2.4. Perilaku Seksual LSL Lelaki Seks Lelaki
1. Oral erostism
: segala sesuatu yang berkaitan dengan mulut misalnya memasukkan penis kedalam mulut dan menggunakan
bibir atau lidah dan mulut untuk menggelitik. 2.
Anal erotism : berhubungan segala sesuatu dengan anus atau dubur yaitu
bergantian melalukan senggama melalui dubur. 3.
Vaginal erotism: berhubungan segala sesuatu dengan vagina Menurut Kalina dkk, 2009 perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu :
1. Faktor Psikologi Keadaan kejiwaan seseorang dapat mendorong untuk melakukan perilaku
seksual sehingga sebagai variasi dalam hubungan seksual. 2. Faktor Perilaku
Semua bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan
keadaan kesehatan.Misalnya
melakukan hubungan
seksual tanpa
menggunakan kondom.
2.5. Program Penggunaan Kondom
Pencegahan HIV dikenal dengan 3 strategi umum yang secara universal di formulasikan A adalahabstinence yang dapat diartikan tidak melakukan seks bebas. B
adalah be faithful yang di artikan setia pada satu pasangan dan yang ketiga C adalah condom pemakaian kondom saat berhubungan seksual beresiko apabila A dan B tidak
bisa dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Pada strategi ABC yang dipaparkan itu merupakan strategi pencegahan penularan melalui transmisi seksual. Sedangkan,untuk mode of transmission yang
berbeda seperti penggunaan jarum suntik , transfusi darah , dari ibu yang positif HIV kepada anaknya mempunyai strategi yang berbeda.
Strategi A biasanya di perkenalkan pada segmen remaja yang belum aktif secara seksual.Bdan C diperkenalkan pada mereka yang telah memiliki pasangan seks
yang lebih dari satu atau berganti–ganti pasangan. Segmen populasi ini biasanya disebut MARPmost-at risk population atau populasi paling beresiko terhadap HIV
beda segmen beda strategi. MARP untuk setiap regional atau negara bisa berbeda untuk konteks
Indonesia ,menurut KPA yang termasuk MRAP Indonesia: a
Pekerja seks perempuan b
Lelaki seks lelaki termasuk didalamnya pekerja seks lelaki c
Waria d
Lelaki klien pekerja seks dan e
injecting drug user. MARP inilah yang mengontrol epidemi HIV di Indonesia.
Pekerja seks laki-laki yang melayani klien laki-laki adalah sub-populasi LSL menimbulkan resiko tinggi tertular dan menularkan HIV. Pada situasi seperti ini
penggunaan kondom menjadi keniscayaan untuk di gunakan secara konsisten pada setiap hubungan seks sebagai cara pencegahan HIV yang murah dan efektif
Aditya, 2012. Selain strategi ABC , KPA juga punya program untuk menekan pertumbuhan
IMS dan HIV yaitu pemakaian kondom 100 yang disingkat PPK adalah
Universitas Sumatera Utara
kegiatanyang memberikan penekanan pada pendidikan dan promosi pemakaian kondom sebagai upaya menekan meluasnya penularan infeksi menular seksual IMS
termasuk HIVAIDS,terutama dikalangan populasi yang memiliki banyak pasangan seksual. PPK 100 dilaksanakan di pusat – pusat konsentrasi transaksaksi seksual
dengan banyak pasangan, kondomdiberikansepaketdengan pelican duakondomsatu pelican yang berbahan air KPAK, 2013.
Kasus HIVAIDS terus meningkat dari tahun ketahun terutama dari tahun 2009 ketahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam hal ini disebabkan sudah
semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIVAIDS yang terjadi dimasyarakat sudah semakin baik. Serta kerja sama yang baik
dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang beresiko dapat hal ditinjau dan diketahui. Pada tahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIVAIDS
hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari diperkenalkan dan dijalankannya program penggunaan kondom 100 KPAK, 2013.
2.5.1. Tujuan dan Target Sasaran Program
Tujuan pelaksanaan program kondom 100 : 1. Mendekatkan akses kondom pada setiap tempat yang menjadi tempat adanya
perilaku berganti-ganti banyak pasangan seksual. 2. Meningkatkan pengetahuan para pekerja seks komersial untuk menawarkan
pemakaian kondom kepada para pelanggan dan keterampilan cara pemakaian kondom secara benar.
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatkan pemakaian kondom secara konsisten pada setiap seksual beresiko.
