Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON

CEMAS ANAK USIA SEKOLAH TERHADAP PEMASANGAN

INTRAVENA di RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Merlyn Christine Siholda Napitupulu 061101065

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Reni Asmara Ariga, SKp, MARS selaku dosen penasehat akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa kuliah di Fakultas Keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Siti Saidah Nasution, SKp, M.Kep, Sp. Mat selaku dosen penguji I dan Ibu Siti Zahara Nasution, SKp. MNS selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Direktur Rumah Sakit Advent Medan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini.

7. Teristimewa kepada keluarga tercinta, ayahku B. Napitupulu S.Pd yang dengan setia selalu memberi motivasi dan semangat, Ibuku R.Silalahi yang dengan kasih sayangnya yang tiada berkesudahan dan selalu mendoakan penulis, adik-adikku Kalvin Napitupulu dan Yessy Napitupulu dengan sabar selalu membantu dan memberikan doa bagi penulis. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.

8. Sahabat terbaikku Desyi Prana Napitupulu yang selalu memberikan doa, semangat dan persahabatan yang indah. Juga kepada Paula A Situmorang, Agnes E T Malau, Erika Emnina Sembiring, Anna Ria Silaban, Evy C M Simanjuntak, Efelyna Nababan. Kalian adalah sahabat – sahabatku yang tak tergantikan, terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan persahabatan yang indah selama ini.

9. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk 2006 yang telah mendukung, memberi motivasi, dan


(5)

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini (Ester, Mei Junita, Henny, Ernita, Devi, Andi, Ledy, Valentina). Tak lupa teman-teman Ocipath SMA Negeri 2 Medan yang selalu memberi dukungan terkhusus buat sahabatku Cory Fransiska Putri Sembiring dan Takas Sibagariang. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas doa, dukungan dan semangat yang tidak hentinya diberikan oleh sahabat sekaligus saudara bagi penulis, Pratiwi Simanungkalit, Royen Purba, dan Astrid Tabita Sihombing.

10. Anggota Pathfinder jemaat Veteran dan para Pembina yang mendukung, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini.

11. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Hipotesis Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Konsep Dukungan Keluarga ... 6

2. Konsep Cemas ... 10

3. Pemasangan Intravena ... 18

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 24

1. Kerangka Konseptual ... 24

2. Defenisi Operasional ... 26

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

1. Desain Penelitian ... 29

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Penelitian... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Reliabilitas instrumen danValiditas ... 34

7. Rencana pengumpulan data ... 35

8. Analisa Data ... 36

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

1. Hasil Penelitian ... 38

2.Pembahasan ... 42

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51


(7)

Lampiran-Lampiran ... 56

1. Inform Consent ... 57

2. Kuesioner Penelitian ... 59

3. Jadwal Tentatif Penelitian. ... 66

4. Surat Izin Penelitian ... 67

5. Taksasi Dana Penelitian ... 69


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat kecemasan ... 13 Tabel 4.1 Kriteria penafsiran korelasi... 37 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan

anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah

Sakit Advent Medan 2010 ... 39 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat

dukungan keluarga pada pasien anak usia sekolah dengan

pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ... 40 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon

cemas anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ... 41 Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga dengan respon cemas

anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian pengaruh hubungan dukungan

keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan ... 25


(10)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan

Nama Mahasiswa : Merlyn Christine Siholda Napitupulu NIM : 061101065

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut dan cemas apalagi saat menghadapi tindakan invasif seperti pemasangan intravena di rumah sakit. Cemas membuat individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Mengatasi respon cemas tersebut dibutuhkan dukungan dari keluarga sebagai sumber dukungan sosial paling tinggi untuk meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden berjumlah 32 orang yang merupakan keluarga dan pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Pengumpulan data berlangsung mulai bulan Januari sampai Maret 2010. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner menggunakan metode wawancara. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah (r = - 0,458; p = 0,008) dengan interpretasi hubungan sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena. Diperlukan perhatian khusus pada pasien anak, bukan hanya pada masalah fisiknya saja, tetapi juga masalah psikologis. Hasil penelitian ini menjadi evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khusunya pada pasien anak, sehingga respon cemas dapat dihindari.


(11)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan

Nama Mahasiswa : Merlyn Christine Siholda Napitupulu NIM : 061101065

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut dan cemas apalagi saat menghadapi tindakan invasif seperti pemasangan intravena di rumah sakit. Cemas membuat individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Mengatasi respon cemas tersebut dibutuhkan dukungan dari keluarga sebagai sumber dukungan sosial paling tinggi untuk meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden berjumlah 32 orang yang merupakan keluarga dan pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Pengumpulan data berlangsung mulai bulan Januari sampai Maret 2010. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner menggunakan metode wawancara. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah (r = - 0,458; p = 0,008) dengan interpretasi hubungan sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena. Diperlukan perhatian khusus pada pasien anak, bukan hanya pada masalah fisiknya saja, tetapi juga masalah psikologis. Hasil penelitian ini menjadi evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khusunya pada pasien anak, sehingga respon cemas dapat dihindari.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka (Wong, 2004). Anak akan mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, 2005).

Anak usia sekolah menggunakan mekanisme pemecahan masalah dan pertahanan meliputi regresi, penolakan, agresi, dan supresi untuk mengatasi stres (Potter, 2005). Menarik diri ke pola perilaku yang lebih muda biasa dijumpai jika anak diimobilisasi, lemah atau membutuhkan pengobatan jangka panjang (Juffrie, 2003). Anak juga merasa hilangnya kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan sendiri. Takut kepada cedera tubuh yang mengarah kepada rasa takut terhadap mutilasi, prosedur yang menyakitkan dan keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh juga meningkatkan rasa takut yang khas seperti takut terhadap kastrasi dan takut terhadap pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007).

Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan tindakan invasif seperti injeksi atau pemasangan infus (Nursalam 2005).


(13)

Keamanan dan kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan intravena. Alat infus untuk vena sentral dibuat spesifik untuk anak-anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Halperin et al. [1989], peneliti menemukan bahwa anak-anak umur 6-14 tahun merasakan nyeri dengan rentang nyeri akses port 3,9 pada skala 0 sampai 10 (Weinstein, 2000). Secara kognitif, anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi (Potter, 2006). Nyeri diartikan sebagai hukuman atas beberapa kelakuan mereka yang buruk sehingga anak menolak atau tidak memberi tahu tentang nyeri (Wong, 2004).

Ketakutan tentang tubuh yang disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan pada anak (Potter, 2006). Menurut Alifatin (2001), respon cemas yang ditunjukkan anak saat perawat melakukan tindakan invasif sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal, membentak, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri dan tidak kooperatif .

Keluarga juga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, proses pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku orang tua yang mendampinginya selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan (Nursalam, 2005).


(14)

Individu membutuhkan bantuan dari orang lain terutama keluarga. Beberapa penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki interaksi yang dekat dengan teman dan kerabat lebih dapat menghindari penyakit sedangkan untuk mereka yang sedang dalam masa penyembuhan akan sembuh lebih cepat apabila mereka memiliki keluarga yang menolong mereka (Baron & Byrne, 1994; Sheridan & Radmacher, 1992, dalam Lubis, 2006). Secara umum dikatakan pula bahwa individu yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya lebih cenderung mudah menerima nasehat medis (DiMatteo & DiNicola, dalam Sarafino, 1994).

