commit to user
yang dapat diartikan bahwa kelompok ini telah mampu mengatasi krisis generativitas dan memikirkan generasi selanjutnya. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui bagaimana seorang gay dari kelompok Pria Pekerja Seks PPS dengan bukan PPS atau Man who have Sex with Man MSM yang
mengidentifikasi diri
sebagai gay
dalam menghadapi
generativitas keberkembangan.
Pada masa tengah baya, seseorang dituntut untuk membina keluarga dan bertanggung jawab terhadap keturunannya kelak. Disebabkan sebagian besar gay
merahasiakan status pekerjaan di segala bidang kehidupan, maka peneliti akan mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan perilaku seksual gay yaitu antara
Pria Pekerja Seks dengan bukan Pria Pekerja Seks. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Perbedaan Generativitas pada Gay Pria Pekerja Seks dengan Gay bukan Pria Pekerja Seks Studi Komparatif pada Komunitas
“Gessang” di Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dipaparkan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Adakah perbedaan generativitas yang
meliputi komitmen dan perilaku pada gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan generativitas yang meliputi
commit to user
komitmen dan perilaku pada gay pria pekerja seks PPS dengan gay bukan pria pekerja seks Non PPS.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui generativitas seorang gay dan dari hasil tersebut dapat diambil manfaat :
1. Manfaat Teoritis Menambah kontribusi pemikiran bagi dunia akademis dan menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan generativitas dan subjek penelitian pada kelompok komunitas gay.
2. Manfaat Praktis a. Untuk gay, dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan usaha-usaha
apa saja yang bisa dilakukan dalam menghadapi generativitas. b. Untuk masayarakat, dapat dijadikan acuan untuk dapat memberikan
pendidikan maupun pemahaman seks yang tepat kepada keluarga, saudara, kerabat sehingga ketika mengalami permasalahan ini bukanlah
mengucilkan tetapi membantu membimbing atau mengarahkan serta memberikan dukungan sosial ke arah yang lebih baik.
c. Bagi ilmuwan psikologi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan analisa dalam penelitian
yang akan datang pada bidang yang ada kaitannya dengan penelitian ini, yaitu generativitas pada gay.
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Generativitas
1. Pengertian Generativitas
Ketika memasuki masa dewasa tengah middle adulthood sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-kira pada usia 35-45 tahun hingga memasuki
usia 60-an, terjadi penurunan keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab. Dewasa tengah baya merupakan suatu periode di mana individu berusaha
meneruskan sesuatu yang berarti pada generasi selanjutnya dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya serta menyadari bahwa jumlah waktu yang tersisa dalam
kehidupannya telah berkurang Santrock, 2002. Generativitas adalah kepedulian dan komitmen orang dewasa terhadap
kesejahteraan generasi manusia berikutnya, seperti yang dibuktikan dalam mengasuh anak, mengajar, mentoring, dan kegiatan lainnya yang bertujuan
menyalurkan warisan positif ke generasi berikutnya Erikson, 1963. Generativitas yang dikemukakan oleh Erikson sebagai pelopor teori generativitas,
konseptualisasi generativitas yaitu kualitas psikologis, hasil dari interaksi antara dorongan biologis dan faktor sosial. Ketika memasuki usia dewasa tengah baya,
generativitas dinyatakan oleh dorongan untuk peduli pada generasi berikutnya Erikson, 1963. Secara etimologis, generativitas berasal dari kata-kata generasi
yang berarti kegiatan untuk mencipta Chaplin, 2006. Erikson 1963 14
commit to user
mendefinisikan konsep generativitas termasuk ke dalam produktivitas dan
kreativitas. Berdasarkan
paparan mengenai
pengertian generativitas,
maka generativitas adalah suatu komitmen orang dewasa terhadap kesejahteraan
generasi berikutnya dan mewariskan hal-hal yang positif kepada generasi berikutnya kemudian dimanifestasikan dalam perilaku seperti mengasuh anak,
mengajar, mentoring, dan kegiatan lainnya .
2. Generativitas sebagai Bagian dari Tahapan Perkembangan
Isu generativitas keberkembangan menurut Erikson 1963 akan dialami seseorang pada usia tengah baya. Masa dewasa tengah baya menurut Levinson
dalam Milla, 1999, terjadi antara usia 40-60 tahun yang terbagi atas : 40-45 tahun masa transisi tengah baya, 45-50 tahun memasuki masa dewasa tengah
baya, 50-55 tahun masa transisi usia 50, dan 50-60 puncak dari masa dewasa tengah baya.
Perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahap dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan
diselesaikan. Erickson dalam Wade Travis, 2007 membagi delapan model tahap perkembangan psikososial yaitu :
a. Kepercayaan versus ketidakpercayaan trust versus mistrust, tantangan selama tahun pertama kehidupan bayi, saat anak bergantung pada orang
lain untuk menyediakan makanan, kenyamanan, kontak fisik, dan kehangatan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, anak mungkin tidak akan mengembangkan
kepercayaan mendasar kepada orang lain.
commit to user
b. Otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu autonomy versus shame and doubt, tantangan yang terjadi saat anak dalam masa toddler di bawah usia tiga
tahun, anak akan belajar mandiri dan harus melakukan hal tersebut tanpa merasa malu atau tidak yakin terhadap perilakunya sendiri.
c. Inisiatif versus perasaan bersalah initiative versus guilt, tantangan yang terjadi pada usia prasekolah. Anak mempelajari keterampilan fisik, tujuan
dan menikmati bakat yang baru ditemukan tetapi harus bisa mengendalikan dorongan. Krisis yang mungkin muncul adalah berkembangnya perasaan bersalah
yang terlalu kuat sehingga mengalahkan keinginan dan fantasinya. d. Kompetensi versus inferioritas identity versus role confusion,
tantangan bagi anak usia sekolah, yang sedang belajar membuat sesuatu, menggunakan alat, dan mempelajari keterampilan yang berguna untuk kehidupan
di masa dewasa. Anak yang gagal pada tahap ini, keluar dengan perasaan ketidakmampuan atau perasaan rendah diri.
e. Identitas versus kebingungan peran identity versus role confusion, tantangan yang besar pada masa remaja, ketika individu yang harus menentukan
siapa, apa yang dilakukan, dan apa harapan di dalam hidup. Krisis identitas adalah penggambaran terhadap konflik utama pada tahapan ini. Jika melalui tahapan ini
dengan identitas kuat, maka siap untuk merancang masa depan. Jika gagal, maka akan tenggelam dalam kebingungan, kehilangan kemampuan membuat keputusan.
f. Keintiman versus isolasi intimacy versus isolation, tantangan pada masa dewasa muda. Ketika individu telah mengetahui siapa dirinya, maka
individu tersebut harus bisa berbagi dengan orang lain dan belajar membuat
commit to user
keputusan. Betapa pun kesuksesan dalam pekerjaan, tidak akan sempurna jika tidak mencapai keintiman bersama pasangan.
g. Generativitas versus stagnasi generativity versus stagnation, tantangan pada masa paruh baya, setelah individu mengetahui siapa dirinya dan
telah memiliki hubungan yang intim. Menjadi orang tua adalah rute yang paling umum menuju generativitas, tetapi orang dapat menjadi produktif, kreatif, dan
mampu mengasuh dengan cara-cara yang berbeda, dalam pekerjaan atau dalam hubungan mereka dengan generasi yang lebih muda.
h. Integritas ego versus keputusasaan ego integrity versus despair, tantangan akhir dari masa lanjut usia. Saat beranjak tua, orang berusaha mencapai
tujuan akhir yaitu kebijaksanaan, ketenangan spiritual, dan penerimaan dalam hidup.
Erikson dalam Santrock, 2002 mengidentifikasi generativitas versus
stagnasi sebagai perkembangan isu sentral pada dewasa tengah baya. Erikson berpendapat bahwa mereka semakin ditantang untuk memberikan perawatan,
bimbingan, dan inspirasi bagi generasi berikutnya dan mengadopsi peran produktif dalam masyarakat yang bertujuan untuk mendorong kesinambungan dan
pengembangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Freud dalam Baker, 2007 sebagai Bapak Psikoanalisis menyatakan
bahwa hasrat seksual semenjak lahir mengalami tahap perkembangan. Ketika manusia berkembang secara seksual, maka akan mencari objek-objek yang
berbeda. Ketika memasuki masa kematangan seksual, maka timbul ketertarikan kepada lawan jenis dan diikuti dengan perkawinan serta reproduksi dalam
commit to user
keluarga. Masa kematangan seksual seseorang terjadi pada tahap genital yang berlangsung kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan
pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan pada tahap ini. Gould dalam Santrock, 2002 menghubungkan fase dan krisis dalam
pandangannya tentang transformasi perkembangan. Menekankan bahwa paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, tetapi memiliki
sedikit perbedaan, yaitu selama masa dewasa tengah baya usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat.
Ketika berusia sekitar 20-an tahun, seseorang akan menerima peran-peran baru. Ketika berusia sekitar 30-an tahun, mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab.
Ketika berusia sekitar 40-an tahun, mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu. Menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa
perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu menuju jalan kematangan yang dewasa.
Teori yang diungkapkan oleh Gould tersebut menekankan bahwa manusia ketika memasuki usia dewasa tengah mengalami krisis paruh kehidupan yang
hampir sama ketika mengalami krisis pada masa remaja. Ketika melewati masa krisis ini diharapkan dapat menghasilkan kehidupan yang matang. Kematangan
yang dimaksudkan sama dengan yang disebut oleh Erikson yaitu generativitas. Seseorang yang telah matang, akan mengajarkan dan mewariskan hal-hal positif
kepada generasi selanjutnya. Levinson dalam Santrock, 2002 menekankan bahwa, tugas-tugas
perkembangan harus dikuasai pada tiap-tiap fase. Pada masa dewasa awal, dua
commit to user
tugas utama yang harus dikuasai adalah mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan struktur kehidupan
yang stabil. Ketika usia sekitar 20-an tahun sebagai novice phase fase orang baru dari perkembangan orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk
eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira- kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi di mana
seseorang harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius. Pada usia sekitar 30-an tahun, individu biasanya berfokus pada keluarga dan
perkembangan karir. Pada tahun-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own Man atau BOOM, Menjadi diri Sendiri.