4. Menurunkan prevalensi IMS pada pekerja seks laki-laki dan perempuan dan para pelanggannya.
Target sasaran program: 1. Pekerja perempuan langsung
2. Pekerja perempuan tak langsung 3. Pekerja seks laki-laki
4. Gay atau LSLLelaki Seks Lelaki 5. Waria pekerja seks
6. Pelanggan dari pekerjaan seks perempuan atau laki-laki.
2.5.2 Outlet Kondom
Outlet adalah tempat penyaluran distribusi kondom. Jenis outlet terbagi dua jenis yaitu:
1. MLD Mangemen Lini Dua :
Outlet yang
menyalurkan lagi
distribusi kondom ke outlet outlet selanjutnya. 2. Outlet Akhir
: Tempat distribusi terakhir kondom yang langsung kepengguna user
Outlet kondom yang terdapat di kota Medan yang pengguna atau usernya LSL Lelaki Seks Lelaki.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.1. Outlet Kondom di Medan No
Nama outlet alamat
Jenis outlet 1
LSM GSM Jln. Pelangi
MLD
2 KDS Seci
Jln. Marendal MLD
3 Herman
Jln. Kampung baru Outlet akhir
4 Leonard
Jln. Bukit barisan Outlet akhir
5
KDS Koos Jln. Garuda
MLD
6 Yoko
Jln. Bromo Outlet akhir
7 Aan
Jln. Multatuli Outlet akhir
2.5.3 Distribusi Pemetaan Waria LSL menurut Tempat wilayah
Berdasarkan laporan yang didapat dari KPA Komisi Penanggulangan AIDS Kota Medan Tahun 2011 terdapat data waria LSL per-kecamatan geografis sosial
yang menjadi populasi kunci untuk pencegahan penyebaran HIVAIDS.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah keseluruhan Waria 664 orang LSL 1.699 orang, berikut rinciannya.
Tabel 2.10.1: Jumlah Keseluruhan Lelaki Seks dengan Lelaki berdasarkan letak wilayah di Kota Medan Tahun 2011
Sumber : Mapping Gerakan Sehat Medan 2011
NO KECAMATAN
WARIA LSL
1 MEDANTUNTUNGAN
2
MEDAN JOHOR 134
3 MEDAN AMPLAS
4 MEDAN DENAI
8 90
5 MEDAN AREA
20 120
6 MEDAN KOTA
35 295
7 MEDAN MAIMUN
8 MEDAN POLONIA
210
9
MEDAN BARU 161
40
10 MEDANSELAYANG
30 103
11 MEDAN SUNGGAL
51 245
12
MEDAN HELVETIA 45
86
13 MEDAN PETISAH
93 208
14 MEDAN BARAT
7 205
15
MEDAN TIMUR 10
55
16 MEDAN PERJUANGAN
17 MEDAN TEMBUNG
20
18 MEDAN DELI
20
19
MEDAN LABUHAN 8
20 MEDAN MARELAN
12 32
21 MEDAN BELAWAN
10 10
JUMLAH 664
1.699
Universitas Sumatera Utara
2.6. Sejarah Kondom
Kondom adalah sarung karet yang tipis terbuat dari lateks yang digunakan saat melakukan hubungan seksual. Pada ujungnya terdapat kantong kecil yang
merupakan reseivour untuk menampung semen Siswosudarmo dkk, 2001 Kondom pertama kali di temukan di Mesir sejak lebih dari 3000 tahun tetapi
sangat sulit mendapatkan gambaran bagaimana kondom pada masa itu,kemungkinan mereka menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual atau pada saat
upacara keagamaan. Beberapa waktu kemudian orang romawi membuat kondom dari otot korban peperangan.Kondom yang tertua ditemukan di istana Dudley dekat
Birmigham,England. Kondom yang terbuat dari ikan dan usus hewan telah di jumpai sejak tahun 1640.Kemungkinan digunakan untuk mencegah penularan penyakit
seksual selama terjadi perang antara Oliver Cromwell dan King Charles I. Kondom di produksi secara besar-besaran setelah tahun 1844, ketika Charles
Good Year mematenkan pembuatan vulkanisasi dari karet.Kondom tersebut hanya digunakan untuk satu kali pemakaian dan kondom yang terbuat dari usus domba
masih dapat di jumpai Dumasari, 2008.
2.6.1. Jenis Kondom
Kondom latex dibuat oleh pabrik mempunyai bentuk, tekstur, warna, ketebalan, lebar dan panjang yang berbeda.Beberapa kondom mempunyai permukaan
yang lembut dan ada juga yang mempunyai tekstur.Kebanyakan dari kondom bewarna pudar yang buram tetapi ada juga yang berwarna dan berbau serta berasa.
Pada umumnya ada dua bentuk yang sering dijumpai yaitu mempunyai pinggang
Universitas Sumatera Utara
yang lurus straight-sided,mempunyai diameter yang sama pada kedua ujung dan bentuk yang ngepas contoured, mempunyai bentuk yang hampir sama dengan
straight-sided tetapi lebar untuk kepala dari penis kecil. Bentuk yang ketiga yaitu meruncing dari ujung yang tertutup dengan diameter yang lebih kecil dari bagian
yang terbuka.Bentuk yang keempat yaitu adanya bulatan pada ujung dari bagian yang tertutup.