Peneliti pada saat melakukan survey awal di Rumah Sakit Advent Medan mendapati fenomena pada pasien anak yang dirawat inap bahwa pemasangan intravena menimbulkan cemas. Selain itu berpisah dari keluarga juga menambah stres bagi anak. Anak kecil sering tidak mengerti mengapa kakak atau ibunya harus selalu pulang dan kembali lagi. Menurut Juffrie (2003) dibutuhkan upaya untuk meminimalkan perasaan dipisahkan, nyeri, dan kecemasan yang sering menyertai anak saat tindakan keperawatan dilakukan di rumah sakit. Perawat sering tidak mampu untuk mencegah rasa tidak nyaman tetapi dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut. Menghadapi fenomena ini maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.


(15)

2. Perumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana dukungan keluarga pada anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?

2. Bagaimana respon cemas pada anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?

3. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?

3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

2. Mengidentifikasi respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

4. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena.


(16)

5. Manfaat Penelitian

1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi respon cemas pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan sosial bagi anak dengan pemasangan intravena di rumah sakit.

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan.

3. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan peneliti sehingga menjadi masukan pentingnya dukungan keluarga dalam setiap intervensi keperawatan yang dilakukan pada anak dalam pemasangan intravena dan dapat mengurangi dampak trauma pada anak.


(17)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Konsep Dukungan Keluarga

1.1 Pengertian Keluarga

Freidman (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan keluarga adalah unit yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja menurut jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga lebih dekat hubungannya dengan anak dibandingkan dengan masyarakat luas (Notosoedirjo & Latipun, 2005). Keluarga juga didefinisikan sebagai suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Sayekti, 1994 dalam Suprajitno, 2004).


(18)

1.2 Dukungan keluarga

Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Gottlieb, 1983 dalam Smet, 1994).

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya (Kane, 1988 dalam Friedman, 1998). Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap tahap lingkaran kehidupan keluarga. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), ada tiga dimensi interaksi dalam dukungan keluarga yaitu timbal balik (kebiasaan dan frekuensi hubungan timbal balik), nasihat/umpan balik (kuantitas/kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (meningkatkan intimasi dan kepercayaan) di dalam hubungan sosial.

1.3 Komponen dukungan keluarga

Cara untuk meningkatkan efektivitas keberadaan atau sumber potensial terdapatnya dukungan dari keluarga yang menjadi prioritas penelitian. Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Friedman (1998) dan House (1984, dalam Sarafino, 1994), terdiri dari :


(19)

1. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

2. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.


(20)

3. Dukungan informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back (Sheiley, 1995). Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

4. Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.


(21)

1.4 Dukungan keluarga pada anak terhadap pemasangan intravena

Kebutuhan terbesar anak selama perkembangannya adalah rasa aman yang timbul dari kesadaran bahwa ia diinginkan dan disayang oleh orang dewasa tempatnya bergantung. Lingkungan anak yang mula-mula terbatas sifatnya dan pandangan dunia serta tempatnya sendiri di dalamnya akan terbentuk terutama oleh hubungannya dengan keluarga (Mcghie, 1996).

Nyeri dan takut sakit adalah respon anak akibat tindakan pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007). Dalam hal ini keluarga harus memberikan dukungan pada anak. Memberikan semangat, empati, rasa percaya dan perhatian adalah hal yang dibutuhkan pada saat prosedur ini dilakukan sehingga anak merasa tenang, nyaman dan percaya bahwa pemasangan intravena adalah terapi yang baik bagi dirinya.

2. Konsep Cemas

2.1 Pengertian cemas

Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri. Menurut Post (1978, dalam Trismiati, 2004), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat.

Setiap orang pasti pernah mengalami atau merasakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Bentuk perasaan yang tidak menyenangkan


(22)

ini sering disebut dengan cemas. Cemas adalah suatu respon emosional dari rasa takut, tertekan, dan khawatir yang secara subjektif dialami oleh seseorang dengan objek tidak spesifik atau tidak jelas, terutama oleh adanya pengalaman baru termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan atau operasi yang berpengaruh terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya sendiri (Atree & Merchant, 1996).

Cemas merupakan suatu perasaan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan (Purba, 2008). Cemas dapat menjadi reaksi emosional yang normal di beberapa situasi lainnya (Nevid, 2005). Kecemasan adalah suatu kondisi emosi yang kurang menyenangkan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III (1995) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan yang kurang dan dirasakan oleh individu yang bersangkutan sebagai perasaan terancam.

Atkinson (1996) juga menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menumbuhkan kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan.


(23)

2.2 Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dibedakan menjadi kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik. Gejala-gejala yang ditimbulkan berbeda pada setiap tingkat kecemasan tersebut. Karena kecemasan mempengaruhi setiap dimensi kehidupan seseorang maka tanda-tanda kecemasan seseorang dapat dilihat dari segi fisik (terutama sistem muskuloskletal, kardiovaskular dan gastrointestinal), intelektual dan sosial emosional. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut sesuai dengan tingkat kecemasan.


(24)

Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan

Tingkat

Kecemasan Tanda fisik Intelektual

Sosial dan Emosional

Kecemasan ringan (+1)

Rangsangan sistem

simpatik pada tingkat rendah, ketegangan otot skeletal mulai ringan sampai moderat, tubuh relaksasi pergerakan lambat dan mempunyai arti. Kontak mata dipertahankan, suara tenang dan intonasi baik.

Lapangan perseptual terbuka, mampu

merubah fokus

perhatian, sadar akan lingkungan luar, berpikir positif pada dirinya, perhatian rendah terhadap sesuatu yang tak terduga atau hal negatif.

Tingkah laku spontan. Perasaan positif dan nyaman, percaya diri dan puas. Aktivitas menyendiri.

Kecemasan sedang (+2)

Sistem saraf simpatik aktif: tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, pernafasan meningkat, pupil dilatasi. Peningkatan ketegangan otot bersamaan

dengan penekanan penginderaan, dan gerakan

tidak menentu. Suara menunjukkan kesan perhatian dan ketertarikan masalah yang terjadi. Kecepatan bicara meningkat, nada suara

meningkat, dan kewaspadaan meningkat.

Persepsi sempit, fokus perhatian khusus pada stimulus eksternal atau internal. Berusaha menyadari proses informasi. Pikiran terpusat pada diri sendiri, perhatian tentang kemampuan diri sendiri, berusaha untuk mendapatkan sumber-sumber penting untuk pemecahan masalah. Hasil positif pemecahan masalah belum tentu dicapai.

Meningkatkan

kemampuan dalam belajar menganalisa masalah, pengaturan kognitif dan gerakan, merasa ada tantangan dalam menyelesaikan dilema/masalah. Rasa percaya diselingi rasa takut. Harga diri

rendah dan kemungkinan tidak mampu. Perilaku lari (flight) dari masalah dimanifestasikan dengan menarik diri, mengingkari dan depresi.


