Universitas Sumatera Utara
di Korea, para reformis Konfusianisme bergabung dengan banyak pergerakan kemerdekaan untuk berperang melawan penjajahan Jepang. Kini, upacara
Konfusian untuk menghormati roh para leluhur tetap dilaksanakan dan ketaatan pada orang tua sangat dihargai sebagai suatu kebajikan dalam masyarakat Korea
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 31. Banyak orang mengira bahwa Konfusianisme adalah suatu ajaran filsafat
untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Di Korea, nilai Konfusianisme mempengaruhi nilai dan norma mengenai pernikahan, keluarga,
politik, dan hubungan sosial lainnya. Etika dan moral orang Korea masih diliputi oleh pandangan-pandangan konfusianisme. Rasa sayang kepada keluarga, setia
kawan, hormat pada guru, bekerja keras, setia pada pekerjaan dan karakter- karakter lainnya menunjukkan bahwa masih melekatnya nilai-nilai Konfusianisme
pada budaya Korea. Bahkan, hingga saat ini ekspresi bentuk hormat dalam bahasa Korea masih terus dipergunakan. Ekspresi hormat dengan cara meninggikan
lawan bicara dan merendahkan diri sendiri inipun merupakan ekspresi nilai-nilai konfusianisme.
2.2.6 Drama Korea
Drama Korea yang ada saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan dibandingkan dengan drama Korea pada masa lampau. Seni
pertunjukan di Korea telah dikenal luas sejak masa kerajaan Goryeo. Pada saat itu seni pertunjukan yang terkenal salah satunya adalah tarian, dan merupakan asal
mula pertunjukan drama di Korea. Pada awalnya, drama dan seni pertunjukan di Korea merupakan pengaruh dari China dan Semenanjung Barat Korea. Hal ini
terbukti pada tarian pada masa Dinasti Goryeo yang merujuk ke China dan musiknya yang mengalami pengaruh dari pertunjukan seni di Jepang. Pada masa
dinasti Joseon drama dan seni pertunjukan di Korea mengalami masa-masa yang sulit. Hal ini dikarenakan penyebaran nilai-nilai konfusianisme yang keras di
tengah masyarakat menyebabkan kegiatan seni pertunjukan dan drama di Korea dibatasi. Pada masa ini kebanyakan pertunjukan drama dan pertunjukan-
pertunjukan lainnya tidak dicatat atau meskipun dicatat kebanyakan catatan-
Universitas Sumatera Utara
catatan tersebut rusak atau hilang pada abad ke-19 karena masalah sosial dan politik Hunggyu, 1997: 122.
Menurut catatan sejarah ada lima seni pertunjukan yang sangat terkenal di Korea, yaitu tari topeng mask dance, teater boneka puppet theatre, changguk,
shinpaguk , dan drama modern Korea Korean modern drama. Tari topeng mask
dance biasa disebut talchum di Korea dan merupakan salah satu bentuk drama
tradisional Korea yang masih hidup hingga sekarang. Talchum kadang-kadang disebut juga sandaenori, talnori, pyolsin kunnori, totpoegi dan tulnorum. Tari
topeng biasanya dipentaskan di tempat yang cukup luas dengan penonton duduk melingkar mengelilingi tempat pementasan. Secara keseluruhan struktur dari tari
topeng berdasarkan beberapa babak pementasan yang digambarkan secara bebas dan saling berkaitan antara satu dan yang lainnya. Dalam pementasan tari topeng,
para pemain tidak dibatasi oleh waktu atau bentuk dari tempat pementasan. Para pemain dalam tari topeng lebih memfokuskan pada alur cerita dan pemecahan
masalah dalam cerita Hunggyu, 1997: 124. Di Korea teater boneka puppet theatre tradisional biasanya disebut
kkoktukkakshi noreum . Istilah ini berasal dari satu-satunya sandiwara boneka yang
masih hidup di Korea saat ini. Pada awalnya, ada beberapa sandiwara boneka di Korea, tetapi hilang lebih dari bertahun-tahun yang lalu. Teater boneka biasanya
dipentaskan di tempat terbuka seperti tari topeng, tetapi di pementasan teater boneka, para penonton duduk menghadap ke panggung pementasan tidak
melingkar seperti di pementasan tari topeng. Salah satu yang unik dari teater boneka di Korea adalah dalangnya tidak menggerakkan boneka dengan
menggunakan tali, tetapi menggunakan tangan dan melakukan narasi setiap pemain dari tempat yang tertutup dari panggung Hunggyu, 1997: 126-127.
Changguk merupakan seni pertunjukan yang diadaptasi dari pansori tetapi
menggunakan pementasan gaya Barat. Changguk pertama kali muncul karena dipentaskan oleh dua grup yang berbeda antara tahun 1902 sampai tahun 1909.