Kondom latex dirancang mempunyai permeabilitas membran yang dapaat menghambat lewatnya organisma dalam berbagai ukuran seperti spermatozoa dengan
diameter 0,003mm3000nm dan juga pathogen penyebab penyakit seksual seperti N.Gonorrhoeae 800nm,HIV125nmdan hepatitis b 40nm.
2.7. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom
Menurut Siswosudarmo, 2001 keutungan menggunakan kondom adalah mudah,murah dan cukup efektif untuk melindungi atau pencegahan terhadap
penularan PMS penyakit menular seksual. Serta dapat mengurangi ejakulasi dini dan memperpanjang ereksi pada laki-laki. Sedangkan kerugiannya kurang praktis
karena harus dipakai setiap kali akan melakukan hubungan seksual,sehinggan harus selalu ada persediaan apabila sedang berpergian dan kondom mengurangi rangsangan
penis sehingga kenikmatan seksual terganggu.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Mitos Terhadap Kondom
Menurut pemaparan materi SRAN, beberapa mitos yang beredar dikalangan LSL Lelaki Seks Lelaki.
1. Kondom tidak bisa mencegah HIV dan IMS. 2. Pakai kondom selalu membuat hubungan seks tidak enak.
3. Kondom pasti menyebabkan gatal dan iritasi pada vagina. 4. Kondomhanyauntukpencegahankehamilan.
Berdasarkan laporan STBPSurvei Terpadu Bioligis dan Perilaku tahun 2011 sebanyak 88 LSL mengaku pernah menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seks anal dengan pria. LSLLelaki Seks Lelaki menggunakan kondom pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22 menggunakan kondom secara
konsisten pada seks anal 1 bulan terkhir. Kurang dari satu pertiga LSLLelaki Seks Lelaki menggunakan kondom secara konsisten pada setiap pasangan seksualnya.
Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakai seperti sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas,kurangnya pendapatan
yang rendah dan ukuran penis yang besar Donit,2011. Dalam mempromosikan kondom,kondom harus tersedia dengan baik dan untuk
meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom yang membuat hubungan menjadi nikmat.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Penggunaan Kondom pada LSL Lelaki Seks Lelaki
Pemakaian kondom konsisten pada waria masih rendah. STBP 2007 melaporkan bahwa ada di 5 kota yang disurvey Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Malang dalam hubungan seks komersial dengan pelanggan, pemakaian kondom konsisten pada hubungan seks anal reseptif berkisar antara 13 Jakarta dan
48 Bandung, sedangkan pada hubungan seks anal insertive berkisar antara 9,5 Semarang dan 46 Bandung.
Luasnya jejaring hubungan seksual waria dan rendahnya tingkat pemakaian konsisten kondom meningkatkan resiko penularan HIV pada waria, serta resiko
penyebaran HIV di kalangan GWL Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki serta pria dan wanita heteroseksual. LSL Lelaki Seks Lelaki cenderung memiliki banyak pasangan
seks, berhubungan dengan lelaki, perempuan, dan waria.Sedangkan, pemakaian kondom konsisten dalam satu bulan terakhir pada populasi LSL Lelaki Seks Lelaki
sangat rendah. Jejaring seksual LSL Lelaki Seks Lelaki ternyata sangat luas dengan
pemakaian kondom konsisten yang sangat rendah.Kedua hal ini meningkatkan resiko penularan HIV pada LSL Lelaki Seks Lelaki dan pasangannya, juga meningkatkan
resiko penularan HIV pada populasi homoseksual maupun heteroseksual. Selain perilaku seksual beresiko, stigma dan diskriminasi merupakan faktor meningkatkan
kerentanan GWL Gay, Waria, Lelaki Seks Lelaki terhadap penularan HIV GWL INA, 2010.
Berdasarkan laporan STBP Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2011 sebanyak 88 LSL Lelaki Seks Lelaki mengaku pernah menggunakan
Universitas Sumatera Utara
kondom pada saat melakukan hubungan seks anal dengan pria. LSL Lelaki Seks Lelaki menggunakan kondom pada saat hubungan seks anal dengan pria adalah 22
menggunakan kondom secara konsisten pada seks anal 1 bulan terakhir.Kurang dari satu pertiga LSL Lelaki Seks Lelaki menggunakan kondom secara konsisten pada
setiap pasangan seksualnya. Kegagalan pemakaian kondom tergantung pada karakteristik pemakaian
seperti sejarah kegagalan dalam pemakaian kondom yaitu terlepas, kurangnya pendapatan yang rendah dan ukuran penis yang besar Donit, 2011.Dalam
mempromosikan kondom, kondom harus tersedia dengan baik dan untuk meningkatkan penggunaan kondom adalah dengan meningkatkan kualitas kondom
yang membuat hubungan menjadi nikmat.
2.9. PMS Penyakit Infeksi Menular Seksual yang Beresiko Ditularkan Pada Komunitas LSL