BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa seharusnya kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan
hak-hak sebagai manusia yang dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan suatu bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Pasal 28A samapai dengan
Pasal 28J Undang-Undang Dasar tahun 1945 selanjutnya Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia telah mencantumkan tentang hak anak.
Pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah dan Negara untuk memberikan perlindungan pada anak yang terdapat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak disamping itu terdapat Pasal-pasal yang mengatur mengenai
sanksi Eksplotasi Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur antara lain terdapat dalam Pasal 287, Pasal 290 2 dan 3, Pasal 292, Pasal 293 1, Pasal 294 1 dan
Pasal 295 1 KUHP. 2. Teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan pengembangan konsep
diversi dan restorative justice dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia yaitu
teori kebijakan
penanggulangan kejahatan.
Pemerintah sebagai
penyelenggara kehidupan bernegara memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai upaya kebijakan
yang teragenda dalam program pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan nasional tergabung dalam kebijakan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan-kebijakan tersebut berpengaruh pada peningkatan kualitas kehidupan bermasyarakat.
3. Kepolisian disini sangat berperan aktif dan bertanggung jawab mengenai kasus- kasus jenis tindak pidana eksploitasi anak di kota medan dengan mencegah,
mengawasi dan menindak lanjuti secara tegas pelaku-pelaku tindak pidana eksploitasi anak tersebut. Didalam menjalankan dan melaksanakan tanggung
jawab, pihak kepolisian tidak hanya mendapatkan faktor dukungan saja tetapi adanya kerjasama yang terkoordinasi dan saling berkaitan dengan aparat penegak
hukum yang lain dimulai dari instansi pemerntahan hingga sampai masyarakat saling bekerjasama dan menanggulangi kasus tindak pidana eksploitasi ini.
Didalam menangani situasi ini tidak jarang faktor penghambat yang menghambat kinerja pihak kepolisian dimana faktor penghambat tersebut datang dari korban
eksploitasi itu sendiri, mereka enggan bahkan tidak berani dan tidak terbuka untuk memberikan informasi dan keterangan-keterangan lain yang lebih jelas kepada
pihak kepolisian.
B. SARAN