1. Peran Orangtua
Orangtua diharapkan memperhatikan keharmonisan rumah tangga mereka. Penelitian menunjukan anak-anak yang dididik dengan baik dengan keluarga
harmonisme memungkinkan mereka memperoleh kepercayaan tinggi dan berdaya tahan lebih tangguh sehingga mereka tidak menjadi korban eksploitasi
berkepanjangan. Keterbukaan dan penerimaan orangtua terhadap anak akan memampukan anak mengomunikasikan secara bebas apa saja yang mereka alami.
Dengan demikian, anak mempunyai keberanian untuk segera melaporkan tindakan pelecehan seksual bila merak atau teman meraka mengalaminya.
Eratnya relasi orangtua anak membantu orangtua memantau pergaulan anaknya dan mencegah lebih banyak problem yang terkait dengan relasi sosial
anaknya. Selain itu, teladan kehidupan seksualitas orangrua yang bersih adalah unsur positif yang memberi bagi anak sehingga anak mampu mengembangkan
kehidupan yang sehat pula. Orang tua juga diberi informasi dan pendidikan yang sehat. Mereka perlu memperoleh bekal untuk menghindarkan anaknya menjadi
korban eksploitasi, baik dari teman atau orang dewasa. Beberapa upaya yang banyak dilakukan di negara maju adalah :
a. Dengan mengajarkan kepada orangtua bagaimana membuat anak mampu membedakan sentuhan yang pantas sebagi pertanda kasih sayang dengan
yang tidak pantas yang diarahkan pada daerah organ tubuh. Bila ada sentuhan yang tidak pantas meraka terima, orangtua perlu memberi rasa aman kepada
anak agar ia dapat bercerita lebih detil. Kebanyakan anak yang mengalami pelecehan seksual dalam tindak pidana eksploitasi pada anak dapat memberi
Universitas Sumatera Utara
gambaran detail tentang aktifitas anak yang seharusnya belum dipahami oleh anak seusia mereka. Setiap orangtua harus memberi contoh dan membiasakan
didalam hal berpakaian agar bepakaian yang lebih tertutu dan sopan. Langkah ini sangat penting sebab seringkali calon pelaku eksploitasi anak terangsang
ketika melihat bagian mana yang selayaknya ditutupin atau aurat. b.
Mengajari anak untuk berani berkata ‘tidak’ bila ada orang yang menyentuh organ vitalnya. Hal ini penting karena biasanya justru orang-orang disekitar
korban yang melakukan perilaku tindak pidana kesusilaan pada eksploitasi anak, ataupun ayahnya, kakaknya, paman, tetangga, dan sebaginya.dan
sebaliknya, dia pun dilarang menyentuh organ vital milik orang atau anak lain. Sebab selain berupa penetrasi pada alat vital maupun daerah analnya, kejahatan
eksploitasi pada anak juga dapat memperlihatkan alat vital kepada si anak, rabaan pada alat vital, atau perintah untuk melayani tindak pidana kesusilaan.
Langkah ini juga mengantisipasi perialaku yang biasa digunakan oleh pelaku eksploitasi anak dengan bujukan memberi iming-iming dengan permenuang,
tipuan pura-pura diajak main, ancaman ataupun paksaan kekuatan fiik. c. Orang dewasa orangtua membuka peluang kepada anak untuk berani
berpendapat. Selama ini, sering kali anak hanya bole h ’mendengar’ tapi ia
tidak boleh ‘berbicara’. Kondisi ini sangat berguna, karena akan membuat anak berani memberitahu kepada orangtuaorang yang dipercaya ada orang yang
melakukan hal-hal yang tidak wajar pada tubuhnya. d. Orang dewasa orangtua juga semakin bersedia menggunakan telinganya atau
pendengar yang baik. Sebab dengan terbatasnya pemahaman mereka biasanya
Universitas Sumatera Utara
anak-anak yang mengalami perilaku seks berupaya mengungkapkannya dengan menggunakannya bahasa mereka sendiri, misalnya saja dengan mengatakan
dirinya diajak main kuda-kudaan atau dokter-dokteran. Namun seringkali cerita ini sering ditepis oleh oarang dewasa atau orangtuadengan mengatakan bahwa
mereka berbohong. Hal ini akan membuat anak jalan kian takut utnuk berbicara. Apa lagi biasanya anak juga diancam oleh para pelalu untuk tutup
mulut. e. Orang dewasa seyogyanya sensitif terhadap anak apabila ia menunjukkan
perilaku atau sikap yang tidak biasa, msalnya berubah menjadi pendiam atau justru sebaliknya. Mengingat umumnya perilaku tindak pidan pada anak
sekaligus eksploitasi pada anak, terutama pada anak jalanan belum kontrol atas tubuh mereka sendiri.
f. Disamping cara-cara diatas,yang berskala mikro, secara makro harus segera dituntaskan masalah seputar pengangguran, kemiskinan, merebaknya tontonan
dan bacaan porno, memperkokoh norma susila dan agama di masyarakat, memperberat sanksi hukum abgi perilaku tindak pidana kesusilaan dan
eksploitasi pada anak, dan pada anak jalanan.
1. Upaya yang Bersifat Refresif