Pada usia 40 tahun, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karir dan sekarang harus melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalani sebagai
orang dewasa usia tengah baya. Teori dari Levinson ini menjelaskan ketika seseorang telah mencapai masa
Becaming One’s Own Man BOOM, mengalami masa stabil dalam karir dan sudah mulai memikirkan kehidupan selanjutnya sebagai dewasa tengah baya.
Masa ini mulai memikirkan tentang produktivitas seseorang dan apa yang harus dilakukan untuk kesejahteraan selanjutnya ketika memasuki usia dewasa tengah
baya. Teori ini sejalan dengan apa yang disebut oleh Erikson dengan generativitas.
Perspektif perkembangan dari Erikson, Freud, Gould, dan Levinson menekankan arti penting fase-fase perkembangan dalam siklus kehidupan dan
menyetujui bahwa perkembangan orang dewasa dimulai dengan perubahan dari
commit to user
identitas ke keintiman, kemudian konsolidasi generativitas, dan akhirnya pencarian arti ke integrasi akhir tertentu Santrock, 2002.
Berdasarkan apa yang disampaikan sebelumnya, bahwa ketika telah memasuki usia dewasa tengah baya, individu akan mulai memikirkan
kesejahteraan keluarga dan generasi berikutnya.
3. Tugas-tugas Perkembangan yang Berkenaan dengan Generativitas
Havighurst dalam Hurlock, 1980 menyebutkan beberapa tugas perkembangan yang berkenaan dengan generativitas pada usia tengah baya, yaitu :
a. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, b. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggungjawab dan bahagia, c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk
orang dewasa, d. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu, e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
fisiologis yang terjadi pada tahap ini, f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan, g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Hurlock 1980 menyebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan seseorang pada usia tengah baya, yaitu :
commit to user
a. Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, untuk mau melakukan penerimaan akan ada penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik
yang normal terjadi pada usia dewasa tengah baya. b. Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat, seringkali
mengasumsikan tanggungjawab warga negara dan sosial serta mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan yang tempat
kegiatannya berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada dewasa dini. c. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan, berkisar
pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif mapan. d. Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, hal-hal yang
berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan orangtua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggungjawab dan bahagia. Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh mengenai
teori perkembangan, bahwa tugas-tugas perkembangan yang berkenaan dengan generativitas adalah ketika seseorang memasuki usia tengah baya dihadapkan
pada beberapa tugas perkembangan yang salah satunya adalah berusaha dan membantu anak untuk menjadi dewasa yang matang dan bertanggungjawab.
Seseorang ketika memasuki usia ini, maka mengajarkan dan mewariskan hal-hal positif kepada generasi selanjutnya guna mencapai individu yang matang dan
bertanggungjawab.
commit to user
4. Ciri – ciri Tahap Generativitas
Ciri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan, yaitu keturunan, produk, ide, dan sebagainya serta pembentukan dan penetapan
garis pedoman untuk generasi mendatang Hall Lindzey, 1985. Erikson memberi perhatian yang khusus pada peran menjadi orang tua sebagai ekspresi
yang paling umum dari generativitas Erikson, 1963. Transmisi nilai-nilai sosial yang diungkapkan dalam ciri tahap
generativitas diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Nilai pemeliharaan care berkembang dalam tahap ini,
pemeliharaan terungkap dalam kepedulian seseorang pada orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya dan berbagi
serta membagi pengetahuan dan pengalaman dengan mereka. Ritualisasi tahap ini ialah sesuatu yang generasional yakni ritualisasi peranan orangtua, produksi,
pengajaran, pengenbangan, dan seterusnya. Peranan orang dewasa yang bertindak sebagai penerus nilai ideal kepada kaum muda.
Ciri-ciri masa dewasa tengah baya yang berkaitan dengan fase generativitas yang diungkapkan oleh Hurlock 1980, yaitu:
a. Masa dewasa tengah baya merupakan periode yang ditakuti, ketika memasuki periode dewasa tengah baya semakin terasa lebih menakutkan. Adanya
stereotip yang tidak menyenangkan pada usia tengah baya yaitu kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan
berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan. Kebanyakan individu yang memasuki masa ini akan sangat merindukan masa mudanya.
commit to user
b. Masa dewasa tengah baya merupakan masa transisi, yaitu masa dimana seorang pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri
jasmani dan
perilaku yang
baru. Setiap
perubahan peran
akanmengakibatkan suatu krisis kekerasan yang besar atau kecil selama masa usia tengah baya, Kimmel dalam Hurlock, 1980 mengidentifikasikan tiga krisis
pengembangan, yaitu: 1Krisis sebagai masa orangtua yang ditandai dengan sindrom “di mana kesalahan kami?”, terjadi jika anak-anak gagal memenuhi
harapan orangtua; 2 Krisis yang timbul karena orangtua berusia lanjut sehingga sering timbul reaksi dari anak. Merasa bersalah ketika anak tidak bisa menerima
orangtua yang sudah lanjut usia; 3 Krisis yang berhubungan dengan kematian, ditandai dengan sikap “bagaimana dapat terus hidup?”.