(25)

Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan

Kecemasan berat (+3)

Respon berjuang atau lari dari masalah. Sistem saraf simpatis dihambat secara umum. Rangsangan pada medulla adrenal ditandai dengan peningkatan katekolamin, denyut jantung cepat, palpitasi, glukosa darah meningkat, aliran darah ke sistem pencernaan menurun, aliran darah ke otot rangka meningkat, penegangan otot berlebihan, kaku, hiperventilasi, reaksi fisik meningkat, agitasi, gerakan tidak menentu, meremas tangan, resah, gemetar, terpaku (tidak bergerak). Nafsu makan hilang, mual. Efek verbal: gagap, cepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah: kontak mata sedikit, gerakan mata rata/menatap, menggertakkan gigi, rahang kaku.

Kapasitas persepsi sangat sempit, perhatian yang berlebihan pada satu stimulus, penyelesaian

masalah tidak

efektif/sulit tidak peduli pada ancaman, mengingkari masalah, disorientasi waktu dan tempat. Kemungkinan berpikir secara negatif, aktualisasi diri rendah.

Ancaman pada diri meningkat,


(26)

Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan

Panik (+4) Tingkah laku fisiologi

berlanjut. Tidak dapat melakukan gerakan sederhana, gerogi, agitasi/motorik

memukul-mukul. Verbal atau fisikal berhenti, menghindar dan berusaha melawan dari situasi. Penurunan neurotransmitter simpatik, hipotensi, merasa pusing, pingsan, menguap, tampak pucat, letih. Ekspresi wajah terkejut, mata cembung, terpaku, meringis, mulut ternganga, menutup muka, suara kuat.

Tidak tahan terhadap stimulus luar. Sentuhan/gerakan

tidak teratur, tidak berhubungan. Proses logika dihambat.

Tidak mampu memecahkan masalah,

tidak tahan terhadap proses stimulus baru (verbal, pendengaran, penglihatan). Asyik pada pikiran negatif sehingga mudah terkejut, akibat negatif kecemasan timbul. Emosional tersalurkan, mudah percaya, lebih primitif. Perilaku koping menangis, berteriak, melekuk di

tempat tidur (merajuk), merasa tidak berdaya, butuh pertolongan, merasa nyeri yang mendalam, putus asa, hilang harapan, seperti mengalami kengerian/ngeri, tidak berdaya. Dilampiaskan dengan kemarahan.

Sumber: Mental health – psychiatric Nursing (Rawlins & Williams, 1993)

2.3 Respon cemas anak yang dirawat di rumah sakit

Cemas karena perpisahan sebagian besar terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak di periode anak usia sekolah. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga tahap yaitu :

1) Tahap protes, tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif seperti menendang, menggigit, mencubit, membuat orang tua tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain.


(27)

2) Tahap putus asa, anak tampak tegang, tangisannya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi.

3) Tahap adaptasi, secara samar-samar anak sudah menerima perpisahan mulai tertarik dengan apa yang ada disekitarnya dan dapat membina hubungan dangkal dengan orang lain. Fase ini terjadi biasanya setelah berpisah dari orang tua.

Kehilangan kendali dapat terlihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak akan kehilangan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya, hal ini akan menimbulkan regresi sehingga anak bereaksi terhadap ketergantungan dan negativis. Anak akan menjadi cepat marah dan agresif jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu yang lama maka anak akan kehilangan otonominya pada akhirnya menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak juga akan bereaksi dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, menendang, memukul, atau berlari keluar jika terdapat luka pada tubuh dan rasa nyeri. (Nursalam, 2005).

2.4 Respon cemas anak terhadap pemasangan intravena

Reaksi individu terhadap cemas sangat bervariasi, namun dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis (Kozier, dkk, 1989, dalam Keliat, 1999). Di tingkat psikologis reaksi yang ditunjukkan anak saat dilakukan tindakan


(28)

1invasif seperti pemasangan intravena sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal yaitu dengan mengeluarkan kata-kata penolakan, membentak dan sebagainya, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri, tidak kooperatif (Alifatin, 2001).

Di tingkat fisiologis, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan cemas. Fungsi otak menurun, kelelahan, denyut jantung cepat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan meningkat dan otot-otot semakin tegang bisa timbul (Agoes dkk, 2003).

2.5 Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak terhadap pemasangan intravena

Cemas sangat erat hubungannya dengan nyeri (Paice 1991, dalam Potter & Perry, 2005), melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengakibatkan bagian sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya cemas. Nyeri dan takut sakit adalah respon anak akibat tindakan pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007). Pada waktu infus IV mulai dipasang, pasien akan merasakan penusukan jarum untuk memasukkan kateter ke dalam vena (La Rocca, 1998). Ini akan menimbulkan nyeri pada daerah penusukan jarum.

Peralatan medis seperti jarum suntik dan peralatan infus adalah momok buat anak apalagi namanya terdengar asing dan aneh bagi anak. Anak bisa berpikiran yang tidak-tidak dan semakin merasa takut apalagi orang tua sering sekali memakai jarum suntik sebagai alat untuk menakut-nakuti anak supaya anak


(29)

jangan nakal sehingga hal ini diingat anak terus-menerus bahkan ketika anak dirawat dan harus menjalani prosedur pengobatan anak menjadi trauma dan stres (Sugianto, 2006).

Tenaga kesehatan, perilaku petugas kesehatan seringkali menimbulkan trauma pada anak misalnya seorang perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya) untuk melakukan asuhan keperawatan tetapi dengan wajah cemberut, masam, tidak ada sapaan, sebelum dilakukan tindakan anak sudah takut dan tidak mau didekati. Penampilan para staf rumah sakit dengan baju putihnya yang terkesan angker juga menjadi momok yang menakutkan bagi anak (Supartini, 2004).

3. Pemasangan Intravena

3.1 Pengertian intravena

IV berarti intravena yang berarti di dalam vena. Untuk terapi intravena sebuah kateter atau jarum dimasukkan ke dalam vena, biasanya di tangan dan di lengan kateter dihubungkan selang dan botol cairan yang berfungsi sebagai jalan untuk memberikan obat dan cairan (Larocca, 1999). Terapi cairan intravena memberikan cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus-menerus selama periode tertentu (Nurachmah, 2000).


(30)

3.2 Tujuan pemasangan intravena

Pemasangan intravena diberikan sebagai pengobatan atau akses kegawatdaruratan. Selain itu digunakan sebagai pencegahan atau koreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, atau darah. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut juga merupakan tujuan pemasangan intravena (Salbiah, 2006).

3.3 Pemilihan akses vena

Vena yang umumnya digunakan untuk terapi intravena adalah vena yang terdapat pada lengan seperti sefalika, basilika, dan metakarpal, pada tungkai digunakan vena safena, dan pada kepala seperti temporalis frontalis (khusus pada anak-anak). Vena yang ideal adalah vena yang belum digunakan dan agak lurus. Pemilihan dan pengkajian vena adalah hal penting untuk mencapai keberhasilan prosedur. Ada beberapa pedoman untuk pemilihan vena, gunakan vena-vena distal. Jika memungkinkan gunakan lengan pasien yang tidak dominan. Vena yang cukup besar memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam kateter. Palpasi vena untuk menentukan kondisinya, selalu pilih vena yang lunak, penuh, dan yang tidak tersumbat. Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Pilih lokasi vena yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang tidak direncanakan (La Rocca, 1998).


