 37,50 memiliki pasangan tetap laki-laki, 27,92 tidak memiliki pasangan tetap, 22,08 memiliki pasangan tetap
laki-laki dan perempuan dan 12,50 memiliki pasangan tetap perempuan. Melihat survey ini maka kemungkinan adanya penularan dari LSLLelaki Seks Lelaki kepada
Universitas Sumatera Utara
perempuan cukup besar LSL Lelaki Seks Lelaki yang memiliki pasangan perempuan34,58 . Data yang di paparkan di atas menunjukkan bahwa perilaku
seksual LSL Lelaki Seks Lelaki melalui seks oral, anal, dan vaginal sehingga LSL Lelaki Seks Lelaki lebih beresiko menularkan IMS dan HIV karena pemakaian
kondom konsisten dalam satu bulan terakhir pada populasi LSLLelaki Seks Lelaki sangat rendah.
STBP Survei Terpadu Biologis dan perilaku 2007 melaporkan bahwa pemakaian kondom pada hubungan seks komersial maupun kasual dengan wanita
11, 18 ketika menjual seks kepada wanita dan 12,5 ketika membeli seks dari wanita.Jejaring seksual LSL Lelaki Seks Lelaki yang sangat luas dengan pemakaian
kondom konsisten yang sangat rendah meningkatkan resiko penularan HIV pada LSL Lelaki Seks Lelaki dan pasangannya, juga meningkatkan resiko penyebaran HIV
pada populasi homoseksual maupun heteroseksual. Selain perilaku seksual beresiko, stigma dan diskriminasi merupakan factor yang meningkatkan kerentanan LSL
terhadap penularan HIV SRAN,2010. Tahun 2013 jumlah distribusi kondom GWL Gay, Waria, Lelaki Seks
Lelaki adalah 25.740 pendistribusian langsung dari outlet ke user pengguna. Pada tahun 2014 KPA kota Medan juga melaksanakan SCP Survei Cepat Perilaku
tepatnya bulan Februari, dari SCP Survei Cepat Perilaku dapat dipaparkan data penggunaan kondom sebagai berikut.Sebulan terakhir LSLLelaki Seks Lelaki yang
melakukan seks dengan menganaltop position sebanyak 40,53 menggunakan kondom dan pelicin13,68 menggunakan kondom saja 6,32 hanya
menggunakan pelicin 22,63 tidak menggunakan kondom dan pelicin.
Universitas Sumatera Utara
Melakukan seks anal dengan pria yang bukan pasangan tetap tanpa memberimenerima imbalan sebulan terakhir apakah menggunakan kondom pelicin
22,08 responden selalu meminta penggunaan kondom dan pelicin,3,33 tidak sering, 8,75 kadang-kadang, 10,83 tidak pernah, sedangkan 54,17 tidak
melakukan hubungan seks.Terakhir kali melakukan seks anal dengan pria yang bukan pasangan tetap tanpa memberimenerima dengan menggunakan kondom pelicin.
Adalah 29,58 responden pasangan menggunaan kondom dan pelicin, 9,58 menggunakan kondom saja,4,58 menggunakan pelicin saja, sedangkan 54,58
tidak menggunakan kondom pada saat anal seks terakhir kali. Pasangan menggunakan kondom dan pelicin yang melakukan seks anal
dengan pria yang diberi imbalan selama sebulan terakhir apakah menggunakan kondom pelicin.Dimana5,42 responden selalu meminta penggunaan kondom
dan pelicin,0,42sering,2,08 kadang-kadang,1,25 tidak pernah, sedangkan 90,83 tidak melakukan hubungan anal seks dengan pria yang diberi
imbalan.Pasangan menggunakan kondom dan pelicin melakukan seks anal dengan pria yang diberi imbalan selama sebulan terakhir apakah menggunakan kondom
pelicin. Dimana 13 5,42 responden selalu meminta penggunaan kondom dan pelicin, 1 0,42 sering, 5 2,08 kadang-kadang, 3 1,25 tidak pernah,
sedangkan 218 90,83 tidak melakukan hubungan anal seks dengan pria yang diberi imbalan.