c. Masa dewasa tengah baya merupakan masa stres, di mana penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah khususnya bila disertai
dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stres.
d. Masa dewasa tengah baya adalah “usia yang berbahaya”, masa ini dianggap sebagai masa berbahaya dalam rentang kehidupan. Suatu masa dimana
seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, atau pun kurang memperhatikan kehidupan.
e. Masa dewasa tengah baya adalah “usia canggung”, seseorang berusia dewasa tengah baya bukan muda lagi tapi bukan juga tua. Franzblau dalam
Hurlock, 1980 mengatakan bahwa “orang yang berusia tengah baya seolah-olah
commit to user
berdiri di antara pemberontak yang lebih muda dan generasi warga senior”. Muncul perasaan ingin tidak dikenal dan berpenampilan kurang menarik.
f. Masa dewasa tengah baya adalah masa berprestasi, menurut Erikson masa tengah baya merupakan masa krisis di mana baik generativity
kecenderungan untuk menghasilkan atau stagnation kecenderungan untuk tetap berhenti. Pada masa ini, kemauannya sangat kuat untuk berhasil baik itu masalah
keuangan maupun sosial. g. Masa dewasa tengah baya merupakan masa evaluasi, setelah mencapai
puncak karier, maka saatnya mengevaluasi diri berdasarkan aspirasi dan harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman.
h. Masa dewasa tengah baya dievaluasi dengan standar ganda, dievaluasi dengan standar ganda yaitu satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita yang
dipengaruhi dua aspek khusus yaitu yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan cara menyatakan sikap terhadap usia tua.
i. Masa dewasa tengah baya merupakan masa sepi, dimana anak-anak sudah tidak tinggal bersama orang tua, kecuali yang menikah lambat atau yang
menunda kelahiran. j. Masa dewasa tengah baya merupakan masa jenuh, merasa jenuh
dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan.
Berdasarkan apa yang disampaikan sebelumnya, bahwa ketika seseorang memasuki usia antara 40-60 tahun, atau yang sering disebut juga dengan masa
dewasa tengah baya yang diikuti dengan ciri-ciri menuju perubahan hidup dari
commit to user
masa dewasa awal menuju dewasa tengah baya. Seseorang mengalami krisis kehidupan menuju suatu hidup yang stabil dan matang guna mewariskan hal-hal
yang positif ke generasi selanjutnya.
5. Cara-cara yang Digunakan dalam Mengembangkan Generativitas
Kotre dalam Santrock, 2002 mengatakan bahwa orang dewasa tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu :
a. Generativitas biologis biological generativity, orang dewasa
mengandung dan melahirkan anak.
b. Generativitas pengasuhan parental generativity, orang dewasa
menyediakan bimbingan dan arahan pada anak-anak.
c. Generativitas kerja
work generativity,
orang dewasa
mengembangkan kemampuan yang diteruskan kepada orang lain.
d. Generativitas budaya
cultural generativity,
orang dewasa
menciptakan, merenovasi, dan menyelamatkan beberapa aspek dari budaya yang
masih bertahan.
McAdams dalam Santrock, 2002 mengungkapkan melalui generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui
aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua parenting, mengajar, memimpin, dan melakukan sesuatu yang menguntungkan masyarakat. Orang
dewasa generatif melibatkan diri pada kelanjutan dan perbaikan masyarakat secara keseluruhan melalui hubungannya dengan generasi berikutnya.
Setiap orang menunjukkan cara yang berbeda dalam mengembangkan generativitas. Cara yang dilakukan pun beraneka macam,baik itu secara biologis,
commit to user
pengasuhan, kerja, maupun budaya yang bertujuan untuk melanjutkan dan mewariskan hal-hal positif ke generasi selanjutnya.
6. Aspek-aspek Generativitas
Dari apa yang menjadi pusat perhatian Erikson dalam Mc Adams de St. Aubin, 1992 mengenai generativitas yang ditunjukkan dengan mendorong dan
membesarkan anak, secara aktif dalam pengasuhan melibatkan penyediaan generasi selanjutnya sebagai contoh untuk keturunan berikutnya. Studi tentang
generativitas lebih lanjut tidak hanya membatasi pada domain kedudukan sebagai orangtua. Orang dewasa mengekspresikan generativitas dalam berbagai kehidupan
yang luas melalui bekerja sebagai professional, sukarelawan, partisipan pada organisasi politik dan keagamaan, aktivis di masyarakat, menjalin hubungan akrab
dengan teman, bahkan aktivis pada saat waktu luang. Lebih lanjut Erikson mengatakan bahwa generativitas merupakan teori
epigenetik yang menggabungkan gagasan bahwa tiap-tiap tahapan hadir dalam beberapa hal pada setiap periode siklus hidup. Jadi, setengah baya itu merupakan
tahap generativitas yang harus memiliki akar perkembangan yang sebelumnya dan dengan demikian menunjukkan beberapa macam kontinuitas dari waktu ke waktu.