(31)

3.4 Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi pada prosedur intravena

Umur pasien misalnya pada anak-anak, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV akan berakhir. Prosedur yang diantisipasi misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan pilih vena yang tidak terpengaruh oleh apapun. Aktivitas pasien seperti gelisah, bergerak dan perubahan tingkat kesadaran. Jenis IV dan durasi terapi IV jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena, pilih vena yang kuat dan baik. Ketersediaan vena perifer, bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi harus berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena yang tersedia, pertimbangan untuk memberikan akses vena pengganti. Terapi IV sebelumnya, flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan. Pembedahan sebelumnya, jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah diangkat sebelumnya (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter. Sakit sebelumnya jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke. Permintaan pasien, jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk memilih sebelah kiri atau kanan (Weinstein, 2000).

3.5 Peralatan dalam prosedur pemasangan intravena

Seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan selang intravena menjadi aman dan cepat. Peralatan standar meliputi larutan yang benar, jarum yang sesuai, set infus (bayi dan anak-anak membutuhkan infus dengan tetesan mikro (60 tetes/ml dan sering juga membutuhkan peralatan


(32)

pengontrol volume), selang intravena, alkohol dan swab pembersih yodium-povidon, turniket, papan penyangga lengan, kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodium-povidon, plester, handuk untuk diletakkan di bawah tangan klien, tiang IV, sarung tangan sekali pakai, dan gown IV (Potter & Perry, 2005).

3.6 Prosedur pemasangan intravena

Adapun prosedur pemasangan intravena meliputi identifikasi klien dan jelaskan prosedur, ganti pakaian klien menjadi pakaian khusus untuk tindakan IV. Atur peralatan di atas meja yang terpasang di samping tempat tidur atau meja di atas tempat tidur. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk pemasangan jarum IV atau kateter. Jangan lupa cuci tangan. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik steril. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar pemberian obat, pastikan larutan telah dicampurkan dengan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium dan vitamin jika diprogramkan. Buka set infus, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik tetesan dan gerakkan klem penggeser ke posisi penghentian aliran infus. Masukkan set infus ke dalam kantong cairan. Isi selang infus. Pilih vena distal untuk digunakan.

Apabila di tempat insersi jarum terdapat banyak bulu badan, gunting bulu-bulu tersebut. Apabila memungkinkan, letakkan ekstremitas pada posisi dependen. Pasang turniket sepuluh sampai duabelas cm di atas tempat insersi. Turniket harus menghambat aliran vena, bukan aliran arteri. Periksa denyut distal.


(33)

Pilih vena yang berdilatasi dengan baik. Kenakan sarung tangan steril sekali pakai. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dan dengan gerakan sirkular dari tempat insersi ke daerah luar dengan menggunakan larutan yodium-povidon, biarkan sampai kering apabila klien alergi terhadap yodium popidon gunakan alkohol 70 % selama 30 detik.

Lakukan pungsi vena. Fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari di atas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan dengan arah insersi lima sampai tujuh cm dari arah distal ke tempat pungsi vena. ONC dengan insersi bevel yang merupakan bagian ujung jarum yang miring membentuk sudut 20 sampai 30 derajat. Jarum kupu-kupu, tempatkan jarum dengan membentuk sudut 20 sampai 30 derajat dengan bevel di bagian atas sekitar 1 cm dari arah distal ke tempat pungsi vena. Lihat aliran balik melalui selang jarum, yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Rendahkan jarum sampai hampir menyentuh kulit. Masukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet. Lanjutkan memasukkan kateter yang fleksibel atau jarum kupu-kupu sampai hub berada di tempat pungsi vena. Stabilkan kateter dengan salah satu tangan, lepaskan turniket dan lepaskan stylet dari ONC. Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum. Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus dengan kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan selang intravena. Fiksasi kateter IV atau jarum. Tulis tanggal, waktu pemasangan selang IV, ukuran jarum, dan tanda tangan serta inisial perawat. Buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan lalu cuci tangan. Tulis catatan perawat tentang tipe cairan tempat insersi kecepatan aliran ukuran dan tipe kateter IV atau jarum


(34)

dan waktu infus dimulai, catat respon terhadap cairan IV jumlah yang diinfuskan dan integritas serta kepatenan sistem IV (Potter & Perry, 2005).


(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Berdasarkan tinjauan pustaka respon cemas anak saat dirawat di rumah sakit seperti perpisahan, sakit pada tubuh dan respon emosinya adalah tingkah laku protes, bosan, kesepian, frustasi, menarik diri, regresi, dan merengek (Hidayat, 2005). Namun dengan adanya dukungan keluarga akan memberikan rasa nyaman kepada anak pada saat pemasangan intravena. Sehingga pada saat petugas kesehatan melakukan pemasangan intravena diharapkan anak bisa bersifat kooperatif.


(36)

: Variabel yang diteliti : Variebel yang tidak diteliti

Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengaruh hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan

Respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena:

• Fisik • Intelektual

• Sosial dan Emosional Dukungan keluarga

• Dukungan pengharapan • Dukungan nyata

• Dukungan informasi • Dukungan emosional

Faktor pengaruh • Nyeri akibat

pemasangan intravena • Petugas kesehatan • Peralatan kesehatan


(37)

2. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat ukur

Hasil ukur

Skala 1. Varibel

Independen Dukungan Keluarga Bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarga yang membutuhkan ketika menghadapi masalah yang meliputi dukungan pengharapan yaitu dorongan, semangat, penghiburan, dan sebagai pendengar curahan hati anak, dukungan nyata yaitu, pelayanan, bantuan finansial dan material, dukungan informasi yang meliputi komunikasi tentang solusi Kuesioner terdiri dari 20 pernyataan dan terbagi atas: 1. Pernyataan positif dengan 4 pilihan jawaban: • Selalu :4 • Sering: 3 •

Kadang-kadang: 2 • Tidak Pernah:

1

2. Pernyataan negatif dengan 4 pilihan jawaban : • Tidak Pernah:

4 • Kadang-kadang: 3 Total skor 20-80 Ordinal


(38)

masalah, nasehat, pengarahan, dan informasi tentang dokter serta terapi yang terbaik untuk anak, dan dukungan emosional seperti penguatan akan rasa aman dimiliki dan dicintai, ekspresi, simpati, kepedulian, dan perhatian kepada anak.

• Sering: 2 • Selalu :1

2. Variabel Dependen respon cemas

Reaksi yang timbul pada anak usia sekolah saat dilakukan

pemasangan

intravena yaitu tanda

fisik seperti ketegangan otot, peningkatan tekanan darah, resah, Kuesioner terdiri dari 16

pernyataan dan 4 pilihan jawaban : • Tidak pernah:4 •

Kadang-kadang: 3 • Sering: 2 • Terus-menerus: 1. Total skor 16-64 Ordinal


(39)

menutup muka dan suara kuat, intelektual seperti perhatian rendah terhadap sesuatu, disorientasi waktu, sosial dan emosional seperti menarik diri, depresi,

menangis dan kemarahan.


