16
Begitu juga dengan tokoh Heri yang selalu sibuk dengan urusan sepak bola, padahal Heri masih anak-anak.
Selain kutipan di atas berikut beberapa kutipan lain yang dapat menegaskan bahwa kedua tokoh tersebut tidak bisa terlepas dari sepak bola :
Bayu tampak lesu sepulang les. Kakek Usman masuk ke kamarnya . Keadaanpun kosong. Bayu menyalakan TV. Memilih saluran TV dan menemukan berita tentang
sepak bola. Bayu terpukau sejenak. Aristo, 2010: 38
Kutipan di atas menunjukkan ketika Bayu menonton TV, siaran yang dicarinya adalah berita tentang sepak bola dan dia begitu antusias menyaksikan berita tersebut. Pada umumnya
anak seusia Bayu menyukai acara hiburan anak-anak seperti kartun dan pahlawan super. Bayu pegang Liverpool, Heri pegang Arsenal. Mereka bermain dengan seru di kamar
yang penuh denganatribut sepak bola. Poster, toa mini, syal, tempat sampah kecil bermotif Arsenal,sampai karpet. Buku- buku tentang sepak bola berserakan di rak,
meja, dan sebagian di lantai. Aristo, 2010: 34
Kutipan novel di atas menunjukkan Bayu dan Heri yang sedang bermain di kamar yang penuh dengan atribut sepak bola, serta permainan yang mereka mainkan adalah video
game sepak bola. Hal ini menegaskan bahwa tokoh Bayu dan Heri tidak bisa terlepas dari sepak bola dalam kesehariannya.
b. Melakukan Hal-hal yang tidak Proporsional
Individu atau kelompok yang fanatik terhadap sepak bola, bisa melakukan perbuatan atau tindakan yang tidak proporsional, ketika antusiasme serta agresivitas mereka terhadap
sepak bola mendapatkan hambatan. Hambatan tersebut dapat berupa larangan untuk bermain bola, tidak adanya wadah untuk memuaskan kegilaan mereka untuk bermain sepak bola.
Tindakan tidak proporsional adalah tindakan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan, atau dengan kata lain merupakan tindakan yang kurang tepat untuk
dilakukan. Tokoh Bayu dan Heri juga melakukan perbuatan yang tidak proporsional ketika
Universitas Sumatera Utara
17
ada faktor-faktor yang menghalangi kesenangan mereka terhadap sepak bola. Hal ini dapat dilihat melaui kutipan berikut ini :
Bayu lalu melangkah kearah pintu. Seperti hendak membukanya. Tapi tidak. Dia malah memastikan pintu itu terkunci dengan baik. Lantas, dengan cepat Bayu
bergerak ke arah jendela dan keluar dari sana. Kamar Bayu terletak di lantai dua. Namun saat hendak menuruni jendela bagian bawah, ada sesosok laki-laki tua di
dalam rumah. Dia berdiri dekat jendela, memegang gelas kopi dan koran. Dialah Kakek Usman yang tak lain adalah Kakek Bayu, wajahnya tegas. ’’ Wah gawat nih
kalau sampai ketauan,” gumam Bayu. Bayu pun langsung menghindari jendela itu sebisanya. Begitu menjejak tanah, Bayu langsung mengendap, berlari sambil
menggiring bola. Aristo, 2010: 12
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Bayu melakukan hal yang tidak proporsional ketika mendapat hambatan dari orang lain, Bayu nekat keluar dari kamarnya
yang terletak di lantai dua melalui jendela agar tidak diketahui oleh kakeknya. Semua itu dilakukannya hanya untuk bisa bermain sepak bola. Hal tersebut dianggap tidak proporsional
karena setiap orang yang ingin keluar dari ruangan pada umumnya melalui pintu bukan melalui jendela, ditambah lagi hal tersebut dilakukan Bayu yang masih anak-anak.
Selain kutipan di atas, berikut kutipan lain yang menunjukkan adanya perilaku tidak proporsional yang dilakukan tokoh Bayu dan Heri ketika ada hambatan saat berurusan
dengan sepak bola : Bayu memulai latihan di kuburan. Mulanya dia sedikit canggung beerlatih, karena
harus berhati-hati agar tidak merusak nisan kuburan. Lama-kelamaan dia terbiasa, malah Bayu memakai batu-batu nisan itu sebagai alat bantu latihan zig-zag. Aristo,
2010: 69
Bayu meliuk membawa bola di antara makam-makam itu. Heri memegang stopwatch, toa, dan peluit di leher. Zahra melongok kearah tas Bayu yang berisi alat-alat lukis.
Aristo, 2010: 71
Kutipan di atas menunjukkan perilaku tidak proporsional lainnya yang di tunjukkan tokoh Bayu dan Heri. Mereka berlatih sepak bola di kuburan, Lazimnya orang yang berlatih
sepak bola tentu di lapangan sepak bola. Hal ini mereka lakukan karena mereka sulit
Universitas Sumatera Utara
18
menemukan lapangan yang bisa digunakan untuk berlatih sepak bola. Ditambah lagi prilaku tidak proporsional tersebut mereka lakukan pada saat usia mereka masih 12 tahun. Seperti
yang dikatakan Sigmund Freud pada lapis iddalam struktur kepribadian setiap yang berkaitan dengan insting agresif harus mendapat pemenuhan dengan segera, tanpa memperhatikan
lingkungan realitas secara objektif. Perilaku tidak proporsional yang dilakukan tokoh Bayu dan Heri dalam novel ini juga
berbentuk kebohongan dan sifat membangkang saat kesenangannya terhadap sepak bola dibatasi.