Contoh dari teori Erikson mengenai generativitas yaitu perluasan psychobiographical kehidupan Martin Luther dan Mahatma Gandhi, yang
keduanya tampak telah memberikan generatif yang lebih banyak dalam kehidupannya dengan aksinya dalam masyarakat daripada keluarga dan temannya
Mc Adams de St. Aubin, 1992.
commit to user
Secara keseluruhan, generativitas didukung oleh dasar kepercayaan umum
dalam masyarakat dan kehidupan manusia di masa depan. McAdams, dkk.dalam Cavanaugh, 2006 berdasar atas teori generativitas Erikson, membagi
generativitas menjadi tujuh tahap psikososial yang dipengaruhi oleh individu dan sosial yang bertujuan untuk menyediakan bagi kelangsungan, kesejahteraan, dan
pengembangan kehidupan manusia generasi selanjutnya. Tujuh tahap psikososial itu antara lain :
a. Tuntutan budaya Tuntutan budaya itu bersifat normatif dan sesuai dengan tingkat usia. Ciri-ciri dari
tuntutan budaya ini termasuk berbagai macam hal dalam masyarakat yang saling berhubungan, seperti ideologi, gaya hidup, sumber daya dan kesempatan. Selain
itu juga meliputi spektrum dari beberapa faktor yang luas dan kekuatan eksternal dari individu.
b. Keinginan dari dalam Generativitas sering dideskripsikan sebagai masukan dalam motivasional seperti
kebutuhan, naluri atau dorongan yang menghasilkan keinginan. Dua macam keinginan di identifikasikan ke dalam dua hal, yaitu keinginan untuk simbol
keabadian dan keinginan yang dibutuhkan oleh orang lain. c. Perhatian
Erikson dalam Mc Adams and St.Aubin, 1992 mengatakan bahwa perhatian adalah perluasan perhatian untuk apa yang dihasilkan oleh cinta, kebutuhan atau
kebetulan.
commit to user
d. Kepercayaan Kepercayaan dalam kehidupan manusia ditempatkan dalam harapan untuk
kemajuan dan perbaikan kehidupan manusia dalam menggantikan generasi, bahkan dalam menghadapi fakta-fakta yang kuat pada hal-hal yang bersifat
merusak manusia. e. Komitmen
Merupakan hasil dari tuntutan, keinginan, perhatian dan kepercayaan. Komitmen membawa pertanggungjawaban untuk generasi selanjutnya dengan membuat
keputusan dan membangun tujuan untuk perilaku generatif. f. Aksi atau perilaku generatif
Perilaku generatif adalah untuk menghasilkan hal atau orang, menjadi kreatif, produktif, dan bermanfaat, untuk memberikan keturunan. Perilaku generatif
meliputi perlindungan, perbaikan, pemeliharaan, pengembangan, pengasuhan, atau perawatan terhadap apa yang dianggap berguna seperti perilaku dalam
mengasuh anak, pemeliharaan tradisi, menjaga lingkungan, dan menetapkan ritual.
g. Narasi Dengan memahami konteks generativitas Mc Adams tentang teori life-story,
kedewasaan menggambarkan individu dalam masyarakat dengan kebiasaan hidup individu atau life-story yang memberikan kehidupan dengan kesatuan, tujuan, dan
pengertian.
commit to user
Dari tujuh tahap psikososial yang diungkapkan oleh Erikson, Mc Adams 1992 memfokuskan menjadi tiga aspek yang akan berpengaruh dalam
penyusunan alat ukur generativitas, yaitu :
a. Komitmen Komitmen ini berdasarkan hasil dari tuntutan budaya, keinginan dari dalam,
perhatian dan kepercayaan yang akan bertanggungjawab terhadap generasi berikutnya dengan pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan perilaku
generatif. Alat ukur yang akan digunakan adalah Loyola Generativity Scale LGS yang terdiri dari 20 pernyataan yang telah dianggap paling baik dari 39 pernyataan
yang telah diujikan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Pernyataan-pernyataan yang dipilih tersebut secara relatif menunjukkan korelasi yang tinggi mengenai
generativitas. LGS di desain untuk mengukur perbedaan individual pada komitmen generativitas.
b. Aksi atau perilaku generatif Aksi atau perilaku generatif ditunjukan dengan menghasilkan, pemeliharaan,
persembahan sesuatu yang bermanfaat untuk generasi berikutnya. Perilaku generatif dapat diartikan juga membentuk hal atau orang untuk menjadi pribadi
yang lebih kreatif, produktif, dan meneruskan generasi berikutnya. Alat ukur yang akan digunakan adalah Generative Behaviour Checklist GBC yang terdiri 50
pernyataan untuk mengukur perilaku generatif secara kuantitatif atas perilaku generatif dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
c. Narasi Menggambarkan kedewasaan seseorang dalam kehidupan ataupun kebiasaan
dalam masyarakat yang berkenaan dengan generativitas dalam bentuk life-story. Alat ukur yang digunakan berupa wawancara berdasarkan lima tema mengenai
generativitas McAdams, 1992, yaitu : 1 Menghasilkan, segala sesuatu yang berhubungan dengan menghasilkan ide-ide baru, dan hasrat untuk melakukan
sesuatu, 2 Pemeliharaan, segala sesuatu yang berhubungan dengan pengambilan tindakan yang didukung oleh hasil, tradisi secara terus menerus, 3 Menawarkan
hasil dari diri sendiri, memberikan segala sesuatu atas kemampuan diri atau hasil- hasil dari kemampuan diri yang akan diberikan kepada orang lain, 4 Generasi
berikutnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi yang positif dan bertujuan kepada generasi yang lebih muda atau generasi selanjutnya, 5 Simbol
keabadian, dengan meninggalkan warisan, memiliki pengaruh yang abadi. Tujuh tahap psikososial dari generativitas itu sendiri dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Cultural Demand
- Development expectation
- Social opportunities
3. Concern For the next
generation
2. Inner Desire
- symbolic immortality agency
- “need to be needed” communion
4. Belief In the species
5. Commitment -
goals
- decisions 6. Action
- creating - maintaining
- offering
7. narration
The generativity script within the
personal life story
Sumber: Mc Adams, 1992
Meaning Motivational Sources
Thoughts, Plans Behaviour
Bagan. 1 Tujuh Tahap Psikososial Generativitas Generativitas
commit to user
Berdasarkan apa yang disampaikan sebelumnya, generativitas itu merupakan suatu komitmen individu untuk mewariskan hal-hal positif dan
bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Generativitas dalam perkembangannya memiliki tujuh tahap psikososial yang dipengaruhi oleh
individu dan sosial yang bertujuan untuk menyediakan bagi kelangsungan, kesejahteraan, dan pengembangan kehidupan manusia generasi selanjutnya.
Generativitas memiliki tiga aspek penting yaitu : 1 komitmen yang terdiri dari tuntutan budaya, keinginan dari dalam, perhatian, kepercayaan, 2 aksi atau
perilaku yang berupa kegiatan menghasilkan, pemeliharaan, persembahan sesuatu yang bermanfaat untuk generasi selanjutnya, 3 narasi berupa penggambaran
kedewasaan seseorang dalam kehidupan masyarakat mengenai generativitas.
B. Status Pekerjaan
1. Pengertian Status Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesiWikipedia.com, 2010.
Heally dalam Yusuf, 2002 mengatakan bahwa pekerjaan merupakan sekumpulan tugas atau posisi yang memiliki kesamaan kewajiban dan tugas-tugas
pokok dalam suatu organisasi atau unit atau lembaga. Pekerjaan berorientasi pada tugas dan hasil serta berpusat pada organisasi, dan dapat diduduki satu orang atau
beberapa orang.
commit to user
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usahakegiatan mennegpp.go.id, 2008.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa status pekerjaan adalah suatu kedudukan seseorang yang menjalankan tugas-tugas
atau kewajiban di suatu unit usahakegiatanorganisasilembaga.
2. Indikator Status Pekerjaan
Sakernas 2008 Indikator status pekerjaan pada dasarnya melihat empat kategori yang berbeda tentang kelompok penduduk yang bekerja yaitu
:
a. Tenaga kerja dibayar buruh,
b. Pekerja yang berusaha sendiri, berusaha sendiri umumnya dibedakan menjadi dua yaitu mereka yang berusaha memiliki usaha dengan
dibantu pekerja dibayar dan mereka yang berusaha tanpa dibantu
pekerja dibayar, c. Pekerja bebas, mereka yang bekerja secara serabutan dan tidak terikat,
d. Pekerja keluarga, pekerja keluarga juga dikenal dengan pekerja tak dibayar. Seorang yang bekerja tanpa menerima sembarang bayaran
atau upah di ladang, perniagaan atau perusahaan yang dijalankan oleh
ahli keluarganya yang lain.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2006, Menurut Sensus Penduduk 2000, status pekerjaan terdiri atas:
a. Berusaha atau bekerja sendiri Mereka yang berusahabekerja atas risiko sendiri dan tidak mempekerjakan
pekerja keluarga maupun buruh. Contohnya sopir taksi yang membawa mobil atas
commit to user
risiko sendiri, kuli-kuli di pasar, stasiun atau tempat-tempat lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu.
b. Berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap Status pekerjaan bagi mereka yang bekerja sebagai orang yang berusaha atas
resiko sendiri dan dalam usahanya mempekerjakan buruh tidak tetap. Contohnya, pengusaha warung yang dibantu oleh anggota rumah tangganya atau orang lain
yang diberi upah tidak tetap, penjaja keliling yang dibantu anggota rumah tangganya atau seseorang yang diberi upah hanya pada saat membantu saja.
c. Berusaha dibantu dengan buruh tetap Mereka yang bekerja sebagai orang yang berusaha atas risiko sendiri dan dalam
usahanya mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh tetap. Buruh tetap adalah
buruhkaryawan yang
bekerja pada
orang lain
atau instansikantorperusahaan dengan menerima upah atau gaji secara tetap, baik ada
kegiatan maupun tidak. Contohnya pemilik toko yang mempekerjakan satu lebih buruh tetap dan pengusaha sepatu yang memakai buruh tetap.
d. BuruhKaryawanPekerja dibayar Mereka yang bekerja pada orang lain atau instansikantorperusahaan dengan
menerima upahgaji baik berupa uang maupun barang. e. Pekerja tidak dibayar
Status pekerjaan bagi mereka yang bekerja membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan seseorang dengan tidak mendapat upah gaji baik berupa uang
maupun barang. Contohnya anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri yang membantu suami di sawah dan bukan sebagai anggota rumah
commit to user
tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti saudara yang
membantu melayani penjualan di warung.
