pantai yang kini direnovasi menjadi tempat wisata yang lebih indah namun harus menggeser pedagang kecil yang sebelumnya berjualan disepanjang pinggir pantai.
Keluarga dapat menjadi faktor tunggal yang terpenting apakah seorang anak dilindungi atau tidak. Meskipun demikian, yang kerugian yang dialami oleh
anak akibat dari turunnya anak jalanan kejalanan yang mulai dari kerugian yang menyangkut fisik, psikologi, spritual anak. Seperti yang digambarkan pada hasil
penelitian Budi Utomo dalam tabel berikut :
Tabel 1 Dampak Eksploitasi anak
Aspek Permasalahan Yang Dihadapi
Pendidikan Sebagian besarputus sekolah karena
waktunya habis dijalan Intimidasi
Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang lebih dewasa, kelompok
lain,petugas dan razia
Penyalahgunaan obat dan zat adiktif Ngelem, minuman keras, pil KB, dan
sejenisnya Kesehatan
Rentan penyakit kulit, PMS, gonorhoe, paru-paru
Tempat tinggal Umumnya disembarang tempat,
digubuk-gubuk, atau dipemukiman kumuh
Keselamatan Tertabrak, pengaruh sampah
Hubungan dengan keluarga Umumnya renggang, dan bahkan sama
sekali tidak berhubungan Makanan
Seadanya, kadang mengais dari tempat sampah, kadang beli
B. Usaha Penanggulangan Eksploitasi Anak di Kota Medan
Lebih dari 4,000 anak Indonesia diajukan ke pengadilan setiap tahunnya atas kejahatan ringan seperti pencurian. Pada umumnya mereka tidak
mendapatkan dukungan dari pengacara maupun dinas sosial. Maka tidaklah mengejutkan, sembilan dari sepuluh anak ini akhirnya dijebloskan ke penjara atau
Universitas Sumatera Utara
rumah tahanan. Yang memprihatinkan, mereka seringkali disatukan dengan orang dewasa karena kurangnya alternatif terhadap hukuman penjara.
Mereka ditempatkan dalam posisi yang penuh bahaya: terjerumus ke dalam penyiksaan oleh narapidana dewasa dan aparat penegak hukum. Hukum itu
sendiri tidak banyak membantu. Meskipun Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Pengadilan Anak pada tahun 1997 UU No.
31997, undang-undang ini belum ditindaklanjuti. Maka, perhatian kepada perancangan dan pelaksanaan regulasi mendesak diberikan.
Suatu kebijakan yang rasional untuk menanggulangi Eksploitasi anak dengan tindakan kriminal. Kebijakan kriminal sangatlah luas ruang lingkupnya
dan tinggi kompleksitasnya. Hakikatnya, prilaku eksploitasi anak merupakan masalah kemanusiaan dan sekaligus masalah norma sosial yang sangat dinamis,
selalu tumbuh dan terkait dengan gejala struktur di masyarakat ataupun lingkungan yang sangat kompleks, yang merupakan suatu social political
problem.
51
Korban perilaku eksploitasi anak berusia muda seyogianya menjadi perhatian kita, mereka memerlukan penanganan yang segera dan manusiawi.
Penanganan yang kuat dapat mencegah problem menjadi semakin serius, juga menghentikan jatuhnya lebih banyak korban. Kita perlu mengurangi penderitaan
korban, antara lain tidak mengeksploitasi pengalaman getir yang mereka alami di media massa. Stigmatisasi terhadap korban juga perlu dihindarkan dan hal ini juga
perlu dipahami termasuk oleh para aparat penegak hukum. Dalam hal ini kita
51
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Bandung, Refika Aditama, Bandung, 2008, halaman 58
Universitas Sumatera Utara
harus berperan aktif, dengan prinsip “mencegah lebih baik dari pada mengobati” sehingga dengan demikian pencegahan terhadap perilaku eksploitasi terhadap
anak dapat dicegah sejak dini. Sesuai dengan azas Crime Prevention asas penanggulangan kejahatan
yang dikemukakan oleh Mr.bonger menyatakan : “ kebanyakan penjahat-penjahat yang sudah menjadi tua atau dewasa kesusilaannya menjadi merosot sejak kecil,
siapa yang menyelidiki sebab-sebab kejahatan anak dapat mencari tindakan- tindaakan pencegahan kejahatan yang kemudian berpengaruh pula terhadap
kejahatan orang dewasa “ Berdasarkan hal tersebut dapatlah kita ketahui bahwa upaya dalam
menanggulangi perilaku eksploitasi anak adalah sebagai berikut:
52
1. Upaya yang bersifat preventif
2. Upaya yang bersifat represif
1. Upaya yang Bersifat Preventif