1. Berbohong
Berbohong adalah perkataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dusta KBBI, 2000: 160. Seseorang akan berbohong untuk menutupi kesalahan atau kejadian
yang sebenarnya. Tokoh Bayu dan Heri melakukan kebohongan agar tidak mendapat hambatan untuk terus bermain sepak bola. Hal tersebut dapat terlihat dari kutipan berikut ini :
’’Lo bilang apa sama Kakek lo?” Tanya Heri yang tahu betul padatnya jadwal Bayu. Belum lagi urusan bola, sudah bisa dipastikan Bayu tak akan mengatakan dengan
jujur. Aristo, 2010: 46
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Bayu tidak bisa berkata dengan jujur kepada kakeknya terutama jika berbicara urusan sepak bola. Bayu melakukan hal tersebut
karena kakeknya tidak mendukung atau memberi izin kepadanya untuk bermain sepak bola, sehingga dia melakukan berbagai cara untuk bisa terus mempertahankan kesenangannya
terhadap sepak bola, termasuk berbohong kepada orang tua sekalipun. Tokoh Heri juga sama seperti Bayu yang berbohong kepada orang lain. Demi bisa
melihat Bayu terus bermain sepak bola dan mewujudkan impian mereka berdua . Hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut ini :
” Siang Pak Johan. Apa kabar? Masih ingat sama kami, pak?” tanya Heri. Pak Johan tersenyum tipis melihat gaya Heri. ” Kami berdua ke sini atas undangan Pak Johan
Universitas Sumatera Utara
19
waktu itu.” Pak Johan memotong, ”Kalian berbohong” Heri dan Bayu kaget. ” Saya sudah cek ke SSB Satria Bangsa. Tidak ada nama kamu,” tuding Pak Johan dengan
muka dingin. Bayu tercekat. Heri menjilat bibirnya . ” Yang bohong itu saya Pak,” sergah Heri. ”Tapi, Bapak bisa liat sendirikan bakatnya. Kmi yakin Pak Johan pasti
bisa membawa Bayu masuk seleksi Tim Nasional. ” Percuma punya bakat kalau pembohong” Aristo, 2010: 48
Dari kutipan di atas dapat dilihat Tokoh Heri membohongi Pak Johan yang merupakan pelatih sepak bola. Heri berbohong agar Bayu bisa berlatih di sekolah sepak bola
SSB yang di pimpin oleh Pak Johan. Selain itu Tokoh Heri juga sangat bersemangat untuk memperjuangkan agar Bayu bisa masuk seleksi Tim Nasional.
Berbohong sebenarnya bukan sikap yang pantas untuk dilakukan oleh setiap orang, termasuk pada tokoh Bayu dan Heri, dalam novel ini mereka melakukan hal yang tidak
proporsional dengan berbohong kepada orang tua. Melalui kutipan di atas juga dapat dianalisis bahwa sikap tidak jujur mereka didorong oleh rasa antusias dan agresivitas yang
tinggi untuk bermain sepak bola.
2. Membangkang
Membangkang merupakan perilaku yang tidak mau menuruti perintah, atau menentang perintah KBBI, 2000:101.
Tokoh Bayu dan Heri tidak mau mendengarkan perkataan orang lain, terutama jika larangan tersebut ditujukan untuk menghalangi mereka untuk tidak berurusan dengan sepak
bola. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan novel berikut ini : Heri memperhatikan Bayu yang masih tajub. ”Ulang tahun lo ke-12 bisa pas final liga
remaja Makanya hari ini, lupain semua larangan Kakek lo soal bola Oke?” Aristo, 2010: 27
Kutipan di atas menunjukkan adanya sifat membangkang yang dilakukan oleh tokoh Bayu dan Heri, dengan mengabaikan larangan kakeknya soal sepak bola ketika sedang
melihat pertandingan final sepak bola. Rasa antusiasme yang tinggi tersebut mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
20
mereka tidak memperdulikan perkataan orang lain, yang merupakan ciri dari prilaku membangkang.
Selain kutipan di atas, berikut kutipan lain yang menunjukkan adanya sifat membangkang dari tokoh Bayu dan Heri:
”Kamu itu kok susah banget nurut sama Kakek? Ndak ada lagi itu urusan sama sepak bola Kamu itu mau jadi apa? Nyobak jadi pemain sepak bola kayak bapakmu itu?
Terus apa jadinya? Irupe melaratIbumu susah Matine jadi supir taksi Sekali Kakek dengar tentang sepak bola, kowe ora jadi cucuku meneh Titik” Aristo, 2010:
38
Kutipan di atas menunjukkan sikap pembangkang dari tokoh Bayu yang susah menuruti perkataan kakek yang melarangnya untuk berurusan dengan sepak bola, karena
kakeknya menganggap sepak bola itu tidak menjanjikan untuk masa depan Bayu. Dari beberapa kutipan diatas, perilaku tidak proporsional yang dilakukan oleh tokoh
Bayu dan Heri, disebabkan karena adanya hambatan serta larangan dari pihak luar terhadap rasa antusiasme mereka kepada sepak bola. Melakukan tindakan tidak proporsional ketika
antusiasme dihalangi atau dibatasi merupakan ciri dari perilaku fanatik.
c. Mengidolakan Tim Serta Tokoh Sepak Bola