Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Selain itu kerja keras dan ketelitian Jang Geu Rae membuat perusahaannya bebas dari korupsi yang hampir saja merugikan perusahaan. Jang
Geu Rae berhasil menerapkan ilmunya tentang Baduk ke dalam kehidupan nyata. Dia memanfaatkan strategi-strategi Baduk untuk menyelesaikan permasalahan
dalam dunia kerja. Bahkan dia dapat berpikir radikal dan berani mengutarakan pemikirannya kepada atasannya.
Hal ini membuat CEO One Internasional memuji hasil kerja Jang Geu Rae. Banyak tim yang menginginkan Jang Geu Rae karena mereka menginginkan
seorang pemula yang dipuji oleh CEO. Mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu khawatir bahkan saat Jang Geu Rae tidak berguna lagi karena dia hanyalah
seorang karyawan kontrak.
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan klasifikasi atau kategori semantik yang meliputi Analisis Penunjukan Designation, Analisis Penyifatan Attributions,
dan Analisis Pernyataan Assertions untuk mengetahui pesan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam serial drama Misaeng.
4.2.1 Analisis Penunjukan
Analisis penunjukan menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu orang, benda, kelompok, konsep yang mengandung pesan nilai-nilai
sosial dirujuk.
Universitas Sumatera Utara
Adegan ke-1 Makanan dan Peralatan Makan Masyarakat Korea
Gambar 4.2 Adegan makanan dan peralatan makan masyarakat Korea muncul di 12
episode, yaitu episode 1, 4, 5, 7, 9, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20. Gambar 4.2 merupakan salah satu adegan yang diambil dari episode 20.
Alur Gambar 4.2: Jang Baek Ki dan Ahn Young Yi makan siang berdua di sebuah tempat.
Sebelumnya Han Suk Yool memberitahu Baek Ki bahwa dia tidak bisa ikut bergabung pada jam makan siang. Baek Ki dan Young Yi memesan menu yang
sama, yaitu seonji haejangguk. Baek Ki hanya memandangi sup yang ada di hadapannya dan mengaduk-aduk supnya dengan sendok. Baek Ki mencoba untuk
memakan sup tersebut, namun dia masih merasa mual dan enggan untuk memakannya karena dia masih teringat dengan film horor yang pernah
ditontonnya dengan Young Yi sebelumnya. Kemudian tiba-tiba Han Suk Yool datang dan meminta sup milik Baek Ki karena Baek Ki tidak mau memakannya.
Suk Yool menggeser sup Baek Ki dan mencampur nasi ke dalam sup dengan sendok.
Temuan: Pada gambar 4.2 ditunjukkan makanan masyarakat korea, yaitu nasi dan
seonji haejangguk.
Universitas Sumatera Utara
Nasi Bap atau
밥 Nasi merupakan makanan pokok bagi kebanyakan orang Korea. Faktanya,
masyarakat Korea tidak merasa bahwa mereka telah selesai makan kecuali setelah mereka menikmati semangkuk nasi. Meskipun saat ini gaya hidup
masyarakat Korea sudah semakin kebarat-baratan dan konsumsi beras mereka semakin menurun, nasi masih tetap memainkan peranan penting
dalam masakan Korea Choi dan Lim, 2007: 89. Nasi di Korea biasanya bertekstur lengket. Nasi biasanya disajikan bersama dengan berbagai aneka
ragam lauk pauk, terutama sayur-sayuran dengan banyak bumbu, sup, makanan berkuah dan daging. Nasi dan sup dapat dihidangkan secara
terpisah maupun dicampurkan ke dalam mangkuk, tetapi lauk pauk dihidangkan dalam piring-piring kecil di tengah meja untuk berbagi.
Seonji Haejangguk
atau Sup Darah Sapi 선지 해장국
Masyarakat Korea memiliki banyak jenis sup dari berbagai jenis bahan dan rempah-rempah. Salah satunya adalah seonji haejangguk. Seonji haejangguk
merupakan salah satu jenis haejangguk atau sering disebut dengan hangover stew.
Disebut sebagai hangover stew karena karena sup ini bisa menghilangkan rasa pusing akibat minum minuman beralkohol. Rasanya
yang kuat membuat haejangguk selalu disajikan setelah seseorang mengonsumsi minuman beralkohol. Oleh sebab itu, rumah makan yang
menjual haejangguk banyak ditemukan di daerah perkantoran. Kuah dari seonji haejangguk
dibuat dari tulang sapi yang direbus lama, lalu isinya terdiri dari potongan daging sapi tebal, telur rebus, kecambah, potongan
darah sapi yang telah beku dan rempah-rempah khas Korea. Saat ini haejangguk
tidak hanya dinikmati untuk menghilangkan rasa mabuk saja, namun juga sebagai makanan pendamping nasi di saat sarapan, makan siang
maupun makan malam. Saat ini sup ini pun digemari oleh kaum pegawai kantor karena mudah didapat di restoran-restoran dekat kantor
mereka. Meskipun haejangguk mulai kehilangan makna istimewanya, namun haejangguk tetap menjadi makanan khas masyarakat Korea
http:world.kbs.co.kr.
