commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Generativitas
1. Pengertian Generativitas
Ketika memasuki masa dewasa tengah middle adulthood sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-kira pada usia 35-45 tahun hingga memasuki
usia 60-an, terjadi penurunan keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab. Dewasa tengah baya merupakan suatu periode di mana individu berusaha
meneruskan sesuatu yang berarti pada generasi selanjutnya dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya serta menyadari bahwa jumlah waktu yang tersisa dalam
kehidupannya telah berkurang Santrock, 2002. Generativitas adalah kepedulian dan komitmen orang dewasa terhadap
kesejahteraan generasi manusia berikutnya, seperti yang dibuktikan dalam mengasuh anak, mengajar, mentoring, dan kegiatan lainnya yang bertujuan
menyalurkan warisan positif ke generasi berikutnya Erikson, 1963. Generativitas yang dikemukakan oleh Erikson sebagai pelopor teori generativitas,
konseptualisasi generativitas yaitu kualitas psikologis, hasil dari interaksi antara dorongan biologis dan faktor sosial. Ketika memasuki usia dewasa tengah baya,
generativitas dinyatakan oleh dorongan untuk peduli pada generasi berikutnya Erikson, 1963. Secara etimologis, generativitas berasal dari kata-kata generasi
yang berarti kegiatan untuk mencipta Chaplin, 2006. Erikson 1963 14
commit to user
mendefinisikan konsep generativitas termasuk ke dalam produktivitas dan
kreativitas. Berdasarkan
paparan mengenai
pengertian generativitas,
maka generativitas adalah suatu komitmen orang dewasa terhadap kesejahteraan
generasi berikutnya dan mewariskan hal-hal yang positif kepada generasi berikutnya kemudian dimanifestasikan dalam perilaku seperti mengasuh anak,
mengajar, mentoring, dan kegiatan lainnya .
2. Generativitas sebagai Bagian dari Tahapan Perkembangan
Isu generativitas keberkembangan menurut Erikson 1963 akan dialami seseorang pada usia tengah baya. Masa dewasa tengah baya menurut Levinson
dalam Milla, 1999, terjadi antara usia 40-60 tahun yang terbagi atas : 40-45 tahun masa transisi tengah baya, 45-50 tahun memasuki masa dewasa tengah
baya, 50-55 tahun masa transisi usia 50, dan 50-60 puncak dari masa dewasa tengah baya.
Perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahap dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan
diselesaikan. Erickson dalam Wade Travis, 2007 membagi delapan model tahap perkembangan psikososial yaitu :
a. Kepercayaan versus ketidakpercayaan trust versus mistrust, tantangan selama tahun pertama kehidupan bayi, saat anak bergantung pada orang
lain untuk menyediakan makanan, kenyamanan, kontak fisik, dan kehangatan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, anak mungkin tidak akan mengembangkan
kepercayaan mendasar kepada orang lain.
commit to user
b. Otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu autonomy versus shame and doubt, tantangan yang terjadi saat anak dalam masa toddler di bawah usia tiga
tahun, anak akan belajar mandiri dan harus melakukan hal tersebut tanpa merasa malu atau tidak yakin terhadap perilakunya sendiri.
c. Inisiatif versus perasaan bersalah initiative versus guilt, tantangan yang terjadi pada usia prasekolah. Anak mempelajari keterampilan fisik, tujuan
dan menikmati bakat yang baru ditemukan tetapi harus bisa mengendalikan dorongan. Krisis yang mungkin muncul adalah berkembangnya perasaan bersalah
yang terlalu kuat sehingga mengalahkan keinginan dan fantasinya. d. Kompetensi versus inferioritas identity versus role confusion,
tantangan bagi anak usia sekolah, yang sedang belajar membuat sesuatu, menggunakan alat, dan mempelajari keterampilan yang berguna untuk kehidupan
di masa dewasa. Anak yang gagal pada tahap ini, keluar dengan perasaan ketidakmampuan atau perasaan rendah diri.
e. Identitas versus kebingungan peran identity versus role confusion, tantangan yang besar pada masa remaja, ketika individu yang harus menentukan
siapa, apa yang dilakukan, dan apa harapan di dalam hidup. Krisis identitas adalah penggambaran terhadap konflik utama pada tahapan ini. Jika melalui tahapan ini
dengan identitas kuat, maka siap untuk merancang masa depan. Jika gagal, maka akan tenggelam dalam kebingungan, kehilangan kemampuan membuat keputusan.
f. Keintiman versus isolasi intimacy versus isolation, tantangan pada masa dewasa muda. Ketika individu telah mengetahui siapa dirinya, maka
individu tersebut harus bisa berbagi dengan orang lain dan belajar membuat
commit to user
keputusan. Betapa pun kesuksesan dalam pekerjaan, tidak akan sempurna jika tidak mencapai keintiman bersama pasangan.
