Respon cemas anak terhadap rumah sakit dan pembedahan

tidak pasti, atau kemungkinan kematian. Wong, 2008. Menurut Debord 2006 dalam Margeretha, 2007 Pada anak usia sekolah dapat merengek ketika sesuatu terjadi pada mereka, dapat menjadi lebih agresif, bertanya pada orang dewasa, mencoba perilaku yang baru, adanya masalah sekolah, ketakutan dan mimpi buruk dan kehilangan konsentrasi. Respon terhadap cemas ataupun stress dapat meliputi: menarik diri, merasa tidak dicintai, kurang memperhatikan sekolah dan teman, dan juga kesulitan menyatakan perasaanya. Di bawah pengaruh cemas ataupun stress, mereka dapat khawatir akan masa yang akan datang, sakit kepala dan masalah pada perut, kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, dan sering berkemih. Usia sekolah mulai memiliki pengetahuan tentang tubuhnya, perkembangan sosial dipusatkan pada tubuh dan kemampuanya. Mekanisme koping pada anak meliputi pemecahan masalah dengan komunikasi, bersikap tenang, menolak, atau regresi. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi formasi, yaitu suatu mekanisme pertahanan yang tidak di sadari, anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka sembunyikan. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi. Anak mungkin juga menunjukkan agresi, iritabilitas, serta ketidakmampuan berhubungan dengan saudara kandung dan teman sebayanya. Perasaan kehilangan kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan dan kematian Muscari, 2005. Menurut Stuart 2002 dalam Apriliawati 2011 menjelaskan kecemasan dapat diekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan psikologis seperti perilaku yang secara tidak langsung mempengaruhi timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya melawan kecemasan. a. Respon Fisiologi Respon system syaraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh termasuk dalam pertahanan diri. Serabut syaraf simpatis mengatifkan tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Pada anak usia sekolah, nilai normal dennyut nadi adalah 75-110 kali permenit, tekanan darah berkisar 94-11256-60 mmHg dan nilai suhu tubuh 37 Anak yang mengalami gangguan kecemasan akibat perpisahan akan menunjukkan sakit perut, sakit kepala, mual muntah, demam ringan, gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, mudah marah, beberapa anak juga menyatakan mengalami gejala vertigo dan palpitasi dan manifestasi klinis pada anak kecemasan juga dapat berupa kesulitan tidur, tantrum di pagi hari Pott Modleco, 2007 dalam Apriliawati, 2011. C Muscari 2005. System kardiovaskuler akan memunculkan tanda palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat. Respon kardiovaskuler ini memberikan data yang sangat bermanfaat terkait pengaruh stressor kehidupan nyata pada anak Tsai, 2007 dalam Apriliawati, 2011. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa, anak usia sekolah yang menjalani prosedur pembedahan menunjukkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi Tsai, 2007 dalam Apriliawati 2011. b. Respon psikologis Respon perilaku akibat kecemasan adalah tampak gelisah, terdapat ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dar hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan sangat waspada. Respon kognitif akibat kecemasan adalah konsentrasi memburuk, perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, bingung, sangat waspada, kehilangan objektivitas dan takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut pada cedera atau kematian dan mimpi buruk. Respon afektif akibat kecemaan adalah tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, khawatir, rasa bersalah atau malu Stuart, 2002 dalam Apriliawati, 2011.

2.5 Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak

Rasa cemas dan takut anak terkait dengan rumah sakit dan pembedahan terutama adalah pemisahan dari orang tua. Secara tradisional, orang tua dan anak dipisahkan selama fase perawatan pra operasi Gruendemann, 2005. Rasa cemas anak juga disebabkan oleh keberadaanya dilingkungan yang baru, terhentinya kegiatan rutin, prosedur yang menimbulkan nyeri, mutilasi tubuh, dan perasaan di sia-siakan serta pemisahan. Dan juga ketakutan tentang tubuh yang disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan pada anak Potter, 2005. Anak usia sekolah mulai menunjukkan kekhawatiran terhadap pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian, kemungkinan efek menguntungkan dan merugikan suatu prosedur, contohnya anak usia sekolah merasa takut terhadap prosedur anastesi yang sebenarnya, injeksi dan masker wajah Wong, 2008.

2.6 Konsep persiapan sebelum menjalani pembedahan

2.6.1 Pengertian Pembedahan atau operasi ialah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuka atau menempilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani di tampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka Sjamsuhidayat, 2004. Sedangkan pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukanya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah Hidayat, 2006. Pre operasi dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi Smeltzer, 2001. 2.6.2 Gambaran pasien yang akan menjalani pembedahan Saat menghadapi pembedahan klien, akan mengalami berbagai stessor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain, dan mungkin kematian Potter, 2005. 2.6.3 Persiapan pasien anak yang akan menjalani pembedahan Anak- anak yang menjalani prosedur bedah memerlukan persiapan fisik dan psikologik. Secara umum, persiapan psikologik sama dengan yang didiskusikan untuk prosedur apa pun dan dapat menggunakan banyak tehnik seperti yang digunakan dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, seperti film, buku, dan permainan. Adapun poin-poin prosedur yang ditekankan pada saat sebelum operasi yaitu penerimaan, uji darah, injeksi obat pra operatif jika di resepkan Wong, 2008. Menurut Iswara 2006 dalam Margaretha 2007 menyatakan bahwa penting untuk mempersiapkan anak menjalani operasi. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu: anak harus mengenali dokter bedahnya, waktu operasi harus pagi hari, premedikasi dilakukan diruang rawat inap, hal ini mengurangi rasa takut yang dirasakan oleh anak. Intervensi yang dilakukan perawat melalui persiapan dan bantuan bagi anak yang dijadwalkan menjalani pembedahan dapat mendeteksi adanya rasa cemas serta mencegah masalah jangka pendek atau panjang yang berkaitan