Penjualan Saham yang Dilakukan oleh Organ Perseroan

Disisi lain perbuatan melawan hukum harus diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan: 28 a. Hak Subyektif orang lain. b. Kewajiban hukum pelaku. c. Kaedah kesusilaan. d. Kepatutan dalam masyarakat Berdasarkan unsur-unsur diatas maka dapat disimpulkan, perbuatan pemegang saham adalah perbuatan melawan hukum dimana telah melanggar hak subjektif hukum orang lain, dimana dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah ditentukan persyaratan dalam penjualan saham. Syarat-syarat yang tercantum dalam undang-undang tersebut memuat hak-hak subjekif hukum orang lain yaitu hak pemegang saham untuk ditawarkan saham terlebih dahulu sebelum dijual kepada orang lain. Dengan demikian penjual adalah pihak yang bertanggung jawab atas penjualan saham secara diam-diam tersebut.

2. Penjualan Saham yang Dilakukan oleh Organ Perseroan

Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang- undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban standard of duty 28 Setiawan, “Empat Kriteria Perbuatan Melawan Hukum dan Perkembangan dalam Yurisprudensi”, Varia Peradilan No. 16 Tahun II Januari 1987 : h. 176. Universitas Sumatera Utara yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil trustee atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi, ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, dan keterusterangan candor. Penjualan saham yang dilakukan oleh organ perseroan seperti direksi dan akibatnya yang merugikan kepada pemegang saham, maka direksi tersebut harus bertanggung jawab atas munculnya kerugian tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal 97 ayat 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa: 1. Anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi. Anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila bersalah atau lalai menjalankan tugasnya melaksanakan perseroan 2. Anggota direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian perseroan. Dalam hal ini anggota direksi terdiri atas 2 orang lebih, maka Pasal 92 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegakkan prinsip penerapan tanggung jawab renteng. Dengan demikian apabila salah seorang anggota direksi lalai atau melanggar kewajiban pengurusan secara itikad baik dan pertanggungjawaban pengurusan, maka setiap anggota direksi sama-sama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian yang dialami perseroan Universitas Sumatera Utara 3. Pembebasan anggota direksi dari tanggug jawab secara renteng. Tanggung jawab secara tanggung renteng dapat dikesampingkan oleh anggota direksi yang tidak ikut melaksanakan kesalahan atau kelalaian apabila anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa; 1 kerugian perseroan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, 2 telah melakukan dan menjalankan pengurusan perseroan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar, 3 tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian perseroan, 4 telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut

C. Perlindungan Hukum bagi Para Pihak yang telah Dirugikan Akibat Jual Beli Saham secara Diam-Diam