Konsep Cemas TINJAUAN TEORITIS

Kecemasan berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Kecemasan sanagat berat atau Panik: tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Rentang Respon Kecemasan Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik Respon Adaptif Respon Maladaptif

2.4 Respon cemas anak terhadap rumah sakit dan pembedahan

Berbagai perasaan sering muncul pada anak ketika di rawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan Supartini, 2004 dan karena lingkungan rumah sakit dirasakan asing dan karena pembedahan yang akan dijalani, kebayakan anak merasakan tingkat kecemasan tertentu selama periode pre operasi Speer, 2007. Rasa cemas anak terkait rumah sakit dan pembedahan akan menimbulkan kecemasan yang memperlihatkan masalah emosi atau perilaku yang akut atau jangka lama seperti mimpi buruk, peningkatan ketergantungan, regresi, hilangnya kemampuan buang air sendiri, gangguan makan dan peningkatan rasa takut Gruendemann, 2005. Kehilangan kendali dapat terlihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak akan kehilangan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya, hal ini akan menimbulkan regresi sehingga anak bereaksi terhadap ketergantungan dan negativisme. Anak akan menjadi cepat marah dan agresif jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu yang lama maka anak akan kehilangan otonominya pada akhirnya menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak juga akan bereaksi dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, menendang, memukul, atau berlari keluar jika terdapat luka pada tubuh dan rasa nyeri. Nursalam, 2005. Adapun perbedaan respon cemas toddler, pra sekolah dan anak usia sekolah yaitu: 2.4.1 Masa toddler Pada masa toddler konsep tentang citra tubuh, terutama definisi batasan tubuh, perkembangannya masih sangat buruk. Pengalaman intrusif, seperti pemeriksaan telinga atau mulut atau pemeriksaan suhu rektal merupakan prosedur yang sangat mencemaskan Wong, 2008. Menurut Debord 2006 dalam Margeretha, 2007 toddler dapat mengalami regresi ke perilaku bayi, marah dan tidak mengerti perasaan mereka, takut sendiri atau tanpa orang tua, menarik diri, menjadi sensitif. 2.4.2 Masa pra sekolah Pada masa pra sekolah ketakutan akan terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua Supartini, 2004. 2.4.3 Anak Usia Sekolah Kekhawatiran utama anak usia sekolah pada saat di rawat dirumah sakit adalah ketakutan mereka akan perkataan bahwa ada sesuatu yang “salah” dengan mereka. Mereka biasanya sangat berminat secara aktif terhadap kesehatan atau penyakit mereka. Anak usia sekolah sangat khawatir terhadap pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian. Wong, 2008. Menurut Debord 2006 dalam Margeretha, 2007 Pada anak usia sekolah dapat merengek ketika sesuatu terjadi pada mereka, dapat menjadi lebih agresif, bertanya pada orang dewasa, mencoba perilaku yang baru, adanya masalah sekolah, ketakutan dan mimpi buruk dan kehilangan konsentrasi. Respon terhadap cemas ataupun stress dapat meliputi: menarik diri, merasa tidak dicintai, kurang memperhatikan sekolah dan teman, dan juga kesulitan menyatakan perasaanya. Di bawah pengaruh cemas ataupun stress, mereka dapat khawatir akan masa yang akan datang, sakit kepala dan masalah pada perut, kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sering berkemih. Usia sekolah mulai memiliki pengetahuan tentang tubuhnya, perkembangan sosial dipusatkan pada tubuh dan kemampuanya. Mekanisme koping pada anak meliputi pemecahan masalah dengan komunikasi, bersikap tenang, menolak, atau regresi. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi formasi, yaitu suatu mekanisme pertahanan yang tidak di sadari, anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka sembunyikan. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi. Anak mungkin juga menunjukkan agresi, iritabilitas, serta ketidakmampuan berhubungan dengan saudara kandung dan teman sebayanya. Perasaan kehilangan kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan dan kematian Muscari, 2005.