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 4.2 ditunjukkan peralatan makan masyarakat Korea. Pada saat makan terlihat Baek Ki dan Suk Yool memakai sendok dan sumpit sebagai
peralatan makan mereka. Di Korea peralatan makan berupa sendok dan sumpit disebut dengan sujeo. Masyarakat Korea menggunakan sendok dan sumpit ketika
makan. Sumpit digunakan untuk mengambil makanan seperti nasi, sayur tanpa kuah atau jenis makanan lain. Sedangkan sendok hanya digunakan untuk
mengambil sup saja. Makanan utama orang Korea adalah nasi dengan sup yang disebut jjigae atau guk. Oleh karena itu, sangat sulit bagi orang Korea untuk
makan tanpa sendok. Sebelum makan biasanya makanan akan dipotong di dapur sebelum disajikan, atau akan dipotong di meja, sehingga mudah untuk diambil
menggunakan sumpit. Apabila makanan belum dipotong, maka sumpit dapat digunakan untuk memotong makanan.
Bila diteliti dari artefak hasil penggalian di situs arkeologi, sendok sudah lebih dulu dipakai oleh orang Korea daripada sumpit. Sendok sudah dipakai orang
Korea sejak Zaman Perunggu. Sumpit ditemukan dari artefak asal zaman Tiga Kerajaan Korea. Berbeda dari sumpit Jepang atau sumpit Cina yang umumnya
dibuat dari kayu, sendok dan sumpit Korea dibuat dari logam seperti kuningan, perunggu, perak, atau baja tahan karat. Sewaktu makan, sendok dan sumpit tidak
dipakai secara bersamaan atau tidak dipegang dengan kedua belah tangan, melainkan secara bergantian. Ketika tidak dipakai, sumpit diletakkan di atas meja.
Sebagai alat makan, sujeo dipandang sebagai alat terpenting dalam kehidupan, dan sekaligus lambang kehidupan yang makmur. Oleh karena itu,
sujeo sering diberikan sebagai hadiah, khususnya untuk ulang tahun bayi dan
pesta pernikahan. Sekarang ini, sujeo juga dibeli sebagai cenderamata https:id.wikipedia.orgwikiSujeo
Anak-anak di Korea sejak kecil sudah diajarkan untuk menggunakan sumpit sebagai alat makan. Sumpit untuk anak kecil berbeda dengan sumpit untuk
orang dewasa. Anak kecil menggunakan sumpit yang menyatu, jadi dua sumpit itu menjadi satu atau tidak terpisah dan terdapat dua lubang untuk dimasukan ke jari.
Jadi ketika lubang sumpit dimasukan ke dalam jari maka tidak akan terjatuh. Ketika sudah agak dewasa sumpit itu akan diganti dengan sumpit yang sama
Universitas Sumatera Utara
seperti untuk orang dewasa. Jadi mereka akan terbiasa dengan sumpit sebagai alat makan utama di Korea.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material yang terdiri dari makanan dan peralatan makan masyarakat
Korea.
Adegan ke-2 Etika dalam Menyambut Tamu di Rumah
Gambar 4.3 Adegan mengenai etika dalam menyambut tamu di rumah muncul di
episode 9. Gambar 4.3 merupakan adegan yang diambil pada episode 9.
Alur Gambar 4.3: Pada saat jam kerja berakhir Jang Geu Rae mengundang Dong Shik untuk
datang ke rumahnya. Ketika mereka sampai di rumah Geu Rae, Dong Shik bertemu dengan Ibu Geu Rae yang sedang mengangkat pakaian dari jemuran. Geu
Rae mengajak Dong Shik untuk masuk ke dalam rumah. Jang Geu Rae mengajak Dong Shik untuk makan malam bersama di kamar Jang Geu Rae. Setelah selesai
makan malam akhirnya Jang Geu Rae menceritakan tentang masa lalunya yang dulunya mempunyai komitmen untuk menjadi seorang pemain Baduk profesional,
hingga akhirnya dia gagal dan harus melepas mimpinya. Jang Geu Rae pun
Universitas Sumatera Utara
bercerita bagaimana dia bisa masuk ke One Internasional. Setelah berbincang- bincang tentang banyak hal tidak terasa malam semakin larut dan Dong Shik pun
harus pulang ke rumahnya. Jang Geu Rae mengantarkan Dong Shik dan mengucapkan salam pada Dong Shik sambil membungkuk.