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang di rawat inap dan mendapatkan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Sedangkan yang menjadi sampel adalah anak usia sekolah yang dirawat di Rumah Sakit Advent Medan dan keluarga yang menemani anak saat pemasangan intravena. Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analisis untuk uji korelasi (Polit & Hungler, 1995). Dari rumusan metode tersebut ditetapkan level of significance sebesar 50, power 80, dan effect size sebesar 50, sehingga besar jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling yaitu sampel yang ada/tersedia dan memenuhi kriteria sampel yaitu:

1. Anggota keluarga pasien yang menemani pasien saat pemasangan intravena (untuk kuesioner dukungan keluarga)


(41)

2. Pasien anak yang mendapat pemasangan intravena dan berumur antara 6 sampai 12 tahun (untuk kuesioner respon cemas anak)

3. Dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Advent Medan. Adapun yang menjadi dasar peneliti untuk memilih rumah sakit swasta ini karena pertimbangan biaya, keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dan belum pernah dilakukan penelitian ini di rumah sakit tersebut. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan , yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent atau dapat diucapkan langsung secara lisan. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidentially), dijaga dengan cara menuliskan nomor kode yang digunakan


(42)

untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diteliti, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yang berisi data demografi, dukungan keluarga dan kuesioner untuk menilai respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.

5.1 Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden. Kuesioner demografi untuk keluarga terdiri dari hubungan dengan pasien, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan. Kuesioner demografi untuk anak terdiri dari jenis kelamin, umur, dan pengalaman pemasangan intravena.

5.2 Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK)

Kuesioner dukungan keluarga berisi pernyataan-pernyataan yang meliputi dukungan keluarga, yaitu dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Peneliti menyusun kuesioner ini berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep dukungan sosial yang melibatkan peran keluarga (House, 1984, dalam Sarafino, 1994; Cutrona, dkk, 1994 dalam Kuntjoro, 2002).

Kuesioner dukungan keluarga ini terdiri dari 20 butir pernyataan, yang terbagi dalam 5 pernyataan dukungan pengharapan (nomor 1-5), 5 pernyataan


(43)

untuk dukungan nyata (nomor 6-10), 5 pernyataan untuk dukungan informasi (nomor 11-15) dan 5 pernyataan untuk dukungan emosional (nomor 16-20). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala likert. Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif (no 1-5, 8-15, 17, 18, 20) dan pernyataan negatif (no 6,7,16 dan 19) dengan empat pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (SR),dan Selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 4, dimana jawaban Selalu (SL) mendapat nilai 4, Sering (SR) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 4, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 4, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 3, Sering (SR) mendapat nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin tinggi.

rentang

Berdasarkan rumus statistik p = menurut Sudjana (1992)

banyak kelas

dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, dan baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.

Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:


(44)

19-39: dukungan kurang 40-60: dukungan cukup 61-81: dukungan baik

Untuk kuesioner masing-masing komponen dukungan keluarga (pengharapan, nyata, informasi, dan emosional) nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai terendah adalah 5. Maka dukungan untuk masing-masing komponen dukungan keluarga tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :

4 - 9 : Dukungan keluarga kurang 10 – 15 : Dukungan keluarga cukup 16 – 21 : Dukungan keluarga baik

5.3 Kuesioner Respon Cemas Anak (KRCA)

Kuesioner respon cemas bertujuan untuk mengidentifikasi respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka. Pernyataan dalam kuesioner ini juga terbagi atas pernyataan positif (no 1-9 dan 12-15) dan pernyataan negatif (no 10, 11, 15, dan 16). Penilaian menggunakan skala Likert yang terdiri dari 16 pernyataan dengan skor pilihan yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 4, dimana jawaban Selalu (SL) mendapat nilai 4, Sering (SR) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 4, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 4, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 3, Sering (SR) mendapat nilai 2, dan Selalu


(45)

(SL) mendapat nilai 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 4 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 16 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 64. Semakin tinggi total skor kuesioner maka semakin tinggi repon cemas yang dialami anak.

Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), yang sama seperti pada KDK, dengan rentang sebesar 48 dan banyak kelas dibagi atas 4 kategori kelas untuk respon cemas (ringan, sedang, berat, dan panik) didapatlah panjang kelas sebesar 12.

Dengan p = 12 dan nilai terendah 16 sebagai bawah kelas interval pertama, maka respon cemas dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

16-27: respon cemas ringan 28-39: respon cemas sedang 40-51: respon cemas berat 52-64: respon cemas panik

6. Reliabilitas Instrumen dan Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh dosen Fakultas Keperawatan yang ahli di bidangnya yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, SKp, MNS.


(46)

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini digunakan uji Reliabilitas Konsistensi Internal karena memiliki kelebihan yaitu memberikan instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu objek studi (Dempsey & Dempsey, 2002; Azwar, 2003). Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 10 subjek yang sesuai dengan kriteria subjek studi kemudian peneliti menilai responnya. Uji tes ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpha pada item berskala. Untuk instrumen yang baru akan reliable jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler).

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan analisis Cronbach Alpha untuk instrumen dukungan keluarga yang dilakukan pada 10 subjek studi adalah 0.765 dan untuk respon cemas adalah 0.755. Karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable.

7. Rencana Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Advent Medan.


(47)

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menyeleksi responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Responden yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Selesai pengisian peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban terisi. Kedua, mengklarifikasi analisa data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Ketiga, pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Statistik univarat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat akan digunakan untuk menganalisa variabel independen (data demografi dan


(48)

dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak terhadap pemasangan intravena). Untuk menganalisa variabel dukungan keluarga dan variabel respon cemas akan dianalisis dengan menggunakan skala interval dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

2) Statistik bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak terhadap pemasangan intravena) digunakan formulasi korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini karena variabel dukungan keluarga dan respon cemas anak merupakan variabel dengan skala ordinal. Untuk mengetahui apakah hubungan itu lemah, sedang atau kuat dipakai standar korelasi menurut Burns dan Grove (2001) (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Diatas -0.5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interprestasi kuat - 0.3 sampai – 0.5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai - 0.1 sampai – 0.3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada / hubungan

0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0.5 Korelasi positif tinggi


(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan mulai dari bulan Januari hingga Maret 2010 di Rumah Sakit Advent Medan. Responden pada penelitian ini adalah pasien anak dan keluarga yang menemani saat pemasangan intravena dilakukan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi, dukungan keluarga, dan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.

1.1 Data Demografi

Deskripsi karakteristik demografi keluarga dan pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan tahun 2010 didapat dari 32 responden. Mayoritas responden yang memiliki hubungan sebagai ibu 20 orang (62,5%), 14 orang berusia 30 – 39 tahun (43,8%), pendidikan SMA 17 orang (53,1%), wiraswasta 14 orang (43,8%), dan 29 keluarga berpenghasilan diatas Rp 850.000 (90,6%). Selanjutnya 18 orang responden anak berjenis kelamin laki-laki (56,3%), 8 orang berusia 8 tahun (25%), dan 15 orang (46,9%) belum pernah mendapatkan pemasangan intravena sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.


