Analisis Penyifatan Penyajian Data dan Analisis Data

Universitas Sumatera Utara memperhatikan cara membungkuk yang tepat. Semakin dalam seseorang membungkuk, semakin menunjukkan rasa hormat, rasa bersalah, atau rasa terima kasih. Umumnya, atasan hanya akan sedikit menganggukkan kepala untuk membalas sapaan bawahannya ketika membungkuk. Jika seorang bawahan menginginkan sesuatu atau berada dalam kesulitan, mereka akan membungkuk semakin dalam dan menahannya sedikit lama. Aturan penting lain dalam etika membungkuk adalah orang dengan status atau posisi yang lebih rendah diharapkan harus membungkuk terlebih dahulu De Mente, 2008: 52. Di Asia, Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki kebiasaan membungkuk dalam memberi salam. Budaya membungkuk di Jepang Ojigi biasanya dilakukan dengan posisi punggung lurus. Ketika menyapa satu sama lain, berterima kasih maupun mengucapkan salam perpisahan biasanya masyarakat Jepang akan membungkuk berulang kali, sementara di Korea seseorang hanya akan membungkuk satu kali saja http:infomory.com. Orang Jepang terus berbalas-balasan membungkuk karena dianggap tidak sopan jika seseorang tidak membalas tradisi membungkuk orang Jepang. Sering kali ketika orang Jepang memberi salam dengan membungkuk, mereka akan memulainya dengan bungkukan yang paling dalam kemudian disusul dengan bungkukan yang rendah hingga yang terkecil. Hal ini mereka lakukan karena mereka melihat orang yang ada di depannya membungkuk juga, sehingga dia berpikir bahwa dia harus membungkuk lagi untuk membalas orang tersebut. Kemudian orang yang di depannya juga berpikiran sama, sehingga mereka akan membungkuk lagi dan lagi. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu membungkuk dalam 90 derajat pada orang yang posisi atau statusnya lebih tinggi.