g. Generativitas versus stagnasi generativity versus stagnation, tantangan pada masa paruh baya, setelah individu mengetahui siapa dirinya dan
telah memiliki hubungan yang intim. Menjadi orang tua adalah rute yang paling umum menuju generativitas, tetapi orang dapat menjadi produktif, kreatif, dan
mampu mengasuh dengan cara-cara yang berbeda, dalam pekerjaan atau dalam hubungan mereka dengan generasi yang lebih muda.
h. Integritas ego versus keputusasaan ego integrity versus despair, tantangan akhir dari masa lanjut usia. Saat beranjak tua, orang berusaha mencapai
tujuan akhir yaitu kebijaksanaan, ketenangan spiritual, dan penerimaan dalam hidup.
Erikson dalam Santrock, 2002 mengidentifikasi generativitas versus
stagnasi sebagai perkembangan isu sentral pada dewasa tengah baya. Erikson berpendapat bahwa mereka semakin ditantang untuk memberikan perawatan,
bimbingan, dan inspirasi bagi generasi berikutnya dan mengadopsi peran produktif dalam masyarakat yang bertujuan untuk mendorong kesinambungan dan
pengembangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Freud dalam Baker, 2007 sebagai Bapak Psikoanalisis menyatakan
bahwa hasrat seksual semenjak lahir mengalami tahap perkembangan. Ketika manusia berkembang secara seksual, maka akan mencari objek-objek yang
berbeda. Ketika memasuki masa kematangan seksual, maka timbul ketertarikan kepada lawan jenis dan diikuti dengan perkawinan serta reproduksi dalam
commit to user
keluarga. Masa kematangan seksual seseorang terjadi pada tahap genital yang berlangsung kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan
pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan pada tahap ini. Gould dalam Santrock, 2002 menghubungkan fase dan krisis dalam
pandangannya tentang transformasi perkembangan. Menekankan bahwa paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, tetapi memiliki
sedikit perbedaan, yaitu selama masa dewasa tengah baya usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat.
Ketika berusia sekitar 20-an tahun, seseorang akan menerima peran-peran baru. Ketika berusia sekitar 30-an tahun, mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab.
Ketika berusia sekitar 40-an tahun, mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu. Menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa
perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu menuju jalan kematangan yang dewasa.
Teori yang diungkapkan oleh Gould tersebut menekankan bahwa manusia ketika memasuki usia dewasa tengah mengalami krisis paruh kehidupan yang
hampir sama ketika mengalami krisis pada masa remaja. Ketika melewati masa krisis ini diharapkan dapat menghasilkan kehidupan yang matang. Kematangan
yang dimaksudkan sama dengan yang disebut oleh Erikson yaitu generativitas. Seseorang yang telah matang, akan mengajarkan dan mewariskan hal-hal positif
kepada generasi selanjutnya. Levinson dalam Santrock, 2002 menekankan bahwa, tugas-tugas
perkembangan harus dikuasai pada tiap-tiap fase. Pada masa dewasa awal, dua
commit to user
tugas utama yang harus dikuasai adalah mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan struktur kehidupan
yang stabil. Ketika usia sekitar 20-an tahun sebagai novice phase fase orang baru dari perkembangan orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk
eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira- kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi di mana
seseorang harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius. Pada usia sekitar 30-an tahun, individu biasanya berfokus pada keluarga dan
perkembangan karir. Pada tahun-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own Man atau BOOM, Menjadi diri Sendiri.
Pada usia 40 tahun, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karir dan sekarang harus melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalani sebagai
orang dewasa usia tengah baya. Teori dari Levinson ini menjelaskan ketika seseorang telah mencapai masa
Becaming One’s Own Man BOOM, mengalami masa stabil dalam karir dan sudah mulai memikirkan kehidupan selanjutnya sebagai dewasa tengah baya.
Masa ini mulai memikirkan tentang produktivitas seseorang dan apa yang harus dilakukan untuk kesejahteraan selanjutnya ketika memasuki usia dewasa tengah
baya. Teori ini sejalan dengan apa yang disebut oleh Erikson dengan generativitas.
Perspektif perkembangan dari Erikson, Freud, Gould, dan Levinson menekankan arti penting fase-fase perkembangan dalam siklus kehidupan dan
menyetujui bahwa perkembangan orang dewasa dimulai dengan perubahan dari
commit to user
identitas ke keintiman, kemudian konsolidasi generativitas, dan akhirnya pencarian arti ke integrasi akhir tertentu Santrock, 2002.
Berdasarkan apa yang disampaikan sebelumnya, bahwa ketika telah memasuki usia dewasa tengah baya, individu akan mulai memikirkan
kesejahteraan keluarga dan generasi berikutnya.
3. Tugas-tugas Perkembangan yang Berkenaan dengan Generativitas