Perilaku STBP Survei Terpadu Biologis dan Perilaku pada tahun 2007 melaporkan prevalensi HIV secara rata-rata di 3 kota yang disurvey, pada waria
24.4 dan pada LSL Lelaki seks dengan lelaki = gay dan lelaki suka lelaki lainnya
Universitas Sumatera Utara
5.2. Khusus di Jakarta, prevalensi HIV pada LSL Lelaki Seks Lelaki telah meningkat 4 kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun, dari 2 di tahun 2003 menjadi 8
di tahun 2007. Sedangkan Prevalensi IMS Infeksi Menular Seksual pada populasi kunci GWL Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki tinggi, terutama IMS di anus dan
rektum. STBP Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2007 melaporkan bahwa prevalensi IMS Infeksi Menular Seksual di anus dan rektum pada waria di Jakarta
42, di Surabaya 44 dan di Bandung 55 anal, untuk Rektum di Jakarta 33, Surabaya 34, dan Bandung 29. Luasnya jejaring hubungan seksual waria dan
rendahnya tingkat pemakaian konsistensi kondom meningkatkan risiko penularan HIV pada waria, serta resiko penyebaran HIV di kalangan GWL Gay, Waria, Lelaki
Seks Lelaki dan juga pria dan wanita heteroseksual. Prevalensi HIV di kalangan LSL Lelaki Seks Lelaki di Jakarta saat ini
termasuk tinggi di Asia Tenggara,mencapai 17,2 pada 2011 yang sebelumnya hanya 8,1 pada 2007. Prevalensi sifilis mencapai 16,8 Kemenkes, 2011.
Prevalensi setinggi ini terjadi karena cakupan program pencegahan HIV, cakupan layanan tes HIV dan layanan pengobatan terkait HIV dan AIDS serta perilaku seks
aman yang masih rendah di kalangan LSL Lelaki Seks Lelaki yang umumnya aktif secara seksual. Perilaku seks aman yang terpenting pada LSLLelaki Seks Lelaki
adalah penggunaan kondom secara konsisten pada setiap hubungan seks, baik hubungan seks kausal maupun komersianAditya, 2012.
Laporan tahunan KPA kota Medan 2013 jumlah penderita IMS atau Infeksi Menular Seksual berdasarkan kelompok resiko pasangan suami istri 1824 orang,
Universitas Sumatera Utara
wanita pekerja seks 1051orang, pelanggan pekerja seks 367 orang, waria 370 orang, LSL Lelaki Seks Lelaki 324 orang, WBP Warga Binaan Pemasyarakatan 180
orang, PPS Pelanggan Pekerja Seks 4 orang.Jenis IMS Infeksi Menular Seksual yang terbanyak berdasarkan jumlah. Sifilis 118 orang, Suspect GO 74 orang,
Servisitisproctitis 57 orang, urethritis non GO 57orang, Trikomonlasis 3orang, Ulkus mole 1orang.
Jumlah pengidap HIV AIDS berdasarkan faktor resiko heteroseksual 279 orang, IDU 30 orang, perinatal 17 orang dan hubungan Lelaki Seks Lelaki LSL 10
orang.KPA,2013. Bila dilihat dari jumlah angka penderita HIVAIDS yang paling terkecil adalah LSL Lelaki Seks Lelaki. Akan tetapi, yang paling besar resiko
menularkan adalah LSL Lelaki Seks Lelaki dengan alasan bahwa LSL Lelaki Seks Lelaki memiliki dua pasangan yaitu pasangan lelaki atau waria, dan punya pasangan
wanita yang tetap atau istri karena sebagian dari LSL Lelaki Seks Lelaki telah menikah dan memiliki anak dan seperti yang dipaparkan tadi bahwa penggunaan
kondom juga masih rendah.
1.2 Perumusan Masalah