(50)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ( n = 32)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Hubungan Dengan Pasien

Ayah Ibu Usia 20-29 30-39 40-49 50-59

Mean = 40,63 SD = 8,19

Pendidikan Perguruan Tinggi SMA SMP Pekerjaan Ibu RT Pegawai Swasta PNS Wiraswasta Penghasilan Keluarga

< Rp 850.000 > Rp 850.000

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia Anak 6 7 8 9 10 11 12

Mean = 8,16 SD = 1,9

Pengalaman pemasangan

intravena Belum pernah Satu kali Dua kali Tiga kali 12 20 2 14 10 6 13 17 2 5 7 6 14 3 29 18 14 9 3 8 5 3 1 3 15 10 5 2 37,5 62,5 6,3 43,8 31,3 18,8 40,6 53,1 6,3 15,6 21,9 18,8 43,8 9,4 90,6 56,3 43,8 28,1 9,4 25,0 15,6 9.4 3,1 9,4 46,9 31,3 15,6 6,3


(51)

1.2 Dukungan Keluarga

Data tentang tingkat dukungan keluarga pada pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan didapat bahwa keluarga yang memberi dukungan emosional dalam kategori baik 31 orang (96,9%) dan kategori cukup 1 orang (3,1%). Untuk dukungan nyata 28 orang (87,5%) masuk ke dalam kategori baik dan 4 orang (12,5%) ke dalam kategori cukup. Responden yang mendapat dukungan informasi dalam kategori baik 28 orang (87,5%) dan kategori cukup 4 orang (12,5%). Untuk dukungan emosional 29 orang (90,6%) masuk ke dalam kategori baik dan 3 orang (9,4%) ke dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil analisa data dukungan keluarga secara keseluruhan didapatkan mayoritas keluarga 26 orang (81,3%) berada pada tingkat dukungan baik dan 6 orang (18,8%) pada tingkat dukungan cukup. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada pasien anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 (n=32)

Dukungan Frekuensi Persentase (%)

Dukungan pengharapan Baik Cukup Dukungan nyata Baik Cukup Dukungan informasi Baik Cukup Dukungan emosional Baik Cukup 31 1 28 4 28 4 29 3 96,9 3,1 87,5 12,5 87,5 12,5 90,6 9,4

Total Dukungan Keluarga

Baik Cukup 26 6 81,3 18,8


(52)

1.3 Respon Cemas Anak

Analisa skor respon cemas pada anak dengan pemasangan intravena, dapat diidentifikasi dalam tabel 5.3 bahwa 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang ( 37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010

Tingkat respon cemas Frekuensi Persentase (%)

Respon cemas ringan Respon cemas sedang Respon cemas berat

18 12 2

56,3 37,5 6,3

1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena

Hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan pada penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi Spearman (Correlations Spearman’s Rho). Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.4, nilai p sebesar 0,008 (p<0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Kekuatan korelasi (r) = -0,458 yang mengidentifiksasikan bahwa kekuatan hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena dalam kategori


(53)

sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010

Variabel 1 Variabel 2 R p Keterangan Dukungan

keluarga

Respon cemas

- 0,458 0,008 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi sedang

2. Pembahasan

2.1 Dukungan Keluarga

Hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan diperoleh data dari 32 orang responden, mayoritas mendapat dukungan baik yang baik dari keluarga mereka dan kelompok responden berikutnya berada pada tingkat dukungan cukup. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan Kaplan (dalam Lubis, 2009) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat menjadi penentu bagi perkembangan kesehatan. Lebih lanjut Sarafino (1994) melalui penelitiannya menyatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diperoleh maka semakin rendah ketegangan psikologi yang dirasakan. Taylor (dalam Lubis, 2009) juga berpendapat pasien yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi ternyata menunujukkan penyesuaian yang lebih baik.


(54)

Keluarga menyediakan hubungan yang dapat memberikan rasa aman dan memelihara penilaian positif seseorang terhadap dirinya melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan, atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga lainnya (Trismiati, 2004). Melalui dukungan tersebut anak yang menghadapi pemasangan intravena mampu melewati tindakan tersebut dengan tenang sehingga proses perawatan di rumah sakit bisa dilakukan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan Keliat (1997) bahwa respon penderita terhadap pengobatan ditentukan oleh faktor keluarga dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya.

Hasil analisa penelitian ini didapatkan data bahwa jika dibandingkan dengan dukungan keluarga yang lain, dukungan informasional dan dukungan nyata merupakan dukungan yang paling rendah. Berdasarkan hasil penelitian McCaughan (2000) terhadap pasien yang diterapi menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah pasien yang diteliti menyatakan tidak mendapat dukungan informasi dari keluarga disebabkan karena hubungan yang kurang baik antara keluarga dengan pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McCauchan berbeda dengan penelitian ini karena dukungan informasional yang kurang maksimal bukan disebabkan karena hubungan yang tidak baik antara pasien dan keluarga tetapi berdasarkan karakteristik responden, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga membuat keluarga kesulitan untuk mencari informasi dan menjelaskannya kepada responden.


(55)

2.2 Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden anak yang mendapat terapi pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan didapat 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang ( 37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian Mediani dkk (2005) yang menyatakan bahwa pasien anak usia sekolah yang mendapat terapi pemasangan infus mengalami kecemasan. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan respon fisiologis seperti peningkatan denyut nadi dan respon perilaku seperti menangis yang menjadi indikator respon cemas pada anak.

Kecemasan yang dialami anak pada saat pemasangan intravena erat kaitannya dengan nyeri. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas perilaku anak selama prosedur tindakan pemasangan intravena menunjukkan bahwa anak usia sekolah mengalami nyeri. Pengalaman nyeri bukan hanya sensori belaka, tetapi juga berkaitan erat dengan motivasi dan afektif seseorang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Jay, Elliot dan Varni (1986) dan Cleve dkk (1997) bahwasanya stress anak terhadap prosedur tindakan tertentu ditentukan oleh tingkatan usia mereka. Mediani dkk (2005) meneliti respon nyeri infant dan anak yang mengalami hospitalisasi saat pemasangan infus di RSUD Sumedang juga mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan respon perilaku anak terhadap pemasangan infus. Khusus untuk anak usia sekolah respon yang mengindikasikan kecemasan terlihat dari perubahan perilaku menangis, verbal anak, dan batang tubuh sesudah pemasangan infus yang signifikan.


(56)

Dilaporkan dalam hasil penelitian ini bahwa tingkat respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena berada pada tingkat ringan. Hal ini dimungkinkan oleh jumlah responden anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Dimana tingkat kecemasan laki-laki jauh lebih rendah dari perempuan. Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Trismiati (2004) yang menyatakan bahwa wanita secara umum lebih pencemas daripada pria (Maccoby dan Jacklin, 1974). Demikian pula dengan hasil penelitian (dalam Leary, 1982) yang menyatakan bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding pria, serta penelitian Myers (1983), Power (dalam Myers, 1983), penelitian James dan Cattel (dalam Myers 1983) yang menunjukkan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan pria.