Temuan: Pada gambar 4.3 terlihat bahwa Jang Geu Rae masih tinggal di rumah
yang bergaya tradisional, yaitu hanok. Hanok adalah rumah tradisional Korea yang hampir tidak berubah dari jaman Tiga Kerajaan sampai dengan Dinasti
Joseon 1392-1910. Hanok dibangun tanpa menggunakan paku dan hanya disusun dengan sambungan balok kayu. Rumah-rumah untuk kaum bangsawan
terdiri dari sejumlah bangunan terpisah, satu untuk menampung wanita dan anak- anak, satu untuk kaum laki-laki dalam keluarga dan tamu-tamu mereka dan
bangunan lain untuk para pembantu, yang kesemuanya dikelilingi oleh sebuah tembok. Tempat ibadah keluarga untuk menghormati arwah leluhur dibangun di
belakang rumah. Sebuah kolam dengan bunga teratai kadang-kadang dibuat di depan rumah di luar tembok. Bentuk-bentuk rumah berbeda ini antara wilayah
bagian utara yang lebih dingin dengan daerah bagian selatan yang lebih hangat. Rumah sederhana dengan lantai berbentuk persegi panjang, dapur dan sebuah
ruang di setiap sisinya berkembang menjadi rumah berbentuk L di bagian selatan. Hanok
pada perkembangannya berubah bentuk menjadi mirip huruf U atau persegi yang mengelilingi sebuah halaman Pelayanan Kebudayaan dan Informasi
Korea, 2008: 179 Gambar 4.3 menunjukkan Jang Geu Rae mengundang Dong Shik ke
rumahnya dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Ketika Dong Shik akan meninggalkan rumah Jang Geu Rae, dia mengantar Dong Shik ke depan
rumahnya dan membungkuk mengucapkan “sampai besok.” Hal ini menggambarkan etika dalam menyambut tamu di Korea.
Di Korea, ketika seseorang diundang sebagai tamu ke rumah hal tersebut adalah suatu kehormatan besar. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut ingin
lebih dekat dan mengenal kita. Kunjungan ke rumah jauh lebih mengungkapkan kedekatan dan keintiman dibandingkan bertemu di sebuah restoran atau bar. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini merupakan salah satu alasan mengapa lebih mudah dan lebih cepat untuk mengembangkan suatu hubungan yang dekat dengan orang Korea dibandingkan
dengan Jepang dan orang Asia lainnya De Mente, 2008: 65. Tamu yang diundang ke rumah orang Korea selalu disajikan makanan.
Terkadang minuman atau jus buah dan hidangan pembuka akan ditawarkan di ruang tamu, namun sebagian besar makanan akan disajikan di kamar tidur utama,
yang disebut anbang. Diundang ke kamar tidur utama adalah suatu kehormatan. Sebuah meja rendah akan diletakkan dan seluruh makan akan disajikan pada saat
yang sama, dengan nasi dan sup berdekatan dengan piring untuk perorangan dan semua lauk diletakkan di tengah. Sebelum makan, tuan rumah sering mengatakan
‘kami tidak punya banyak makanan untuk dimakan, tetapi silahkan makan yang banyak.’ Hal ini mencerminkan sikap orang Korea yang bahkan jamuan besar
sekalipun tidak cukup baik untuk tamu mereka. Setelah makanan utama selesai, kopi maupun air putih akan disajikan ke tamu Vegdahl dan Hur, 2005: 162.
Ketika tamu siap untuk meninggalkan rumah, tuan rumah akan menemani tamu ke pintu, depan rumah, ataupun ke mobil, kemudian membungkuk maupun
melambaikan tangan ketika mereka akan pergi. Dalam situasi bisnis, suatu kebiasaan bagi orang Korea untuk mengantar klien atau pengunjung ke lift dan
menekan tombol lift untuk mereka, atau bahkan mengantar mereka ke depan gedung apabila posisi mereka penting atau merupakan kelas atas De Mente,
2008: 63. Tradisi membungkuk di Korea umumnya dibagi dalam 3 jenis yaitu
informal, formal dan sangat formal. Dari ketiganya itu dapat dibedakan dari sudut bungkuknya. Membungkuk 15 derajat untuk informal, 30-45 derajat untuk formal
dan 90 derajat hingga dahi menyentuh tanah untuk sangat formal. Membungkuk untuk seorang pria biasanya meletakkan kedua tangan di samping paha untuk
menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya meletakkan kedua tangan di atas paha. Membungkuk 15 derajat dipakai dalam pergaulan sehari-hari dengan
status sosial yang setara. Membungkuk 30-45 derajat dipakai dalam situasi formal terhadap orang yang status sosialnya lebih tinggi. Membungkuk 90 derajat dipakai
dalam situasi yang sangat formal dan menunjukkan rasa hormat tinggi. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
membungkuk 90 derajat juga dipakai ketika menunjukkan rasa bersalah maupun terima kasih yang mendalam. Dalam lingkungan kerja membungkuk 90 derajat
biasanya ditujukan pada CEO dan eksekutif-eksekutif yang memiliki posisi penting di perusahaan.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material, yaitu rumah tradisional Korea hanok dan nilai moral, yaitu etika
dalam menyambut tamu, yang terdiri dari mengajak tamu yang diundang ke rumah untuk makan malam, mengantar tamu sampai ke depan rumah dan
melakukan chol sambil mengucapkan salam pada saat tamu akan meninggalkan rumah.
Adegan ke-3 Penggunaan Hangul dan Telepon Seluler
Gambar 4.4 Adegan penggunaan hangul dan telepon seluler muncul di keseluruhan
episode, dimulai dari episode 1-20. Gambar 4.4 merupakan adegan yang diambil dari episode 18.
Alur Gambar 4.4: Tim Penjualan 3 sibuk bekerja pada proyek China ekspor panel surya.
