Mempunyai Tekad yang Kuat Setia Kawan

27 Ibunya juga melihat kesungguhan Bayu dalam menyampaikan keinginannya sehingga Ibunya juga mendukung apa yang dicita-citakan anaknya. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang muncul karena adanya pengaruh atau fator-faktor dari luar yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor tersebut bisa berupa perkataan orang lain, imbalan atau hadiah. Tokoh Bayu juga mendapat dorongan atau motivasi daro orang lain yaitu Heri sahabatnya. Berikut bentuk motivasi yang diberikan Heri kepada Bayu yang terlihat melalui kutipan novel berikut ini : ”Kan lo sering bilang, buat kakek lo itu yang penting sukses. Kalo lo uda sukses masuk Timnas…, masa, dia nggak seneng sih?” Bayu mulai bimbang. Ah, masalahnya nggak segampang itu, keluh Bayu dalam hati. Heri melihat celah. ”Lo pikir tawaran kayak gini bakal datang dua kali? Belum tentu Bay Belum tentu” Bayu menatap Heri. Serius. Heri pun menepuk pundak Bayu. ”Dia Cuma perlu tau pas lo masuk Timnas. Percaya sama gue” Heri meyakinkan Bayu lewat tatapan matanya. Bayu pun menarik napas dan tersenyum. Mereka berdua melakukan salam tos. Lalu, membaca berita itu lagi dengan gembira. Aristo, 2010: 42 Kutipan di atas menunjukkan Heri yang terus meyakinkan Bayu agar mau mengikuti seleksi Tim Nasional, padahal sebelumnya Bayu masih ragu namun setelah diyakinkan Heri, Bayu kembali bersemangat dan yakin untuk mengikuti seleksi Tim Nasional sepak bola Indonesia.

b. Mempunyai Tekad yang Kuat

Tekad merupakan kemauan atau kehendak yang kuat terhadap suatu tujuan. Tokoh Bayu mempunyai tekad yang kuat untuk mewujudkan impiannya terhadap sepak bola. Hal ini dapat dilihat pada kutipan novel berikut : Bayupun mengangguk dengan mantap. Bayu bertekad akan mewujudkan mimpi-mimpinya selam ini. Bayu akan membuktikan kepada Kakek, bahwa sepak bola sangat berarti. Aristo, 2010: 129 Universitas Sumatera Utara 28 Kutipan novel di atas membuktikan bahwa tokoh Bayu memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan impiannya dan membuktikan kepada kakeknya bahwa sepak bola sangat berarti bagi hidupnya. Universitas Sumatera Utara 29

c. Setia Kawan

Setia kawan merupakan perasaan bersatu, sependapat, satu kepentingan dengan orang lain. Menghadapi masalah yang dialami teman atau sahabat secara bersama-sama juga merupakan bentuk dari rasa setia kawan. Tokoh Bayu dan Heri memiliki rasa setia kawan Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan novel berikut ini : ” Gue gak bisa ninggalin les-les gue. Kakek gue…,” Bayu terdiam menggantung sendiri kalimatnya beberapa detik. ” Nggak mungkin Her…” Heri mendekati Bayu. ” Gue udah janjikan, kita bakal ngadepinya bareng?” kata Heri menyemangati. Aristo, 2010: 42 Dari kutipan novel di atas dapat dilihat ketika Bayu mempunyai masalah, yaitu tidak bisa bermain sepak bola karena jadwal les-lesnya yang terlalu padat, dan kakeknya yang melarangnya bermain bola, Heri berusaha terus memberi semangat kepada Bayu dan berjanji untuk menghadapinya bersama-sama. Rasa setia kawan ini bisa muncul antara mereka berdua, karena mereka mempunyai kesamaan dan satu pemahaman tentang sepak bola. Kutipan lain yang menunjukkan adanya rasa setia kawan antara tokoh Bayu dan Heri dapat dilihat melalui kutipan novel berikut ini : Heri menelan ludahnya, lalu menarik nafas dalam-dalam. ” Bay, gue udah begini dari kecil. Gue nggak bisa punya mimpi kayak lo. Jadi pemain Tim Nasional. Tapi gue uda senang banget kalo lo bisa jadi itu Tau kenapa? Karena gue pingin Tim Nasional kita beneran jadi jago. Dan lo, temen gue, ada di situ” Aristo, 2010: 122 Kutipan novel di atas menunjukkan rasa setia kawan tokoh Heri, yang mendukung Bayu untuk meraih mimpi tanpa ada rasa iri, walaupun Heri sadar dia tidak bisa bermimpi menjadi pemain sepak bola karena menderita kelumpuhan sejak dia kecil, namun dia akan merasa sangat senang jika Bayu bisa mewujudkan impiannya untuk menjadi pemain sepak bola. Perasaan senang dan bangga ketika melihat seorang sahabat berhasil, tanpa ada rasa iri sama sekali merupakan bagian dari nilai-nilai kesetia kawanan. Universitas Sumatera Utara 30

d. Pantang Menyerah