Konsep Anak Usia Sekolah

memahami hubungan diantara sesuatu dan ide yang ada didalamnya. Perkembangan kognitif anak usia sekolah memasuki tahap opersional konkret, dimana anak mulai memiliki kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. e. Perkembangan moral anak usia sekolah ditandai dengan mempelajari standar perilaku dan merasa bersalah apabila melanggar standar perilaku. f. Perkembangan spiritual anak usia sekolah ditandai dengan menggunakan kata sifat seperti mencintai dan menolong untuk menggambarkan sifat dari Tuhan. g. Perkembangan bahasa anak usia sekolah ditandai dengan anak mulai meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa dan kemampuan berkembang seiring dengan pendidikan di sekolah. Anak usia sekolah 8 sampai 12 tahun sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Pembedaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu berfikir secara konkret Supartini, 2004. h. Kemampuan sosialisasi anak usia sekolah ditandai dengan keingintahuan tentang dunia luar keluarga dan pengaruh kelompok sangat kuat pada anak. i. Perkembangan konsep diri pada anak usia sekolah ditandai anak mulai mengetahui tentang tubuh manusia dan anak mampu menggambarkan figur manusia. Anak usia sekolah juga mulai meningkatkan rasa keingintahuan tentang hubungan seksual. Fakta menunjukkan anak memiliki pengalaman berhubungan seksual sebelum mencapai usia remaja sebagai respon normal terhadap keingintahuan tentang seksual.

2.3 Konsep Cemas

2.3.1 Pengertian cemas Cemas dalam istilah medisnya sering disebut ansietas. Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Ansietas dapat diartikan sebagai salah satu respon perasaan yang tidak berdaya dan tidak terkendali Muwarni, 2008. Kecemasan adalah repon emosional terhadap penilaian. Cemas yaitu perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas atau tidak spesifik Tarwoto, 2010. Dan menurut Rasmun 2004 cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu. Sedangkan menurut Suliswati 2005 dan Trismiati 2004 dalam Marlindawani, dkk 2012 menyatakan ansietas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangan yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan. Ansietas melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain ansietas adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Cemas adalah suatu respon emosional dari rasa takut, tertekan, dan khawatir yang secara subjektif dialami oleh seseorang dengan objek tidak spesifik atau tidak jelas, terutama oleh adanya pengalaman baru termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan atau operasi yang berpengaruh terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya sendiri Atree Merchant, 1996 dalam Christine, 2010. 2.3.2 Tingkat kecemasan Peplau 1963, dikutip dari Laraia Stuart, 1998 dalam Marlindawani, dkk 2012 mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai berikut: Kecemasan ringan: cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Kecemasan sedang: cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan berat: cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Kecemasan sanagat berat atau Panik: tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Rentang Respon Kecemasan Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik Respon Adaptif Respon Maladaptif