Kim Dong Shik memberikan dokumen pada Jang Geu Rae dan menyuruhnya untuk mencari orang yang bertanggung jawab di Asosiasi Perdagangan. Ketika
Universitas Sumatera Utara
Dong Shik menuju meja Jang Geu Rae, dia melihat Jang Geu menerima pesan teks yang berisi
‘ 하선생님 : 그래씨~ 오늘도 좋은하루
Guru Ha: Semoga harimu menyenangkan, Geu Rae.’ Pesan tersebut dikirim oleh Ha Jung-yeon,
guru TK yang menyukai Geu Rae. Dong Shik menyarankan Jang Geu Rae untuk membalas kembali pesan teks tersebut karena gadis itu jelas sangat menyukai Jang
Geu Rae. Dong Shik juga mengatakan pada Jang Geu Rae untuk bersikap baik pada gadis itu karena tidak mudah bagi seorang wanita untuk menjadi seseorang
yang agresif. Namun kemudian Jang Geu Rae melihat ke arah papan nama di mejanya yang bertuliskan ‘
장 그 래 사원 계약 ’
Jang Geu Rae – karyawan
kontrak ’ dan mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat baginya untuk
menjalin hubungan dengan seorang wanita.
Temuan: Gambar 4.4 menunjukkan penggunaan hangul tulisan Korea dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Seluruh rakyat korea berbicara dan menulis dalam bahasa yang sama, yaitu hangul, yang menjadi faktor penentu
dalam pembentukan identitas nasional. Bahasa Korea memiliki beberapa dialek berbeda termasuk dialek standar yang digunakan di Seoul dan daerah-daerah lain.
Tetapi dialek-dialek tersebut hampir mirip sehingga seseorang tidak mengalami kesulitan memahami satu sama lain. Hanya dialek dari Provinsi Jejudo saja yang
begitu berbeda sehingga sulit dipahami oleh penduduk provinsi lain. Studi-studi linguistik dan etnologi telah mengklasifikasikan bahasa Korea
ke dalam kelompok bahasa Ural-Altaic, yang mencakup bahasa Turki, Mongol dan Tungus-Manchu. Hangul ditemukan oleh Raja Sejong pada abad ke-15 tahun
1446. Sebelum alfabet ini terbentuk, persentasi jumlah penduduk yang bisa membaca relatif kecil. Hanya sedikit rakyat Korea yang mampu menguasai huruf-
huruf Cina yang sulit, yang digunakan oleh kaum bangsawan. Hangul
yang terdiri dari 10 vokal dan 14 konsonan, dapat digabungkan untuk membentuk kelompok-kelompok suku kata yang berjumlah banyak. Sistem
alfabet ini sederhana namun sistematis dan menyeluruh, serta dianggap sebagai salah satu dari sistem penulisan paling ilmiah di dunia. Hangul mudah dipelajari
Universitas Sumatera Utara
dan dituliskan, sehingga sistem ini mampu memberikan sumbangan besar dalam tercapainya rata-rata melek huruf yang tinggi masyarakat Korea serta majunya
industri penerbitan di Korea Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008: 21.
Selain penggunaan hangul, gambar 4.4 juga menunjukkan penggunaan telepon seluler sebagai alat telekomunikasi di masyarakat Korea. Hal tersebut
juga menggambarkan kecanggihan teknologi di Korea dengan inovasi telepon seluler yang mendukung fitur untuk membuka pesan teks tanpa membuka
pelindung ponsel. Korea Selatan merupakan negara terkemuka sebagai pengembang dalam
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Produk-produk yang berkaitan dengan industri teknologi informasi dan komunikasi, seperti chip komputer dan
telepon seluler, mencapai 33 dari total ekspor Korea, dan hampir tiap warga Korea paling tidak memiliki satu buah telepon seluler. Di Korea semua sektor,
mulai dari industri layanan makanan sampai transportasi umum, sangat bergantung pada komputer dan teknologi informasi Layanan Informasi dan
Kebudayaan Korea, 2012: 237. Keajaiban di Sungai Han adalah sebuah istilah yang diberikan karena
pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, di bidang industrialisasi, pencapaian teknologi, pembangunan gedung- gedung pencakar langit yang terjadi di Korea
Selatan setelah bangkit dari puing-puing Perang Korea dan kini menjadi sebuah negara makmur. Industri elektronik Korea, seperti Samsung dan LG, menjadi
pesaing produk-produk elektronik buatan Cina, Eropa, Kanada bahkan Amerika, mulai dari ponsel canggih, televisi plasma, LCD sampai semikonduktor.
Samsung Electronics mengembangkan bisnis semikonduktor pada awal
1980-an. Selanjutnya, langkah Samsung di bisnis elektronik kian kencang. Berbagai produk mereka produksi mulai dari televisi, penyejuk ruangan hingga
telepon pintar berbasis teknologi Android. Telepon pintar Samsung kini menjadi pemimpin pasar. Dikutip dari AFP, 8 Juni 2014, Samsung saat ini menguasai 25,2
persen pasar telepon pintar dunia 74,3 juta unit. Laporan Forbes April 2014,
Universitas Sumatera Utara
pada 2013 Samsung Electronics menjual 314 juta telepon seluler ke pasar dunia http:vik.kompas.com.