Komunikasi dari dokter dan perawat yang menginformasikan tentang prosedur pemasangan intravena tentu mampu memberikan efek positif terhadap penurunan respon cemas pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Fyfe (1999) yang menjelaskan bahwa tindakan perawat dapat membantu mengurangi atau menurunkan kecemasan pasien dengan menentramkan perasaan pasien.

Faktor yang mampu mempengaruhi kecemasan anak saat pemasangan intravena juga ditemukan pada penelitian ini. Diketahui bahwa ada responden anak yang berada pada tingkat kecemasan berat saat pemasangan intravena. Potter & Perry (2001) menyatakan bahwa tingginya kecemasan seseorang individu dimungkinkan oleh kondisi sakit, hospitalisasi, ketidaktahuan tentang pemeriksaan dan prosedur tindakan pembedahan, ketakutan terhadap anastesi,


(57)

takut terhadap nyeri, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.

2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena

Penggunaan uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena menunjukkan nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,008 lebih kecil dari nilai level of significance yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Dengan demikian hipotesa alternatif pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Didapatkan nilai korelasi - 0,458 dengan interpretasi hubungan sedang, yang berarti semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena.

Diterimanya hipotesis menunjukkan dukungan keluarga berpengaruh terhadap respon cemas anak yang menghadapi pemasangan intravena. Dukungan keluarga terhadap anak dengan pemasangan intravena dapat menyebabkan adanya ketenangan dan rasa aman pada anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Krohne & Slagen (2005) yang menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi tidak menunjukkan kecemasan dan tinggal lebih cepat dari rumah sakit dibandingkan pasien yang rendah dukungannya.


(58)

Sarason dan Sarason (1986) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan dari keluarga adalah sumber dukungan sosial yang paling tinggi. Saat anak yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dirasakannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,3% subjek anak usia sekolah menghadapi pemasangan intravena berada pada kategori respon cemas rendah, 81,3% subjek keluarga memberikan dukungan kepada anak dengan kategori baik. Dukungan keluarga yang baik disebabkan adanya dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional yang baik yang diberikan dari keluarga kepada anak yang menghadapi pemasangan intravena, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan anak dan mencegah respon cemas yang timbul akibat pemasangan intravena. Hasil penelitian Duncan (dalam Mutiara, 2007) menunjukkan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan yang paling penting untuk anak dan usia dewasa. Begitupun pada anak yang menghadapi pemasangan intravena, keluarga juga merupakan sumber dukungan yang paling penting.

Dukungan pengharapan berbentuk dorongan, semangat, penghiburan, dan sebagai pendengar curahan hati anak merupakan umpan balik yang diterima oleh anak. Dukungan yang bersifat penghargaan yang positif ini membuat individu merasa berarti, mampu dan merasa dirinya bernilai (Taylor, 1995). Hanifah (dalam Pardede, 2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan memberikan ungkapan yang positif, persetujuan terhadap ide, empati, dan


(59)

kepedulian dapat meningkatkan rasa tenang dan sikap positif dari pasien juga menurunkan tingkat kecemasan yang timbul. Hal ini tentunya juga menurunkan kecemasan pada anak saat pemasangan intravena.

Dukungan nyata berupa pelayanan, bantuan finansial dan material ataupun sekedar waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak mempengaruhi kondisi psikoligis anak (Taylor, 1995). Dukungan yang bersifat nyata seperti membantu anak selama perawatan di rumah sakit atau sekedar memberi usapan pada anak ketika merasa cemas pada saat pemasangan intravena. Menurut Anne & David (dalam Pardede, 2008), keterlibatan anggota keluarga secara terus-menerus merupakan hal yang sangat menolong dan membangkitkan semangat bagi penderita dalam menjalani pengobatan.

Dukungan informatif berupa nasehat, sugesti, memberikan penghargaan secara langsung, saran yang berguna untuk mempermudah individu dalam menjalani hidupnya dan informasi. Informasi-informasi berharga yang diberikan berupa nasehat dan pengaruh yang diberikan kepada orang yang sudah pernah mengetahui ataupun yang belum mengetahuinya (Taylor, 1995). Bantuan informatif akan membantu pasien menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalahnya dan menunjukkan tingkat kecemasan yang rendah (Krohne & Slagen, 2005). Informasi sangat dibutuhkan oleh seorang anak yang mendapat terapi melalui pemasangan intravena mengingat apa yang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya. Keluarga merupakan sumber terbaik dalam penyediaan informasi dengan menyarankan tindakan yang spesifik dalam


(60)

menghadapi stressor. Dengan adanya dukungan tersebut anak mampu belajar dari pengalaman yang diceritakan orang lain.

Dukungan emosional merupakan dukungan yang membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan, dan dicintai oleh sumber dukungan keluarga (Lubis, 2009). Lebih lanjut Craigie & Mayor (2000) menyatakan dukungan emosional dan perhatian dalam situasi kritis atau dalam keadaan sakit merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan. Anak yang mendapat dukungan seperti ini akan merasa diperhatikan dan dilindungi. Perhatian emosi akan membuat anak saat mengahadapi pemasangan intravena merasa yakin bahwa ia tidak seorang diri mengahadapi tindakan tersebut.

Dari hasil kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga dan pasien anak yang mendapat pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan dengan jumlah responden 32 orang yang ditentukan dengan convenience sampling. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Dengan kekuatan korelasi - 0,458 dan masuk ke dalam kategori sedang. Penggunaan uji korelasi Spearman dari penelitian ini bersifat negatif yang juga membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena dan sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan keluarga maka semakin tinggi respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena.


(62)

2. Saran

a. Saran untuk Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khususnya pada pasien anak. Dukungan dari keluarga tentunya akan meminimalkan respon cemas anak terhadap tindakan perawatan yang ditakuti seperti pemasangan intravena tersebut.

b. Saran untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu menekankan pemahaman pada peserta didik bahwa pada pasien anak yang menjalani perawatan di Rumah sakit bukan hanya gejala fisik saja yang diperlu mendapat perhatian khusus, tetapi juga harus memperhatikan gejala psikologis yang timbul.

c. Saran untuk Penelitian Keperawatan

Bagi peneliti selanjutnya diharapakan agar lebih menggali lagi faktor-faktor yang mampu mempengaruhi respon cemas anak terhadap pemasangan intravena. Karena penelitian ini juga hanya dilakukan pada satu rumah sakit sehingga metode penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk semua pasien anak yang ada di rumah sakit. Sehingga peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian yang lebih luas.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, dkk. (2003). Teori dan Manajemen Stres: Kontemporer dan Islam: Malang: Taroda.

Alifatin, Hidayat. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Alifatin, Aini., & Suswati, Irma. (2001). Pengaruh Bermain terhadap Pemasangan Infus pada Anak. Dapat diakses di dibuka tanggal 10 September 2009.

Atkison, R.L. & Hilgad, E.R. 1996, Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga. Atree & Merchant. (1996). Belajar Merawat di Bangsal Bedah. Jakarta: EGC. Burns & Grove (1993). The practice of nursing research : Conduct, critique, and

utilization. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Dahlan, M. Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Jakarta: EGC.

