Pasal 51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur ketentuan mengenai kewajiban perseroan untuk memberi bukti
atas kepemilikan saham. Telah dijelaskan sebelumnya, saham dimiliki dengan cara adanya akta autentik ataupun akta dibawah tangan. Dengan kata lain akta
tersebut merupakan bukti atas kepemilika saham oleh pemegang saham.
2. Hak kebendaan atas saham
Menurut Sentosa Sembiring, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas”, Saham adalah benda bergerak yang
memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Hak-hak pemegang saham lahir dari kebendaan tersebut. Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak
kepada pemegang saham, antara lain sebagai berikut: a.
Hak memesan terlebih dahulu Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih
dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan
saham untuk klasifikasi saham yang sama. Pasal 43 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
b. Hak mengajukan gugatan ke Pengadilan
Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan Negeri Apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham RUPS, Direksi, danatau Dewan Komisaris. Pasal 61
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
c. Hak saham dibeli dengan harga wajar
d. Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya
dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan berupa
1 Perubahan anggaran dasar;
2 Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai
lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih Perseroan; atau 3
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan. Pasal 62 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
e. Hak meminta ke pengadilan negeri untuk menyelenggarakan RUPS
Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka Pemegang saham yang
meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon untuk
melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut Pasal 80 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas f.
Hak menghadiri RUPS Pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa
berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan
jumlah saham yang dimilikinya. Pasal 85 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
Selain dari pada hak-hak yang telah disebutkan diatas, hak kebendaan lain yang dapat dinikmati oleh pemegang saham adalah Hak Penjaminan yang ada
pada saham. Sebagaimana tersirat di dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d yang mengatakan bahwa Saham dapat dibebankan dalam bentuk Gadai dan Fidusia. Hal
ini sesuai dengan bentuk dari saham itu sendiri, yaitu termasuk dalam jenis benda bergerak. Setiap penjaminan yang dilakukan oleh pemegang saham tersebut wajib
dicatat dalam daftar pemegang saham perseroan sehingga jelas nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas
saham atau penerima jaminan fidusia saham. Pencatatan ini juga wajib mencantumkan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB IV AKIBAT HUKUM APABILA PEMEGANG SAHAM MENJUAL
SAHAMNYA SECARA DIAM-DIAM
A. Akibat Hukum Penjualan Saham secara Diam-Diam
1. Perjanjian Jual Beli yang Batal Demi Hukum
Perjanjian merupakan bentuk ikatan dari sati pihak ke pihak yang lainnya dan atas ikatan tersebut terjalin suatu tanggung jawab mengenai hak dan
kewajiban masing-masing pihak yang menjalankan ikatan tersebut. Suatu perjanjian yang memilik syarat-syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320
KUHperdata telah mensyaratkan mengenai perjanjian yang bata; demi hukum ketika syarat perjanjian tersebut tidak terpenuhi.
Pasal 1320 KUHPerdata khususnya pada ayat 2 dan 3 menjelaskan yaitu perjanjian harus atas suatu hal tertentu dan menjadi suatu sebab atau causa yang
halal. Perjanjian suatu hal tertentu menentuka jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak maka perjanjian itu batal demi hukum. pasal 1332 KUHPerdata menentukan
hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi objek perjanjian dan berdasarkan Pasal 1334 KUHPerdata menentukan barang-barang
yang baru akan ada ada di kemudian hari dapat menjadi objek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.
Perjanjian atas suatu sebab atau causa yang halal merupaka syarat sahnya perjanjian dimana persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian
tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh
Universitas Sumatera Utara