12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama setahun buku bersangkutan. Seluruh
perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh
kantor Akuntan Publik KAP sebelum dipublikasikan kepada publik. Dalam menjalankan profesinya auditor dituntut untuk dapat bersikap
independen dalam mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangannya. Hal
ini telah diatur melalui keputusan Menteri Keuangan No.423KMK-062002 yang mengatur mengenai rotasi wajib bagi auditor dan kantor akuntan publik tidak
diperbolehkan memberikan jasa nonaudit disamping jasa audit itu sendiri karena dapat mengganggu independensi auditor.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik
perusahaan. Laporan keuangan yang disusun merupakan sumber informasi yang dijadikan sebagai acuan oleh stakeholder dan pihak-pihak terkait yang digunakan
untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
13
adalah mengenai laba perusahaan. Informasi terkait laba memiliki pengaruh yang besar baik bagi pihak internal maupun ekternal perusahaan, oleh karena itu seringkali
informasi ini dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kehidupan keinginan pihak manajemen.
Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba earning management. Sulistyanto 2008 mendefiniskan manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan
untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui antara lain
Enron, Merck, WorldCom. Beberapa kasusu juga terjadi di Indonesia seperti PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi.
Praktik manajemen laba pada perusahaan Enron Crop perusahaan terbesar ke tujuh di AS yang bergerak dibidang industri energi, para manajer memanipulasi angka yang
menjadi dasar untuk memperoleh kompensasi moneter yang besar. Praktik kecurangan yang dilakukan antara lain yaitu Divisi Pelayanan Energi, Para eksekutif
melebih-lebihkan nilai kontrak yang dihasilkan dari estimasi internal. Pada proyek perdagangan luar negerinya misal di India dan Brasil, para eksekutif membukukan
laba yang mencurigakan. Strategi yang salah, investasi yang buruk dan pengendalian keuangan yang lemah menimbulkan ketimpangan neraca yang sangat besar dan harga
saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya ribuan orang kehilangan pekerjaan dan kerugiaan pasar miliyaran dollar pada nilai pasar. Kasus ini diperparah dengan
14
praktik akuntansi yang meragukan dan tidak independennya audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP Arthur Andersen terhadap Enron. Arthur
Andersen yang sebelumnya merupakan salah satu “The Big Six”tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan Enron tetapi juga telah melakukan tindakan
yang tidak etis dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Independensi sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya
mantan pejabat dari senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam departemen akuntansi Enron Corp. Baik Enron maupun Andersen, dua raksasa industri
dibidangnya, sama-sama kolaps dan menorehkan sejarah kelam dalam praktik akuntansi Boediono,2005.
Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat membatasi penerapan mekanisme good corporate governance. Good corporate governance
adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasi yang dapat mendorong terjadinya manajemen laba. Mekanisme
good corporate governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan komisaris independen yang
diyakini dapat membatasi perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba. Manajemen laba merupakan salah satu topik penelitian yang sangat menarik
perhatian peneliti. Berbagai hasil penelitian terdahulu membuktikan manager menggunakan kebijakan pengelolaan akrual untuk berbagai alasan. Healy 1985
menemukan bahwa manager menggunakan akrual diskresioner ini untuk meningkatkan kompensasi yang ingin mereka terima. Manager juga menggunakan
15
manajemen laba ini untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara menurunkan pajak Healy, 1996.
Salah satu faktor adalah kualitas auditor dalam melakukan pengauditan atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.Pengauditan merupakan sarana bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan stakeholders untuk memverifikasi kualitas laporan keuangan yang dibuat managemen. Laporan keuangan
auditan tersebut dapat dipercaya kualitasnya apabila audit atas laporan keuangan tersebut dilakukan oleh auditor yang berkualitas tinggi.
Auditor yang berkualitas tinggi diyakini mempunyai kemampuan mencegah praktik perekayasaan laba yang mungkin dilakukan manajemen. Auditor yang
berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien, sehingga manajer akan cenderung melakukan pembatasan terhadap besarnya akrual
diskresioner. Penelitian yang menguji faktor kualitas auditor dengan manajemen laba telah
cukup banyak dilakukan. Sanjaya 2008 yang meneliti tentang auditor ekternal, komite audit, dan manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan auditor yang
berkualitas dan bereputasi yang ditunjukan oleh kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan big four mampu mencegah dan mengurangi manajemen laba. Akan
tetapi studi ini gagal membukukan keberadaan komite audit sebagai salah satu lembaga dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk mengurangi dan
mencegah manajemen laba.
16
Sebuah penelitian yang dilakukan Luhgiatno 2008 yang meneliti analisis pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang
melakukan IPO di indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KAP Big Four dan KAP spesialis industri membuktikan tidak mampu membatasi praktik
manajemen laba bagi perusahaan yang diauditnya pada saat perusahaan melakukan IPO manufaktur. Penelitian Ningsapiti 2010 tentang pengaruh ukuran perusahaan
dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini berkonsentrasi kepemilikan saham, ukuran perusahaan dan kualitas audit dengan
proksi auditor spesialis industri yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian tentang pengaruh kualitas auditor terhadap manajemen laba pernah
dilakukan di Indonesia. Indriani 2010 meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor, kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional. Perusahaan yang diaudit oleh auditor Big
Four menunjukkan hasil yang positif antara kualitas auditor dengan praktik manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manjerial dan kepemilikan
institusional, semakin rendah manajemen laba perusahaan tersebut. Variabel proporsi
17
dewan komisaris independen dan leverage tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan perbankan.
Pada penelitian ini variabel kualitas auditor ditempatkan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara komite audit, kepemilikan institusional,
manajemen laba dan ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol dengan memperbahurui tahun penelitian. Penggunaan variabel kualitas auditor sebagai
variabel pemoderasi didasarkan pada peran auditor sebagai pihak yang memberikan pengesahaan dan bukan sebagai pihak penyaji laporan keuangan. Maka dalam
penelitian ini mengambil judul“ Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2011-2013”.
1.2 Perumusan Masalah