Pendirian suatu perusahaan akan selalu diawali dengan adanya pemegang saham atau pemilik saham pada perusahaan teersebut. Pemegang
saham shareholder adalah individu atau institusi yang mempunyai taruhan vital vital stake dalam perusahaan. Direksi sebagai salah satu organ perseroan
memiliki tanggung jawab yang besar untuk melakukan pengurusan perusahaan. Pengurusan perseroan haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip itikad baik dan
penuh tanggung jawab. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab direksi
adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Oleh karena itu, direksi dalam melaksanakan tugas-tugasnya harus menerapkan beberapa kewajiban yang
lain yang mengacu pada prinsip-prinsip dan pedoman dalam Good Corporate Governance. Kelalaian direksi dalam menjalankan tugas perseroan sehingga
berakibat merugikan perseroan tidak hanya membawa direksi harus mempertanggung jawabkan tindakan secara pribadi akan tetapi membuka peluang
bagi peemegag ssaham unttuk meminta pertanggungjawaban direksi melalui mekanisme derivative action.
3. Pengertian Derivative Action
Istilah derivative action lahir pertama kali di Amerika Serikat dalam putusan perkara Wallersteiner v. Moir No 2 di tahun 1975 yang
dijatuhkan oleh Court of Appeal. Dalam kata tersebut mengandung arti : ”the individual shareholder is enforcing a right which is not his or her but rather is
“derived from the company”. Dari perkara tersebut, sampai saat ini istilah
Universitas Sumatera Utara
derivative action kerap digunakan bagi para pencari keadilan justiciabel dalam perkara yang menyangkut tindakan hukum pemegang saham terhadap direksi
perseroan. Dalam KUHD tidak dikenal istilah Derivative Action yang
menyatakan bagi pemegang saham bertindak untuk dan atas nama perseroan melakukan tindakkan hukum dalam bentuk pengajuan gugatan terhadap Direksi
Perseroan yang telah melakukan pelanggaran terhadap Fiduciary Duty. Namun ketentuan dalam ketentuan Pasal 97 ayat 6 UUPT menegaskan “atas nama
Perseroan, pemegang saham yang mewaliki paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan
melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan”.
Dari ketentuan di atas tampak jelas tindakan hukum pemegang saham tersebut bukan “aksi individual” oleh para pemegang saham yang
kepentingannya dirugikan. Akan tetapi para peemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari jumlah seluruh pemegang saham bertindak atas
nama perseroan.mAkan tetapi yang menjadi persoalan UU PT tidak menjelaskan bagaimana kapan dan bilamana pemegang saham tersebut dapat dianggap
mewakili dan bertidak untuk dan atass nama Perseroan. Pada praktik gugatan di Pengadilan Negeri hal tersebut akan menimbulkan persyaratan formil yang
mengundang keberatan dari pihak Direksi atau pihak-pihak yang digugat. Tidak semua gugatan yang diajukan oleh pemegang saham dan atas nama
perseroan dapat diakui sebagai derivative action. Ada beberapa syarat dan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan yang perlu diperhatikan bagi pemegang saham yang bertindak untuk dan atas nama perseroan untuk melakukan gugatn derivative action adalah :
a. Pemegang saham tidak dapat mengajukan gugatan dalam bentuk derivative
action, jika yang digugat adalah tindakan atau perbuatan anggota Direksi yang dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan persetujuan
sederhana Ordinary resolution; b.
Anggota direksi yang melakukan tindakanatau perbuatan melanggar fiduciary duty teersebut adalah anggota Direksi yang dominan dan memegang keendali
dalam Perseroan, dan dalam hal terteentu telah diseetujui oleh sebagian besar pemegang saham independen.
Demikian juga tidak semua tindakan Direksi yang melanggar prinsip- prinsip fiduciary duty dapat dikatakan sebagai derivative action. Ada beberapa
pengecualian dari tindakkan direksi yang melanggar fiduciary duty mendapatkan pengesahan dan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham dalam suara
mayoritass biasa diantaranya adalah : a.
Tindakan ultra vires b.
Tindakan lain yang memerlukan persetujuan khusus dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham
c. Tindakan yang merupakan fraud on the minority
Akan tetapi tidak semua tindakan direksi yang melanggar fiduciary duty yang disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham mengikat pemegang saham
minoritas. Tindakan-tindakan direksi yang mengutamakan kepentingannya sendiri
Universitas Sumatera Utara
diatas kepentingan perseroan dapat digugat oleh pemegang saham minoritas sebagaimana yang telah diuraikan diatas.
Gugatan derivatif merupakan bentuk penyelesaian remedy yang paling penting, dimana pemegang saham minoritas yang dirugikan berhak untuk
meminta pertanggungjawaban direksi, karyawan, maupun pemegang saham mayoritas atas kesalahan dalam melakukan pengurusan perseroan
mismanagement, pengalihan harta kekayaan perseroan, dan tindakan manipulasi yang merugikan perseroan.
4. Gugatan biasa