4.2.2 Analisis Penyifatan

Analisis penyifatan menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi objek tertentu dirujuk yang secara tidak langsung juga mengandung nilai-nilai sosial pada masyarakat Korea. Universitas Sumatera Utara Adegan ke-9 Penggunaan Honorifik terhadap Atasan Gambar 4.10 Adegan penggunaan honorifik terhadap atasan muncul di keseluruhan episode mulai dari episode 1-20. Gambar 4.10 merupakan adegan yang diambil dari episode 10. Alur Gambar 4.10: Asisten Manajer Ha bekerja lembur di kantor dan menyelesaikan proyek yang ditugaskan padanya setelah tengah malam. Dia sedikit khawatir pada Young Yi karena Young Yi belum pulang ke kantor sejak dia menyuruh Young Yi ke Pyeongtaek untuk memastikan bahwa pupuk di penyimpanan Seobu Chemical dikirim ke pelabuhan Incheon besok pagi. Dia akhirnya menelepon Young Yi dengan telepon kantor. Han Suk Yool mengangkat telepon seluler milik Ahn Young Yi dan melihat tulisan ‘Ha Sung Joon Sunbaenim’ di layar telepon genggam Young Yi. Suk Yool menunjukkan ke Young Yi bahwa ada telepon dari Pak Ha dan membantu Ahn Young Yi untuk menjawab telepon dari Manajer Ha dengan mendekatkan telepon tersebut ke telinga Ahn Young Yi. Ahn Young yang saat itu sedang mengemudi dengan segera menjawab telepon dan berkata “Ya Daerinim?.” Universitas Sumatera Utara Temuan: Pada gambar 4.10 ditunjukkan Ahn Young menggunakan bahasa formal- honorifik pada atasannya yang terlihat dari tulisan di telepon seluernya, yaitu Ha Sung Joon Sunbaenim dan saat dia menjawab telepon dengan “Ya Daerinim?” Ini menggambarkan bentuk rasa hormat Ahn Young sebagai bawahan terhadap mitra tuturnya Asisten Manajer Ha yang merupakan atasannya. Kata ‘Ha Sung Joon Sunbaenim ’ Senior Ha Sung Joon yang terhormat dan kalimat ‘Ya Daerinim’ Asisten Manajer yang terhormat sama-sama terdapat suffix nim yang menekankan rasa hormat Ahn Young Yi terhadap Ha Sung Joon sebagai senior dan juga asisten manajer di Timnya. Melalui adegan tersebut dapat dilihat bahwa di dalam bahasa Korea, seorang penutur harus menentukan posisinya terlebih dahulu terhadap posisi mitra tuturnya dan juga tidak boleh melanggar kesantunan berbahasa. Bentuk penghormatan terhadap mitra tutur diberikan dengan mempertimbangkan situasi percakapan formal atau nonformal, usia, jabatan, posisi sosial, dan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Masyarakat Korea didasarkan pada sistem hirarki sosial Konfusianime, di mana orang Korea perlu mengetahui posisi atau status orang lain untuk menentukan bagaimana berhubungan dengan dia, apakah dalam hal penghormatan yang diberikan atau bahasa untuk digunakan dalam berkomunikasi. Perusahaan Korea merupakan bagian dari sistem sosial dan identitas individu terikat dengan posisi yang mereka pegang dalam organisasi tertentu. Oleh sebab itu, mengetahui posisi seseorang dalam sebuah perusahaan Korea sangat diperlukan agar bisa menyesuaikan sikap dan bahasa ketika berinteraksi. Orang-orang yang berada di usia empat puluhan dan yang lebih tua lebih sensitif terhadap posisi dan hirarki. Ketika menyebut atau menyapa seseorang dengan status yang lebih tinggi, orang dengan posisi lebih rendah harus menambahkan honorifik nim pada akhir jabatan atau posisi sosial mitra tuturnya. Hal ini menunjukkan rasa hormat pada seseorang dengan status yang lebih tinggi Vegdahl dan Hur, 2005: 202. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu penggunaan bahasa formal-honorifik pada orang yang posisinya lebih tinggi. Adegan ke- 10 Etika dalam Menyambut Tamu di Kantor Gambar 4.11 Adegan etika dalam menyambut tamu di kantor muncul di 2 episode, yaitu episode 15 dan 18. Gambar 4.11 merupakan adegan yang diambil dari episode 15. Alur Gambar 4.11: Jang Baek Ki menemui seniornya yang memiliki layanan bisnis penyewaan. Baek Ki berkunjung ke kantor seniornya bersama dengan Jang Geu Rae. Pada saat mereka sampai di kantor Senior Jang Baek Ki dengan ramah menyambut kedatangan mereka dan menanyakan kabar Baek Ki. Senior Baek Ki menyuruh sekretarisnya membawakan teh untuk tamunya dan mengajak Baek Ki dan Geu Rae ke ruangan pertemuan untuk berbincang-bincang. Baek Ki menjelaskan maksud kedatangannya bahwa dia mendapatkan tugas dari perusahannya untuk menjual sesuatu. Di saat sedang menjelaskan tugas apa yang sedang diterimanya, sekretaris dari perusahaan masuk ke dalam ruangan dan menyajikan teh kepada mereka. Universitas Sumatera Utara Temuan: Gambar 4.11 menunjukkan senior Jang Baek Ki menyambut kedatangannya dan Jang Geu Rae ke kantor. Senior Baek Ki meminta sekretaris kantor untuk menyajikan teh hijau untuk tamunya, tanpa menanyakan sebelumnya minuman apa yang diinginkan oleh tamunya. Hal tersebut menggambarkan budaya minum teh hijau dan kebiasaan orang Korea dalam menyambut tamu yang berkunjung ke kantor. Setiap kali tamu mengunjungi kantor seseorang, tamu akan disajikan minuman. Tamu biasanya tidak ditanya terlebih dahulu minuman apa yang dia inginkan, namun juga tidak sopan apabila menolak apa yang sudah ditawarkan. Tamu tidak akan selalu ditanya jenis minuman yang dia inginkan atau apakah lebih suka kopi atau teh hijau. Sekretaris di Korea terbiasa mempersiapkan sesuatu untuk tamu ketika ada tamu yang berkunjung ke kantor De Mente, 2008: 212. Dulunya, teh hijau ditawarkan kepada dewa-dewa melalui ritual minum teh serta tamu sebagai tanda hormat dan sukacita orang yang menyajikan teh. Sarjana Konfusius menggunakan teh sebagai cara untuk mengembangkan disiplin mental dan disiplin diri. Bahkan pada zaman dahulu, dikatakan bahwa secangkir teh adalah awal dari Zen. Jadi, ketika seorang biksu mengatakan minum teh sebelum Anda pergi itu berarti minum teh dan capailah pencerahan pada dirimu sendiri, karena upacara minum teh hijau dianggap oleh para biksu sebagai ukuran pendisiplinan untuk memurnikan pikiran. Rakyat jelata juga percaya bahwa teh hijau membantu meringankan kesepian dan menenangkan jiwa yang sakit. Dengan memberikan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari, teh hijau dianggap membantu menemukan kebenaran hidup Choi dan Lim, 2007: 109. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai vital, yaitu aktivitas minum teh hijau dan nilai moral, yaitu etika dalam menyambut tamu di kantor, yang terdiri dari menyajikan teh hijau kepada tamu yang berkunjung. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis Pernyataan