LG adalah perusahaan asal Korea Selatan terbesar kedua yang memproduksi perangkat elektronik, dan juga merupakan perusahaan terbesar
ketiga di dunia dalam hal penggarapan perangkat elektronik serupa. Perkembangan
“LG Mobile Phone” sendiri baru dimulai sekitar akhir penghujung abad 20. Sejak tahun 1997 LG telah mengembangkan produk telepon seluler.
Kemudian, sekitar awal tahun 2000 mereka mengeluarkan LG Mobile Phone pertamanya. Tepat pada tahun 2003, LG tercatat sebagai produsen CDMA teratas.
Sementara itu, pada tahun 2007 LG mendemonstrasikan teknologi standar 3G MIMO untuk pertama kalinya. Dengan perkembangan sistem operasi komputer
yang tengah berkembang pada ponsel-ponsel pintar saat ini, LG pun turut menelurkan produk-produk terkini. Pada tahun 2011, LG meliris tablet dan ponsel
Android pertamanya secara resmi. Sementara itu, pada awal tahun 2012 LG berhasil meliris tablet dengan kamera 3D pertama. Dikutip dari AFP, 8 Juni 2014
LG berada di peringkat kelima dengan penguasaan pasar 4,9 persen pasar telepon pintar dunia http:vik.kompas.com.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah
nilai vital, tulisan Korea hangul dan telepon seluler.
Adegan ke-4 Pakaian Tradisional Korea
Gambar 4.5
Universitas Sumatera Utara
Adegan pakaian tradisional Korea terdapat pada episode 14. Gambar 4.5 merupakan adegan yang diambil dari episode 14.
Alur Gambar 4.5: Pagi hari di awal tahun baru, Jang Geu Rae memutuskan untuk keluar
rumah dan pergi berjalan-jalan ke suatu tempat. Malam sebelumnya Ibu Geu Rae menyarankan Geu Rae untuk beristirahat di suatu tempat karena besok kerabat
mereka akan datang ke rumah untuk berkunjung. Ia memutuskan untuk menuruti saran ibunya untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat menghindari berurusan
dengan kerabatnya, yang tidak senang dengan keputusannya untuk berhenti bermain Baduk. Pada saat keluar dari rumah Geu Rae melihat sebuah keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak yang mengenakan hanbok.
Temuan: Gambar 4.5 menunjukkan penggunaan hanbok pakaian tradisional pada
masyarakat Korea. Orang Korea masih memakai hanbok, namun hanya terbatas pada hari-hari libur khusus seperti tahun baru, Seollal tahun baru Korea dan
Chuseok hari raya panen dan pada perayaan keluarga seperti Hwangap, yaitu
peringatan ulang tahun orang tua ke-60. Pada zaman tiga kerajaan hanbok digunakan sebagai pakaian sehari-hari.
Laki-laki memakai jeogori semacam jas, baji celana panjang dan durumagi mantel luar dengan topi, ikat pinggang dan sepasang sepatu. Para wanita
memakai jeogori semacam jas pendek dengan dua pita panjang yang diikat untuk membentuk otgoreum simpul, rok panjang berpinggang tinggi yang
disebut chima, sebuah durumagi, beoseon kaos kaki katun putih dan sepatu berbentuk perahu. Hanbok telah diwariskan dengan bentuk yang sama untuk laki-
laki dan perempuan selama ratusan tahun dengan sedikit perubahan kecuali pada panjang jeogori dan chima. Pakaian ala Barat mulai dikomersialkan di Korea
setelah Perang Korea 1950-1953 dan pada era industrialisasi yang berlangsung cepat di tahun 1960-an dan 1970-an, penggunaan hanbok berkurang dan dianggap
kurang tepat sebagai pakaian sehari-hari. Tetapi, akhir-akhir ini, pencinta hanbok berkampanye untuk menghidupkan kembali hanbok dan telah memperbaharui
Universitas Sumatera Utara
modelnya agar lebih sesuai dalam lingkungan modern Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008: 181.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material, yaitu pakaian tradisional Korea hanbok.
Adegan ke-5 Penggunaan Peralatan Kantor
Gambar 4.6 Adegan penggunaan peralatan kantor muncul di keseluruhan episode,
mulai dari episode 1-20. Gambar 4.6 merupakan adegan yang diambil dari episode 3.
Alur Gambar 4.6: Tim Penjualan 3 memiliki masalah terkait dengan kasus ekspor kain lap
serat halus. Kim Dong Shik melewatkan salah satu isi kontrak yang disampaikan secara lisan oleh klien. Tim Penjualan 3 pun berangkat ke pabrik di Ulsan untuk
segera menyelesaikan masalah sebelum importir membatalkan kontrak. Jang Geu Rae membantu Oh Sang Sik untuk mencetak dokumen sertifikat daerah dan
mengirim sertifikat tersebut melalui faksimili ke agen forwarding perusahaan yang mengatur pengiriminan untuk orang lain agar kapal yang dibutuhkan bisa
dikirim ke Ulsan.
