Universitas Sumatera Utara
ataupun diminta datang ke laboratorium. Analisis isi juga relatif murah, tidak terbentur masalah perizinan penelitian. Bahan-bahan penelitian mudah didapat
terutama di perpustakaan-perpustakaan, atau di bagian dokumentasi audio visual. Biaya untuk coder relatif lebih murah dibandingkan biaya operasional pengumpul
data untuk survei. Kekurangan analisis isi terpenting adalah ia hanya meneliti pesan yang
tampak, sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari analisis isi. Oleh karena itu, analisis isi kualitatif seperti semiotic, discourse, analisis framing,
ataupun textual analysis dapat menutupi kekurangan ini. Kekurangan terpenting lain adalah kesulitan menentukan media atau tempat memperoleh pesan-pesan
yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Meneliti berita kerusuhan, misalnya, akan kesulitan jika kita menetapkan pengambilan sampel medianya
secara random, baik sistematis maupun simple random. Karena tidak semua media yang dipilih secara random itu ada berita kerusuhannya.
Kelemahan lain, adalah bahwa pesan komunikasi tidak selamanya merefleksikan fakta, terkadang memang ada usaha untuk membelokkan dunia
simbolis yang ada di media pesan dari realitas yang sesungguhnya. Karena itu untuk penelitian analisis isi yang bertujuan untuk memahami realitas sosial,
penelitian ini perlu dikonfirmasi dengan penelitian lainnya.
2.2.4 Nilai-Nilai Sosial
Di dalam setiap kehidupan sosial terdapat pandangan tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas, dan biasanya dijadikan sebagai pedoman bagi
tata kelakuan masyarakat. Pedoman tata kelakuan dari pandangan hidup masyarakat tersebut biasanya dimulai dari pandangan unit kesatuan sosial terkecil,
yaitu keluarga, masyarakat, suku bangsa, hingga bangsa sampai pada masyarakat internasional Setiadi Kolip, 2011: 115.
Secara definitif, Theodorson mengemukakan, bahwa nilai merupakan sesuatu yang asbtrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam
bertindak dan bertingkah laku. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak Basrowi, 2005: 79-80. Adapun
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai yang menyangkut tentang nilai sosial adalah nilai perilaku yang menggambarkan suatu tindakan masyarakat, nilai tingkah laku yang
menggambarkan suatu kebiasaan dalam lingkungan masyarakat, serta nilai sikap yang secara umum menggambarkan kepribadian suatu masyarakat dalam
lingkungannya. Nilai adalah suatu bagian penting dalam kebudayaan. Suatu tindakan
dianggap sah-artinya secara moral dapat diterima-jika harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan
Narwoko dan Suyanto, 2010: 55. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah.
Nilai sosial adalah nilai-nilai kolektif yang dianut oleh masyarakat kebanyakan. Klasifikasi nilai sosial menurut Profesor Notonegoro dalam Setiadi
dan Kolip, 2011: 124-125 dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan
fisik manusia. 2
Nilai vital yaitu, meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan
berbagai aktivitas. 3
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani spiritual manusia yang bersifat universal, seperti:
a Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber pada akal manusia logika, rasio, budi, cipta, misalnya sesuatu itu dianggap
benar atau salah karena akal manusia memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian.
b Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada unsur perasaan manusia perasaan atau estetika.
c Nilai moralkebaikan, yaitu nilai sosial yang bersumber pada unsur kehendak, terutama pada tingkah laku manusia antara penilaian
perbuatan yang dianggap baik atau buruk, mulia atau hina menurut tatanan yang berlaku di dalam kelompok sosial tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d Nilai religius, yaitu nilai yang bersumber kepada keyakinan atau kepercayaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam buku pengantar sosiologi karangan D.A. Wila Huky 1982, disebutkan ada beberapa ciri nilai sosial dalam Basrowi, 2005: 81:
a. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi
diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan lahir.
b. Nilai sosial ditularkan atau ditransformasikan. Nilai yang menyusun
sistem nilai diteruskan dan ditularkan di antara anggota-anggota melalui berbagai macam proses sosial seperti akulturasi, difusi dan
lain-lain. c.
Nilai dipelajari. Nilai dicapai dan bukan bawaan lahir. Proses belajar dan pencapaian nilai-nilai itu dimulai sejak masa kanak-kanak dalam
keluarga melalui sosialisasi. d.
Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial.
e. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak di mana terdapat konsensus
sosial tentang harga relatif dari objek dalam masyarakat. Nilai-nlai secara konseptual merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai dan
bermacam-macam objek di dalam masyarakat. f.
Nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain secara komunal untuk membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam masyarakat. Bila
tidak terdapat keharmonisan yang integral dari nilai-nilai sosial, maka akan timbul masalah sosial.
g. Sistem-sistem nilai sosial bervariasi antara kebudayaan satu dengan
kebudayaan yang lain, sesuai dengan harga relatif yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap pola-pola aktivitas dan tujuan serta
sasarannya. Dengan kata lain, keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda menghasilkan sistem-sistem
nilai yang saling berbeda pula. h.
Masing-masing nilai mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
i. Nilai sosial dapat mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang
dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif.
2.2.5 Konfusianisme pada Masyarakat Korea