Berdasarkan yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa indikator status pekerjaan terbagi menjadi lima, yaitu bekerjaberusaha
sendiri, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap, berusaha dengan dibantu buruh tetap, buruhkaryawanpekerja dibayar, pekerja tidak dibayar.
3. Status Pekerjaan dalam Komunitas Gessang
Gessang merupakan suatu komunitas yang menaungi para gay yang berpusat di kota Surakarta. Gessang adalah singkatan dari Gerakan Sosial,
Advokasi dan Hak Asasi Manusia untuk Gay Surakarta. Ini menandai dimulainya kehidupan organisasi dan eksistensi komunitas gay Surakarta dalam masyarakat
umum. Status pekerjaan yang terdapat dalam komunitas ini pun sangat beragam, antara lain sopir, tukang ojek, pelautABK, nelayan, PNS, TNI, karyawanburuh,
pedagangwiraswasta, petani, entertainer, pria pekerja seks, mucikari, dan lainnya. Karena beragamnya status pekerjaan yang terdapat dalam komunitas ini, maka
status pekerjaan tersebut dipersempit menjadi pria pekerja seks dengan bukan pria pekerja seks. Tujuan pengelompokan status pekerjaan tersebut untuk
memudahkan pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Untuk menjelaskan konsep mengenai pria pekerja seks PPS tidak lepas
dari pengertian pelacuran, karena pria pekerja seks merupakan salah satu bagian dari pelacuran. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pelacuran sebagai
praktek hubungan seksual yang dilakukan dengan siapa saja promiskuisitas untuk mendapatkan imbalan berupa upah. Pria pekerja seks yang biasa disebut
commit to user
kucing merupakan pelacur laki-laki yang menyediakan diri kepada sesama laki- laki biasanya laki-laki gay, untuk mengadakan hubungan kelamin dengan
mengharapkan imbalan uang yang sudah ada standar harga secara relatif untuk setiap layanan yang diberikan.
Definisi pelacuran dan pria pekerja seks tersebut memiliki karakteristik tiga unsur, yaitu pembayaran reward, berganti-ganti pasangan promiskuitas,
dan ketidakacuhan emosional Dam Truong, 1992. Seseorang memilih berprofesi menjadi pria pekerja seks disebabkan adanya suatu motif imbalan dan adanya
keinginan penikmatan seksual. Perilaku seksual yang dilakukan oleh pria pekerja seks akan terus
dilakukan karena memberikan keuntungan bagi pelakunya. Homan Ritzer, 1992 mengatakan bahwa tingkah laku itu akan dilakukan atau diulang apabila yang
bersangkutan akan mendatangkan imbalan. Adanya motif imbalan yang dilakukan oleh pria pekerja seks PPS dalam
melakukan hubungan seks telah menggeser arti seks sebenarnya. Gunawan 1993 membagi seks menurut fungsinya menjadi :
a. Hubungan seks yang dilakukan untuk tujuan reproduksi reprosex. Seks didasarkan atas tendensi agama yang menganggap bahwa seks
bersifat suci dan untuk pelaksanaannya membutuhkan suatu lembaga khusus.
b. Seks ditujukan sebagai pernyataan cinta kasih sex a mean of expressing love.
c. Mengarah kepada kesenangan atau kenikmatan sex for funsex acts.
commit to user
Pangkahila 2001 membagi seksualitas menjadi empat dimensi, yaitu :
a. Dimensi prokreasi, berarti membuat keturunan sebagai generasi penerus.
b. Dimensi rekreasi, mengandung pengertian kesenangan, yang berhubungan dengan kenikmatan dan kepuasan seksual yang
diperoleh. c. Dimensi relasi, kehidupan seksual suami istri berfungsi sebagai
pengikat yang lebih mempererat hubungan pribadi suami istri. d. Dimensi institusi, lembaga perkawinan.
Berdasarkan apa yang telah disampaikan di atas, status pekerjaan seseorang itu bermacam-macam. Status pekerjaan terdiri atas berusaha atau
bekerja sendiri, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap, buruhkaryawanpekerja dibayar, pekerja tidak dibayar.
Status pekerjaan yang menjadi sasaran penelitian ini adalah buruhkaryawan pekerja dibayar. Status pekerjaan yang lebih spesifik lagi yang akan dijadikan
sebagai sasaran penelitian adalah yang bekerja sebagai Pria Pekerja Seks PPS dan yang bukan yang bekerja sebagai Pria Pekerja Seks PPS.