Universitas Sumatera Utara
Temuan: Gambar 4.6 menunjukkan penggunaan peralatan elektronik seperti
komputer, printer, mesin foto copy, mesin faksimili dan telepon untuk mendukung produktivitas karyawan di kantor. Ini menggambarkan penerapan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Keunggulan teknologi Korea sangat dikenal dalam industri otomotif dan
elektroniknya. Industri elektronik Korea, lewat merek Samsung dan LG, menjadi pesaing produk-produk elektronik buatan Cina, Eropa, Kanada, bahkan Amerika.
Keunggulan produk-produk elektronik Korea, Samsung dan LG, telah menguasai dunia, dari telepon seluler, televisi plasma, LCD, sampai semikonduktor.
Saat ini aneka produk teknologi Korea bertebaran, dengan beragam jenis dan kualitas. Sebut saja aneka merek seperti Hyundai, KIA, Samsung dan LG.
Korea Selatan saat ini telah mensejajarkan dirinya menjadi negara industri dunia yang sebelumnya dikuasai oleh negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Di
Asia posisi Korea selatan sebagai negara industri bersaing ketat dengan jepang yang terlebih dauhulu menguasai pasar industri dunia khususnya di bidang
industri otomotif dan teknologi. Keberhasilan negara Korea dalam menguasai pasar teknologi dunia salah
satunya didorong oleh pemerintah Korea yang menanamkan doktrin yang tidak bisa ditawar-tawar tentang cinta produk lokal sebagai bagian dari sikap patriot.
Apabila mereka menggunakan produk asing mereka merasa malu karena dianggap tidak membantu negara. Inilah yang membuat perusahaan Korea bisa hidup dan
terus berkembang karena mereka memiliki pangsa pasar yang luas. Korea Selatan adalah negara yang sangat hebat dalam nasionalisme
konsumennya. Negara ini memiliki merek-merek mobil Hyundai dan Kia yang awalnya punya citra medioker biasa-biasa saja. Namun karena kekuatan
nasionalisme konsumennya, saat ini mereka menjadi merek-merek global yang disegani di seluruh dunia. Apabila diperhatikan lebih teliti pada drama Korea
sering memperlihatkan penggunaan mobil di Korea yang tidak jauh dari merek Hyundai dan Kia. Mobil yang lalu-lalang di jalan tak jauh dari merek Hyundai
dan Kia. Sangat sedikit mobil-mobil Jepang atau Amerika-Eropa, bahkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Korea sangat anti pada mobil Jepang. Begitu juga dengan ponsel, masyarakat Korea terlihat lebih sering menggunakan merek ponsel Samsung dan
LG. Mereka bangga membeli dan memiliki merek buatan dalam negeri, tak hanya sebatas mobil dan ponsel, tetapi juga elektronik, tekstil, makanan-minuman,
hingga kerajinan. Adanya sikap anti-Jepang di Korea Selatan bukan tanpa alasan. Bagi
Korea, rasisme terhadap Jepang merupakan wujud dari kebanggaan nasional ekstrim mereka dan keinginan mereka agar Jepang mengakui segala
kekejamannya ketika menjajah Korea di masa lalu. Sentimen anti-Jepang juga didorong oleh pemerintah untuk tingkat tertentu, karena pemerintah Korea Selatan
melarang impor budaya Jepang yaitu musik, film, komik, acara tv, dan lain sebagainya sampai akhir tahun 1990-an. Dan tentu saja, ada keluarga yang
mengajarkan bentuk rasisme anti-Jepang kepada anak-anak mereka. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah
nilai vital, yaitu penerapan teknologi dalam kehidupan masyarakat Korea, yang terdiri dari komputer, printer, mesin foto copy, mesin faksimili dan telepon.
Adegan ke-6 Etika dalam Pertemuan Bisnis
Gambar 4.7
Universitas Sumatera Utara
Adegan mengenai etika dalam pertemuan bisnis muncul di 3 episode, yaitu episode 8, 12 dan 16. Gambar 4.7 merupakan adegan yang diambil dari episode
12. Alur Gambar 4.7:
Tim Baja dan Samjung akan bekerja sama dalam konsorsium batu bara di Meksiko. Tim Baja dan Tim Sumber Daya, yang juga terlibat dalam konsorsium
tersebut, mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Samjung di kantor One Internasional. Pada awal pertemuan Jung Hee Seok sebagai Manajer Tim Sumber
Daya dan Shin Woo Hyun sebagai Kepala Tim dari Samjung berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Kemudian keduanya saling bertukar kartu bisnis.
