Berbohong BENTUK DAN DAMPAK PRILAKU FANATISME TERHADAP SEPAK BOLA

30

d. Pantang Menyerah

Tokoh Bayu memiliki sifat pantang menyerah untuk mewujudkan impiannya menjadi pemain sepak bola. Hal ini terlihat melalui kutipan novel berikut ini : ” Kalo nggak kepilih gimana? Mau berenti main bola?” ”Ya nggak dong, masak gara- gara nggak kepilih doang, berenti maen bola. Lagian gua uda berhenti ngelukis dan main drum.” ”Walaupun gue berharap banget kepilih, tapi gue gak mau ngandelin seleksi ini. Bisa ajakan, tahun depan gue ikutan lagi atau gue ikut seleksi lainnya”Aristo, 2010: 138 Kutipan novel di atas menunjukkan tokoh Bayu yang memiliki sifat pantang menyerah, ketika ditanya Heri apa yang dilakukannya jika dia tidak lolos seleksi masuk Tim Nasional, Bayu mengatakan akan terus mencoba pada kesempatan-kesempatan lain dan tidak mau puas denagn satu seleksi saja.

4.2.2 Dampak Negatif

Dampak negatif adalah pengaruh atau akibat yang buruk dari setiap perbuatan atau keputusan yang diambil seseorang. Selain memiliki dampak positif prilaku fanatik terhadap sepak bola pasti juga memiliki dampak yang negatif. Berikut adalah dampak negatif dari prilaku fanatisme terhadap sepak bola pada tokoh Bayu dan Heri.

a. Berbohong

Berbohong merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku fanatik. Berbohong adalah berkata tidak jujur atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Orang yang berprilaku fanatik terhadap sesuatu, akan menggunakan segala cara untuk memuaskan keinginannya terhadap hal tesebut termasuk dengan berbohong kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara 31 Tokoh Bayu dan Heri selalu berbohong kepada orang lain, terutama pada kakeknya, kebohongan ini mereka lakukan agar bisa terus bermain bola. Kebohongan yang dilakukan tokoh Bayu dan Heri dapat dilihat dari kutipan berikut ini: Kakek Usman menarik wajah Bayu, menatapnya tajam. Lalu diam sejenak. ” Terserah kamu Le. Kakek ndak mau maksa lagi. Cuma kok ya, bohongi Kakek aja berani, tapi sama seleksi yang tinggal tiga hari lagi malah melempem.” Aristo, 2010: 126 Kutipan di atas menunjukkan bahwa bayu berani membohongi kakeknya untuk bisa bermain sepak bola. Kutipan lain yang menunjukkan kebohongan dari tokoh Bayu dan Heri terlihat dalam kutipan berikut ini: ’’Lo bilang apa sama Kakek lo?” Tanya Heri yang tahu betul padatnya jadwal Bayu. Belum lagi urusan bola, sudah bisa dipastikan Bayu tak akan mengatakan dengan jujur. ”Mau nyari buku buat les Bahasa Inggris yang bagus.” ”Pinter juga lo nyari-nyari alasan.” Aristo, 2010: 46 Kutipan novel di atas menunjukkan tokoh Bayu yang tidak bisa berkata dengan jujur kepada kakeknya, terutama ketika berurusan dengan sepak bola, karena kakeknya tidak pernah mengizinkan Bayu untuk berurusan dengan sepak bola. Bayu mengatakan kepada kakeknya bahwa dia ingin mencari buku pelajaran Bahasa Inggris agar mendapat izin kakeknya untuk pergi keluar rumah, padahal sebenarnaya Bayu pergi ke Sekolah Sepak Bola SSB. Kutipan-kutipan lain yang menunjukkan kebohongan tokoh Bayu dan Heri untuk bisa bermain bola adalah sebagai berikut ini : ” Siang Pak Johan. Apa kabar? Masih ingat sama kami, pak?” tanya Heri. Pak Johan tersenyum tipis melihat gaya Heri. ” Kami berdua ke sini atas undangan Pak Johan waktu itu.” Pak Johan memotong, ”Kalian berbohong” Heri dan Bayu kaget. ” Saya sudah cek ke SSB Satria Bangsa. Tidak ada nama kamu,” tuding Pak Johan dengan muka dingin. Bayu tercekat. Heri menjilat bibirnya . ” Yang bohong itu saya Pak,” sergah Heri. ”Tapi, Bapak bisa liat sendirikan bakatnya. Kmi yakin Pak Johan pasti bisa membawa Bayu masuk seleksi Tim Nasional. ” Percuma punya bakat kalau pembohong” Aristo, 2010: 48 Universitas Sumatera Utara 32 Bayu melempar pandangan antara Heri dan mobil Pak Johan. Lalu, dia berlari kencang dan menghadang mobil Pak Johan. ” STOP PAK, PAK STOP” Rem mobil Pak Johan berdecit pelan. Kaca mobil terbuka, Pak Johan melotot. ” Mau apa lagi kamu? Mau bohong apa lagi? Cepat minggir” Aristo, 2010: 128 Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Bayu dan Heri sering melakukan kebohongan kepada orang lain, mulai dari berbohong kepada Kakek, kemudian berbohong kepada Pak Johan yang merupakan pelatih sekolah sepak bola SSB Arsenal agar bisa berlatih sepak bola.

b. Tidak Mau Mendengar Perkataan Orang Lain