Konfusianisme pada Masyarakat Korea

Universitas Sumatera Utara i. Nilai sosial dapat mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif.

2.2.5 Konfusianisme pada Masyarakat Korea

Pada kehidupan bermasyarakatnya, Korea Selatan tidak akan lepas dari agama dan kepercayaan yang mereka anut. Sehingga peranan penting yang dimainkan oleh agama dan kepercayaan di Korea Selatan dapat membentuk sekaligus mengembangkan budaya dan karakter masyarakatnya. Pengaruh kuat yang dimiliki oleh agama dan kepercayaan tersebut tercermin dalam pemikiran dan tingkah laku masyarakat Korea Selatan. Pada umumnya agama yang dominan dianut oleh bangsa Korea adalah Budha, Konfusianisme, Kristen dan Katolik. Pada tahun 1995 pemerintah Korea menyatakan Konfusianisme sebagai agama, tetapi bukan sebagai agama negara melainkan sebuah kepercayaan yang setara dengan agama. Hampir sebagian masyarakat Korea yang tidak memiliki suatu agama maupun yang memiliki agama, dalam menjalankan kehidupannya dipengaruhi oleh Konfusianisme. Hal ini dikarenakan bila dilihat dari konteks kekinian, Konfusianisme lebih dianggap sebagai filosofi moral kehidupan ketimbang sebuah agama. Di Korea pada umumnya Konfusianisme memiliki pengaruh kuat pada kehidupan masyarakat. Konfusianisme didasarkan pada kepercayaan bahwa hubungan kekeluargaan adalah dasar hubungan sosial. Didirikan oleh Konghucu dilatinkan menjadi Konfusius pada abad ke-6 Sebelum Masehi, Konfusianisme lebih condong kepada petunjuk etika moral dibandingkan kepercayaan agama. Konfusianisme adalah sistem ajaran etika - kebajikan, kebenaran, kesopanan dan kepemimpinan yang bijaksana – yang dirancang untuk menginspirasi dan mempertahankan pengelolaan keluarga dan masyarakat secara tepat benar. Konfusianisme merupakan kepercayaan bukan agama karena di dalam sebuah agama terdapat konsep Tuhan. Namun di dalam Konfusianisme tidak terdapat konsep Tuhan. Walau demikian, para pengikut ajaran ini telah menganggap Konfusius sebagai orang suci dan dengan taat Universitas Sumatera Utara mengikuti ajaran-ajaran utama dari sistem yang ia ciptakan Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 29. Konfusianisme diperkenalkan bersamaan dengan naskah-naskah tulisan budaya China pada masa awal perkembangan agama Kristen. Tiga Kerajaan Goguryeo, Baekje dan Silla meninggalkan catatan-catatan yang menunjukkan keberadaan awal mulanya pengaruh Konfusianisme. Di kerajaan Goguryeo, sebuah universitas negeri yang disebut Daehak didirikan pada tahun 372 dan akademi-akademi Konfusianisme swasta didirikan di propinsi-propinsi. Bahkan kerajaan Baekje telah mendirikan institusi semacam itu sebelumnya Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 29. Kerajaan Silla Bersatu mengirim delegasi cendekiawan ke daerah Tang di China untuk mengamati kinerja institusi Konfusianisme secara langsung dan membawa pulang naskah-naskah tulisan mengenai hal itu. Pada abad ke-10 bagi Dinasti Goryeo, agama Budha adalah agama negara, dan Konfusianisme menjadi tulang punggung bagi struktur dan filosofi negara. Ujian masuk pegawai negeri Gwageo, yang mengadopsi sistem di China pada akhir abad ke-10, sangat mendorong pikiran orang Korea untuk belajar Konfusianisme klasik serta berhasil menanamkan secara mendalam nilai-nilai Konfusianisme dalam pikiran rakyat Korea Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 30. Dinasti Joseon, yang didirikan pada tahun 1392, menerima Konfusianisme sebagai ideologi resmi dan mengembangkan sistem pendidikan, upacara dan administrasi sipil yang didasarkan pada Konfusianisme. Ketika negara-negara Barat dan Jepang mulai mulai melakukan serangan-serangan militer pada akhir abad ke-19 untuk memaksa Korea untuk membuka diri terhadap pengaruh luar, para penganut Konfu sianisme membentuk “tentara kebenaran” untuk berperang melawan para penyerang asing Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 30. Pada zaman itu terdapat juga usaha untuk mengubah Konfusianisme dan mengadaptasikannya dengan kondisi pada saat itu. Para reformis ini menerima peradaban Barat yang baru dan berupaya untuk membentuk pemerintahan yang modern dan independen. Di samping itu, selama masa penjajahan kolonial Jepang Universitas Sumatera Utara di Korea, para reformis Konfusianisme bergabung dengan banyak pergerakan kemerdekaan untuk berperang melawan penjajahan Jepang. Kini, upacara Konfusian untuk menghormati roh para leluhur tetap dilaksanakan dan ketaatan pada orang tua sangat dihargai sebagai suatu kebajikan dalam masyarakat Korea Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 31. Banyak orang mengira bahwa Konfusianisme adalah suatu ajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Di Korea, nilai Konfusianisme mempengaruhi nilai dan norma mengenai pernikahan, keluarga, politik, dan hubungan sosial lainnya. Etika dan moral orang Korea masih diliputi oleh pandangan-pandangan konfusianisme. Rasa sayang kepada keluarga, setia kawan, hormat pada guru, bekerja keras, setia pada pekerjaan dan karakter- karakter lainnya menunjukkan bahwa masih melekatnya nilai-nilai Konfusianisme pada budaya Korea. Bahkan, hingga saat ini ekspresi bentuk hormat dalam bahasa Korea masih terus dipergunakan. Ekspresi hormat dengan cara meninggikan lawan bicara dan merendahkan diri sendiri inipun merupakan ekspresi nilai-nilai konfusianisme.

2.2.6 Drama Korea