C. Perbedaan Generativitas Meliputi Komitmen dan Perilaku pada
Gay PPS dengan
Gay bukan PPS
Setiap manusia ketika memasuki masa dewasa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Erikson
bahwa perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahap dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan
commit to user
diselesaikan. Dalam delapan model tahap perkembangan psikososial, Erikson
mengidentifikasi generativitas versus stagnasi sebagai perkembangan isu sentral di dewasa tengah baya. Erikson dalam McAdams, 1992 berpendapat bahwa
mereka semakin ditantang untuk memberikan perawatan, bimbingan, dan inspirasi bagi generasi berikutnya dan mengadopsi peran produktif dalam masyarakat yang
bertujuan untuk mendorong kesinambungan dan pengembangan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Gould dalam Santrock, 2002 menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang transformasi perkembangan. Menekankan bahwa paruh
kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, dengan penegecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani krisis mungkin akan
menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat. Ketika berusia 20- an, seseorang akan menerima peran-peran baru. Ketika berusia 30-an, mulai
merasa terjepit dengan tanggung jawab. Ketika berusia 40-an, mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu. Menangani krisis paruh
kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu menuju jalan kematangan yang dewasa.
Studi tentang generativitas lebih lanjut tidak hanya membatasi pada domain kedudukan sebagai orangtua. Orang dewasa mengekspresikan
generativitas dalam berbagai kehidupan yang luas melalui bekerja sebagai profesional, sukarelawan, partisipan pada organisasi politik dan keagamaan,
aktivitas di masyarakat, menjalin hubungan akrab dengan teman, bahkan aktivis pada saat waktu luang McAdams de St. Aubin, 1992.
commit to user
Studi tentang generativitas dalam penelitian ini difokuskan pada komitmen generativitas dan perilaku generativitas. Komitmen generativitas ini merupakan
hasil dari tuntutan budaya, keinginan dari dalam, perhatian dan kepercayaan yang akan bertanggungjawab terhadap generasi berikutnya dengan pengambilan
keputusan dan pencapaian tujuan perilaku generatif. Sedangkan perilaku generativitas ditunjukan dengan menghasilkan, pemeliharaan, persembahan
sesuatu yang bermanfaat untuk generasi berikutnya. Perilaku generatif dapat diartikan juga membentuk hal atau orang untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif,
produktif, dan meneruskan generasi berikutnya. Narasi dalam penelitian ini yang berupa wawancara digunakan sebagai data pelengkap dalam memahami
komitmen dan perilaku generativitas subjek. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang yang menjalankan tugas-
tugas atau kewajiban di suatu unit usahakegiatanorganisasilembaga. Status pekerjaan terbagi menjadi lima , yaitu bekerjaberusaha sendiri, berusaha dengan
dibantu buruh
tidak tetap,
berusaha dengan
dibantu buruh
tetap, buruhkaryawanpekerja dibayar, pekerja tidak dibayar.
Sampel penelitian ini adalah pria pekerja seks dengan bukan pria pekerja seks. Sebagian besar gay merahasiakan status pekerjaan di segala bidang
kehidupan, maka peneliti akan mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan perilaku seksual gay yaitu antara Pria Pekerja Seks dengan bukan Pria Pekerja
Seks. Sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan korelasi positif antara
generativitas dengan variabel lain, seperti persepsi kesehatan fisik, kepuasan
commit to user
hidup dan kesejahteraan hidup. Dan juga, generativitas bersama dengan hubungan
interpersonal, fungsi fisik, dan kekayaan, telah diidentifikasi sebagai faktor penting untuk kualitas kehidupan di usia yang lebih tua Cheng, Chan, Philips
dalam Melo, 2008. Suatu badan penelitian Foley Center menunjukkan pertumbuhan
psikologis yang menjadi sangat generatif adalah tanda kesehatan psikologis dan kematangan. Orang-orang yang mendapat skor tinggi pada ukuran generativitas
cenderung untuk melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan, dibandingkan dengan orang-orang yang
mendapat skor rendah. Generativitas tinggi juga berhubungan dengan rendahnya tingkat depresi dan kecemasan Foley Center, 2009.
Berdasarkan apa yang telah disampaikan sebelumnya, dan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada
generativitas maka akan lebih bahagia dan matang. Generativitas dipandang sebagai suatu cara pengasuhan, bimbingan, menjadi orangtua dan mewariskan
hal-hal positif kepada generasi selanjutnya. Pada penelitian sebelumnya, generativitas diterapkan pada kehidupan masyarakat pada umumnya yang mana
komitmen generativitas itu akan dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. Apakah hal ini akan berlaku pula pada gay yang berbeda orientasi seksual dengan
masyarakat pada umumnya.Walaupun begitu, ada beberapa orang yang memandang bahwa generativitas tidak hanya dibatasi hanya dengan menjadi
orangtua, tetapi bisa dengan memberikan sesuatu yang berguna bagi masyarakat umum.
commit to user
Oleh karena itu, data tersebut mendukung adanya penjelasan bahwa
terdapat perbedaan dalam menghadapi generativitas antara individu satu dengan individu lainnya. Dalam penelitian ini, individu yang dimaksud adalah gay Pria
Pekerja Seks dengan gay bukan Pria Pekerja Seks.
D. Kerangka Berpikir