Direktorat Kesehatan Jiwa. (1993). PPDGJ-III, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen RI.

Friedman, M. (1998). Keperawatan keluarga : Teori dan Praktek Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.

Fyfe, A. (1999). Peran Perawat dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi. Dapat diakses dari Mei 2010.

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Juffrie, M. (2003). Panduan Praktek Pediatrik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Keliat, B. A. dkk. (1997). Dokumentasi Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa. Jakarta: FKUI.


(64)

Khrone, H. W., Slagen, K. E. Influence of Social Support On Adaptaion To Surgery. Health Psychology. Vol 24. 1.101-105 .

Larocca, Joane C. (1998). Terapi Intravena Edisi 2. Jakarta: EGC.

Leary, M. R. 1982. Understanding Social Anxiety; Social personality and Clinical Perspective. California. Sage Publication Inc.

Lubis, Arliza Juairiani. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Terminal yang Melakukan Terapi Dialisa. Dapat diakses di

Lubis, Mawar K. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Anak Usia Pra Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Lubis, Namora Lumongga., Hasnida. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Knaker Perlukah?. Medan: USU Press.

Mediani, Henny Suzana., Mardhiyah, Ai., & Rakhmawati, Windy. (2005). Respon Nyeri Infant dan Anak yang Mengalami Hospitalisasi saat Pemasangan Infus Di RSUD Sumedang. Dapat diakses di

Mcghie, Andrew. (1996). Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica dan penerbit Andi.

Myers, E. G. 1983. Social Psychology. Tokyo. McGraw Hill.

Nevid, Jefrey. S. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Notosoedirdjo, M. & Latipun. (2005). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan

Edisi 4. Malang: UMM Press.

Nurachmah, Elly. (2000). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan Anak Edisi 1. Jakarta: EGC. Pardede, Eva Elfrida. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Penderita

Penyakit Infeksi Menular Seksual di Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Polit, D. F. & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research: Principles and


(65)

Potter, Patricia.A & Perry, Anne G. (2001). Fundamental of nursing (5th

Potter, Patricia.A & Perry, Anne G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.

ed). St. Louis: Mosby.

. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.

Purba, Jenny M., dkk. (2008). Asuhan keperawatan pada Klien dengan Masalah psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Rawlins & Williams. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing. Ed. (3rd

Riwidikdo, Handoko. (2008). Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendika Press.

). United State of America: Mosby Year Book.

Salbiah., Nurhidayah, Rika Endah., & Diah Aruum. (2006). Panduan Laboratorium Keterampilan dasar Keperawatan. Medan .

Sarafino, E. P. (1994). Psychology health: Biopsychosocial interactions. New York: John Whiley & Sons,inc.

Sarason, I. G., Sarason, B. R., Shearin, G. H. (1986). Social Support As An Individual Different Variable: It’s stability, Origins And Relation Aspects, Journal of Personality And Social Psychology. Vol. 50. 845-855.

Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grafindo.

Sudjana, M. A. (1992). Metoda Statistika. Edisi kelima. Bandung: Tarsito.

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak Edisi 1. Jakarta: Salemba.

Taylor, S. E. (1995). Health Psychology. Singapore: Mc Graw – Hill. Inc.

Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dapat diakses di

Yayasan Kesehjateraan Anak Indonesia. (2005). Angka Kesakitan Anak (Morbidity rate) Anak-anak Umur 0-21 Tahun. Dapat diakses di http://www.ykai.net/ dibuka pada tanggal 17 September 2009.

Oktober 2009.


(66)

Wahyuni, Arlinda Sari. (2007). Statistika Kedokteran disertai Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Weistein, Sharon M. (2000). Buku Saku Terapi Intravena Edisi 2. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:


(67)

(68)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON CEMAS

ANAK TERHADAP PEMASANGAN INTRAVENA DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

Oleh :

Merlyn Christine Siholda Napitupulu

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Pertisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.

Tanda tangan :

Tanggal :


(69)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON CEMAS

ANAK TERHADAP PEMASANGAN INTRAVENA DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

Oleh :

Merlyn Christine Siholda Napitupulu

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Pertisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.

Tanda tangan :

Tanggal :


(70)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2009

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subyek yang memenuhi kriteria penelitian.

Ada 2 bagian yang termasuk dalam kuesioner ini yaitu: Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)


(71)

I. Kuesioner Data Demografi (KDK)

Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap dan berilah tanda cek (√) pada kotak pilihan yang tersedia.

1. Nomor Responden : (diisi peneliti) 2. Hubungan dengan pasien :

฀ Ayah ฀ Ibu ฀ Lain-lain( )sebutkan

3. Umur : tahun

4. Pendidikan Terakhir :

฀ Tidak sekolah ฀ SMU

฀ SD ฀ Perguruan Tinggi

฀ SMP

5. Pekerjaan :

฀ Pegawai Negeri Sipil ฀ Wiraswasta

฀ Pegawai Swasta ฀ Lain-lain( )sebutkan 6. Penghasilan Keluarga :

฀ Di bawah Rp 850.000 ฀ Di atas Rp 850.000


(1)

8 Saya merasa tegang atau merasa pikiran kacau karena saya terlalu banyak berpikir dan mencurahkan perhatian pada pemasangan intravena

9 Saya menjerit kesakitan saat pemasangan intravena

10 Saya merasa pemasangan intravena adalah tindakan yang menyenangkan

11 Saya yakin bahwa pemasangan intravena tidak menyakitkan

12 Saya hanya diam dengan tenang pada saat pemasangan intravena

13 Saat pemasangan intravena saya berusaha merangkul orang tua saya

14 Saya berbicara dengan perawat atau orang tua dengan tenang saat pemasangan intravena 15 Saya tidak takut saat pemasangan intravena

dilakukan

16 Saya senang terhadap pemasangan intravena


(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran 5

Anggaran Biaya Penelitian

1. Persiapan Proposal

- Biaya pengetikan Rp. 120.000

- Penggandaan sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000

- Perbanyak Proposal Rp. 100.000

- Biaya Internet Rp. 45.000

- Sidang Proposal Rp. 45.000

- Pembelian buku Rp 150.000

2. Pengumpulan Data

- Izin Penelitian Rp. 100.000

- Transportasi Rp. 100.000

- Penggandaan Kuesioner Rp. 50.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

- Biaya pengetikan Rp. 100.000

- Penjilidan Rp. 100.000

- Penggandaan laporan penelitian Rp. 200.000

4. Sidang Akhir Rp. 150.000

Biaya Tak Terduga Rp. 130.000

Jumlah : Rp. 1.470.000


(6)

Lampiran 6

CURRICULUM VITAE

Nama : Merlyn Christine Siholda Napitupulu

NIM : 061101065

Tempat/tanggal lahir : Medan, 4 Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Advent

Alamat : Jl. Sakti Lubis gg. Amal no. 59 Medan Tahun Ajaran : 2006

RiwayatPendidikan :

- TK Swasta Prabhudy PWKI Medan (1994) - SD Swasta Prabhudy PWKI Medan (1994-2000) - SLTP Swasta Advent 1 Medan (2000-2003) - SMA Negeri 2 Medan (2003-2006)