Temuan: Gambar 4.7 menunjukkan
Tim Baja dan Tim Sumber daya berdiri ketika perwakilan dari Samjung memasuki ruangan. Kedua perwakilan dari perusahaan
One Internasional dan Samjung saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri dan saling bertukar kartu bisnis etika dalam pertemuan bisnis di Korea. Ketika
menerima dan memberi kartu nama terlihat keduanya menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri menopang tangan kanan. Hal ini menggambarkan etika dalam
pertemuan bisnis di Korea. Di Korea Selatan, salam adalah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan
oleh seorang pengusaha. Menurut Chaney dan Martin, dalam pertemuan formal orang Korea akan berdiri untuk menyapa dan berjabat tangan sebagai salam ketika
memulai suatu pertemuan. Salam yang biasa antara laki-laki adalah membungkuk disertai dengan jabat tangan. Wanita tidak berjabat tangan sesering pria Lee,
2012: 189. Kartu bisnis memainkan peranan penting dalam membangun hubungan di
Korea Selatan. Orang Korea menaruh perhatian pada pentingnya pertukaran kartu nama, dengan cara tertentu. Biasanya, setelah berjabat tangan, kartu dipertukarkan
saat pertemuan awal. Apabila ekspatriat melakukan pertemuan bisnis di Korea kartu nama harus dibuat dengan dua bahasa dan harus disimpan dalam kotak
kartu, bukan di dompet atau saku. Kartu bisnis dipertukarkan saat berdiri. Cara
Universitas Sumatera Utara
formal memberikan dan menerima kartu bisnis adalah dengan kedua tangan atau tangan kiri ditempatkan di lengan kanan. Orang diharapkan untuk memegang
kartu dengan tangan kanan mereka. Apabila seseorang menggunakan tangan kiri ketika menerima atau memberi sesuatu, hal ini dianggap kasar dan merupakan
contoh buruk dalam tradisi budaya Korea. Setelah menerima kartu, penerima akan menganggukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasih De
Mente, 2008: 94. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah
nilai moral, yaitu etika dalam pertemuan bisnis yang terdiri dari saling berjabat tangan sambil memperkenalkan diri, saling bertukar kartu bisnis serta menerima
dan memberi kartu nama menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri menopang tangan kanan.
Adegan ke-7 Etika dalam Budaya Minum Sul
Gambar 4.8 Adegan etika dalam budaya minum sul muncul di 15 episode, yaitu pada
episode 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20. Gambar 4.8 merupakan adegan yang diambil dari episode 13.
Alur Gambar 4.8: Tim Penjualan 3 berhasil mendapatkan persetujuan untuk proposal bisnis
ekspor mobil bekas Yordania. Setelah selesai bekerja, Oh Sang Shik mengajak
Universitas Sumatera Utara
anggota timnya makan malam bersama untuk merayakan kesuksesan timnya. Mereka akhirnya makan malam di restoran yang menjual tulang rusuk ayam dan
sambil menikmati soju.
Temuan: Gambar 4.8 menunjukkan Tim Penjualan 3 sedang menikmati makan
malam bersama sambil menikmati soju untuk merayakan kesuksesan timnya. Oh Sang Shik menuangkan soju ke gelas Jang Geu Rae dan Dong Shik dan mereka
menerima minuman tersebut dengan dua tangan. Ketika Jang Geu Rae dan Dong Shik akan meminum soju tersebut mereka menghadap arah ke samping dan
memegang gelas dengan dua tangan. Sementara Manajer Chun meminum soju tersebut dengan tangan kanan memegang gelas dan tangan kiri menopang tangan
kanan. Hal ini menggambarkan etika dalam budaya minum sul pada masyarakat Korea.
Budaya minum sul minuman beralkohol adalah budaya yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Korea. Minum
minuman beralkohol juga memainkan peranan penting dalam hubungan interpersonal dan bisnis di Korea. Masyarakat Korea biasanya minum untuk
meredakan stres, memberikan kebebasan emosi mereka, dan untuk lebih mengenal satu sama lain.
Hampir semua kelompok sosial yang ada di Korea minum sul bersama untuk menjaga keharmonisan di antara anggota kelompoknya. Budaya minum sul
sangat erat kaitannya dengan sistem kolektivisme yang terdapat dalam masyarakat Korea. Para pekerja di Korea menganggap penting sul karena dengan saling tawar
menawari sul mereka dapat menunjukkan rasa kasih sayang mereka kepada rekan kerjanya yang sudah mereka anggap sebagai anggota keluarganya. Ini
dikarenakan adanya anggapan di Korea bahwa suatu perusahaan itu sama saja dengan keluarga besar dengan para karyawannya sebagai anggota keluarganya
Choi, 2007: 26. Soju
adalah salah satu sul atau minuman beralkohol yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Korea. Soju terbuat dari nuruk ragi yang
difermentasi, beras dan air. Sul ini dibuat oleh Kublai Khan, cucu dari Genghis
Universitas Sumatera Utara
Khan, saat ia mempersiapkan invasi ke Jepang di Andong. Andong adalah daerah yang terkenal dengan kualitas airnya yang bagus sehingga membuat soju dari
daerah ini memiliki kualitas yang baik. Soju adalah barang komoditi bernilai tinggi pada masa lalu. Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman dahulu soju
digunakan untuk tujuan pengobatan Jong, 1997: 228. Pada zaman dahulu, soju dibuat dengan cara difermentasi dan disuling,
tetapi soju yang beredar di Korea saat ini, sebagian besar dibuat dengan cara menambahkan air pada alkohol murni karena sangat sulit memproduksi soju
dengan difermentasi dan disuling dalam jumlah besar. Kadar alkohol dalam soju adalah 20
– 35. Soju yang paling terkenal dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Korea pada saat ini adalah soju yang diproduksi oleh perusahaan Jillo
yang bermerk ’Chamiseul 참이슬’, dan soju yang diproduksi oleh perusahaan
Lotte yang bermerk ’Choeum Chorom 처음처럼.’