Kedua grup tersebut adalah Hyomyulsa dan Wongaksa yang dikenal sebagai grup pementasan lagu-lagu rakyat tradisional. Kedua grup tersebut mementaskan
pansori dan lagu-lagu rakyat dari Seoul dan Kyeonggi tetapi dengan gaya yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai changguk, pansori dengan pementasan gaya barat. Shinpaguk merujuk kepada teater komersial pada tahun
1915 dan menjadi populer sekitaran tahun 1920-1930-an. Shipanguk masuk ke Korea karena pengaruh dari budaya pop Jepang yang kuat saat itu. Pada saat itu,
bangsa Korea sedang kehilangan rasa nasionalismenya dan tertarik dengan modernisasi dan westernisasi. Hal inilah yang menyebabkan kepopuleran
shinpanguk sebagai teater dalam bentuk drama sentimental dan melodrama
Hunggyu, 1997: 129-131. Drama modern adalah bentuk baru dari teater ketika shinpaguk sedang
mendominasi panggung teater di Korea. Drama modern pertama kali diperkenalkan dengan sungguh-sungguh pada tahun 1920-an oleh kugyaesul
yonguhoe Drama Research Society mahasiswa Korea di Tokyo dan Kyongsong
High Scholl theatre company, kaldophoe . Meskipun begitu, bentuk drama ini
kurang populer di Korea. Hal ini dikarenakan drama modern merupakan adaptasi langsung dari Barat sehingga tidak sejalan dengan sensibilitas masyarakat Korea
saat itu. Hal lainnya adanya tekanan dari penjajah dan kurangnya fasilitas yang memadai menyebabkan drama modern kurang berkembang di Korea. Pada tahun
1930, sebuah perusahaan Sawolhoe berniat membuat sebuah drama modern tentang realita kehidupan masyarakat korea di bawah penjajahan. Akan tetapi,
masalah-masalah seperti kurangnya fasilitas dan tekanan dari penjajah terus mempengaruhi perkembangan drama di Korea hingga tahun 1930 dan tahun 1950-
an Hunggyu, 1997: 132-133. Jenis-jenis drama di atas merupakan cikal bakal terbentuknya drama-
drama modern Korea saat ini. Ada beberapa perbedaan antara drama Korea pada masa lampau dan sekarang. Pertama, pada masa lampau tempat pementasan
merupakan sebuah panggung pertunjukan, sedangkan sekarang merupakan studio televisi. Akan tetapi, pada masa sekarang pun masih ada drama yang
dipertunjukan di panggung pertunjukan meskipun beberapa diantaranya merupakan adaptasi dari drama yang telah dipertontonkan di stasiun televisi di
Korea. Kedua, alur cerita drama Korea pada masa lampau memiliki perbedaan yang signifikan. Drama-drama modern Korea lebih banyak mengangkat tema
pada kehidupan masyarakat Korea yang modern atau kehidupan kelas atas
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Korea, sedangkan drama pada masa lampau lebih memiliki cerita yang lebih beragam.
Seiring dengan perkembangan zaman, drama Korea pun mengalami perkembangan yang signifikan. Sejak televisi pertama mengudara di Korea
panggung pertunjukkan drama di Korea pun berubah menjadi studio. Pada tahun 1956, siaran televisi di Korea mengudara untuk pertama kalinya. Sejak saat itu,
dunia pertelevisian Korea mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dalam bidang program maupun organisasinya. Hal ini juga mempengaruhi
perkembangan drama di Korea. Pada tahun 1961, salah satu stasiun televisi Korea, KBS-TV menyiarkan drama televisi pertama di Korea. Dalam drama televisi,
peralatan pertunjukkan dimodifikasi dari radio menjadi mikrofon, film menjadi kamera serta panggung menjadi studio. Pada saat itu, panggung utama bukan lagi
panggung pertunjukkan melainkan studio televisi. Hal inilah yang menjadi awal terbentuknya drama televisi di Korea yang sekarang lebih dikenal sebagai drama
Korea dan telah menyebar hampir di seluruh bagian dunia Changhee, 1995: 118. Pada tahun 1990 drama televisi Korea di produksi dengan lebih serius
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya Changhee, 1995: 115. Di pertengahan tahun ini budaya pop Korea, khususnya film dan drama televisi
Korea mulai booming di negara-negara Asia.
2.3 Model Teoritik
Model teoritik merupakan dasar pemikiran dari peneliti yang dilandasi dengan konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Hal
ini dimaksudkan agar peneliti mampu menjelaskan operasional fenomena penelitian kualitatif dengan terstruktur dan efektif. Berdasarkan teori yang telah
dijabarkan sebelumnya, model teoritik yang terbentuk adalah: