Konsep Dukungan Keluarga TINJAUAN TEORITIS

emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya . 2.1.3 Komponen dukungan keluarga Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino, 1994 dalam Christine 2010, terdiri dari : a. Dukungan pengharapan Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. b. Dukungan nyata Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata instrumental support material support, suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata. c. Dukungan informasi Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back Sheiley, 1995. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. d. Dukungan emosional Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat. 2.1.4 Dukungan Keluarga Pada Anak Yang Akan Menjalani Pembedahan Anak usia sekolah membutuhkan dan menginginkan bimbingan atau dukungan dari orang tuanya, namun itu tidak akan diungkapkan karena keinginan mandirinya. Saat dalam masa hospitalisasi reaksi negative yang muncul adalah iritabilitas terhadap orang tua, menarik diri dari petugas dan tidak mau berhubugan dengan teman sebaya. Reaksi positif akan muncul ketika anak merasa mandiri Wong, 2008. Menurut Muscari 2005 anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walau membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk menjawab pertayaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian. Rasa cemas anak dan ketakutan akan mempengaruhi respon anak terhadap penanganan medis Gruendemann, 2005. Menurut Fincer dkk, 2012 Persiapan sebelum operasi lebih efisien dilakukan dengan adanya dukungan orang tua kepada anak maka untuk itu orang tua harus terlibat aktif dalam persiapan pra operasi anak mereka. Menurut Anderson dan Masur 1989 dalam Wijayanti 2009 menjelaskan bahwa pada pasien pra operasi sangat membutuhkan dukungan keluarga, pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasannya pada keluarga dengan mengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan, akan mempersiapkan pasien secara emosional. Selain itu, mempersiapkan keluarga terhadap kejadian yang akan dialami pasien dan diharapkan keluarga banyak memberi dukungan pada pasien dalam menghadapi operasi. Dan dengan adanya dukungan keluarga dapat membuat respon cemas pasien berkurang Novtaria, 2011.

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah

Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih komplek, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan Muscari, 2005. Sedangkan menurut Wong 2008 usia sekolah atau masa sekolah merupakan rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual juga mulai menunjukkan kematangan. Secara khusus, pada masa ini anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan keluarga, dan mulai mencoba mengambil bagian dikelompok. Terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta belajar bersosialisasi dengan baik disekolah Hidayat, 2009. Menurut Hockenbery Wilson 2007 dalam Purwandari 2009 karakteristik perkembangan pada anak usia sekolah di tandai dengan: perkembangan biologis, psikososial, tempramen, kognitif, moral, spiritual, bahasa, sosial, konsep diri dan seksualitas. a. Perkembangan biologis ditandai dengan perkembangan pertumbuhan dan berat, perubahan proporsi tubuh, dan kematangan system tubuh. perkembangan system tubuh pada anak usia sekolh ditandai dengan: maturnya system gastro intestinal, jaringan tubuh dan organ, imun, dan tulang. b. Perkembangan psikososial anak usia sekolah ditandai dengan pengembangan fase industri. Pada tahap industri anak mengembangkan kemampuan personal dan kemampuan sosial. c. Perkembangan tempramen anak di kembangkan melalui interaksi dengan lingkungan, pengalaman, motivasi dan kemampuan. Tiga temperamen anak adalah: anak yang mudah, anak yang lambat, dan anak yang sulit. d. Perkembangan kognitif usia 7-11 tahun piaget berada pada tahap concrete peration. Anak usia sekolah mampu mengembangkan dan memahami hubungan diantara sesuatu dan ide yang ada didalamnya. Perkembangan kognitif anak usia sekolah memasuki tahap opersional konkret, dimana anak mulai memiliki kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. e. Perkembangan moral anak usia sekolah ditandai dengan mempelajari standar perilaku dan merasa bersalah apabila melanggar standar perilaku. f. Perkembangan spiritual anak usia sekolah ditandai dengan menggunakan kata sifat seperti mencintai dan menolong untuk menggambarkan sifat dari Tuhan. g. Perkembangan bahasa anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa dan kemampuan berkembang seiring dengan pendidikan di sekolah. Anak usia sekolah 8 sampai 12 tahun sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Pembedaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu berfikir secara konkret Supartini, 2004. h. Kemampuan sosialisasi anak usia sekolah ditandai dengan keingintahuan tentang dunia luar keluarga dan pengaruh kelompok sangat kuat pada anak. i. Perkembangan konsep diri pada anak usia sekolah ditandai anak mulai mengetahui tentang tubuh manusia dan anak mampu menggambarkan figur manusia. Anak usia sekolah juga mulai meningkatkan rasa