Pada gambar 4.8 menunjukkan Oh Sang Shik menuangkan soju ke gelas Jang Geu Rae dan Dong Shik. Lalu kemudian mereka menerima minuman
tersebut dengan dua tangan. sebelum akan meminum soju tersebut Jang Geu Rae dan Dong Shik memiringkan badan arah ke samping dan memegang gelas dengan
dua tangan, lalu kemudian meminumnya. Ketika seseorang dengan status yang lebih tinggi menuangkan minuman pada junior atau orang yang lebih rendah
statusnya maka penerima harus menerima minuman dengan dua tangan atau memegang gelas dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang lengan kanan
bawah. Saat di hadapan orang yang status sosialnya lebih tinggi, meminum minuman dengan posisi berhadapan dianggap tidak sopan. Orang tersebut harus
memiringkan badan dan kepala ke samping ketika akan menikmati minuman yang sudah dituangkan Vegdahl dan Hur, 2005: 159.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu etika dalam budaya minum sul, yang terdiri dari menerima
minuman dari orang yang posisinya lebih tinggi dengan dua tangan, memegang gelas dengan dua tangan atau dengan tangan kanan memegang gelas dan tangan
kiri menopang tangan kanan serta memiringkan badan ke arah samping ketika minum di hadapan orang yang posisi atau statusnya lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Adegan ke-8 Budaya CholMembungkuk
Gambar 4.9 Adegan budaya chol atau membungkuk muncul di keseluruhan episode
mulai dari episode 1-20. Gambar 4.8 merupakan adegan yang diambil dari episode 4.
Alur Gambar 4.9: Seluruh karyawan magang mengadakan presentasi di depan direktur
eksekutif dan seluruh kepala departemen One Internasional sebagai tim penilai. Wawancara presentasi ini merupakan tahap yang menentukan karyawan magang
akan diangkat menjadi karyawan tetap atau tidak. Suk Yool dan Geu Rae adalah pasangan terakhir yang mengadakan presentasi. Moderator memanggil nama Suk
Yool dan Geu Rae untuk memulai presentasinya. Sebelum memulai presentasinya Suk Yool dan Geu Rae terlebih dahulu membungkuk memberi salam pada
direktur eksekutif dan seluruh kepala departemen.
Temuan: Gambar 4.9 menunjukkan sebelum Jang Geu Rae dan Han Suk Yool
memulai presentasinya mereka membungkuk dalam membungkuk 90 derajat
kepada tim penilai yang merupakan atasan mereka di One Internasional. Ini menggambarkan sikap rasa hormat seorang bawahan kepada atasannya.
Sikap hormat berdasarkan usia dan senioritas masih menjadi bagian penting dari budaya Korea dan mempengaruhi bagaimana seseorang
membungkuk kepada orang lain. Chol atau membungkuk, yang merupakan elemen kunci dalam etiket masyarakat Korea sejak zaman dulu, masih menjadi
bagian penting dari sikap saat ini. Di masyarakat Korea sendiri, mereka masih
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan cara membungkuk yang tepat. Semakin dalam seseorang membungkuk, semakin menunjukkan rasa hormat, rasa bersalah, atau rasa terima
kasih. Umumnya, atasan hanya akan sedikit menganggukkan kepala untuk membalas sapaan bawahannya ketika membungkuk. Jika seorang bawahan
menginginkan sesuatu atau berada dalam kesulitan, mereka akan membungkuk semakin dalam dan menahannya sedikit lama. Aturan penting lain dalam etika
membungkuk adalah orang dengan status atau posisi yang lebih rendah diharapkan harus membungkuk terlebih dahulu De Mente, 2008: 52.
Di Asia, Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki kebiasaan membungkuk dalam memberi salam. Budaya membungkuk di Jepang Ojigi
biasanya dilakukan dengan posisi punggung lurus. Ketika menyapa satu sama lain, berterima kasih maupun mengucapkan salam perpisahan biasanya
masyarakat Jepang akan membungkuk berulang kali, sementara di Korea seseorang hanya akan membungkuk satu kali saja http:infomory.com. Orang
Jepang terus berbalas-balasan membungkuk karena dianggap tidak sopan jika seseorang tidak membalas tradisi membungkuk orang Jepang. Sering kali ketika
orang Jepang memberi salam dengan membungkuk, mereka akan memulainya dengan bungkukan yang paling dalam kemudian disusul dengan bungkukan yang
rendah hingga yang terkecil. Hal ini mereka lakukan karena mereka melihat orang yang ada di depannya membungkuk juga, sehingga dia berpikir bahwa dia harus
membungkuk lagi untuk membalas orang tersebut. Kemudian orang yang di depannya juga berpikiran sama, sehingga mereka akan membungkuk lagi dan lagi.
Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu membungkuk dalam 90 derajat pada orang yang posisi
atau statusnya lebih tinggi.
4.2.2 Analisis Penyifatan