Analisis Pernyataan Penyajian Data dan Analisis Data

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis Pernyataan

Analisis Pernyataan menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Adegan ke-11 Pentingnya Menjaga Kibun Atasan Gambar 4.12 Adegan pentingnya menjaga kibun atasan muncul di 4 episode, yaitu pada episode 5, 9, 10 dan 20. Gambar 4.12 merupakan adegan yang diambil dari episode 10. Alur Gambar 4.12: Pada saat bekerja, Asisten Manajer Sung memanggil Han Suk Yool untuk menemuinya. Asisten Manajer Sung menganggap Suk Yool sudah bertindak kasar sebagai junior karena dia tidak memberi salam pada Asisten Manajer Sung sejak pagi. Dia menganggap Han Suk Yool tidak tahu posisinya, yang merupakan junior dan bawahannya. Dialog: Sung Joon Shik : Seok Yool, temui aku sebentar. Universitas Sumatera Utara Seok Yool, aku bisa menerima ketidakmampuan. Tapi aku tidak bisa mentolerir sikapmu terhadap atasan dan tidak tahu di mana posisimu. Kamu tahu, hari ini, kamu tidak memberi salam padaku, tidak sekalipun. Temuan: Dialog pada gambar 4.12 menunjukkan Han Suk Yool tidak menyapa Asisten Manajer Sung sepanjang hari. Hal ini membuat Asisten Manajer Sung merasa tersinggung karena Han Suk Yool tidak menghormatinya sebagai senior. Gambar tersebut menunjukkan Han Suk Yool telah merusak kibun atasannya. Di dalam hubungan interpersonal masyarakat Korea hal ini menggambarkan pentingnya seorang bawahan untuk tidak merusak kibun atasannya. Kibun berhubungan dengan suasana hati, perasaan dan keadaan pikiran. Menyakiti kibun seseorang berarti menyakiti harga dirinya, menyebabkan hilangnya harga diri dan membuatnya kehilangan muka. Crane dalam Shim, Kim dan Martin, 2008: 77 mendefinisikan kibun sebagai kepribadian “seseorang”: Keadaan perasaan batin seseorang, martabat, kesadaran untuk diakui secara pribadi, penghormatan yang ia terima dari rekan-semua faktor ini menentukan moral, wajah, atau harga diri, pada dasarnya kondisi pikiran seseorang, dinyatakan dalam bahasa Korea sebagai “ kibun.” Hubungan interpersonal orang Korea menjalankan prinsip keharmonisan sosial. Mempertahankan suasana yang damai atau atmosfir yang nyaman lebih penting daripada mencapai tujuan secara langsung atau mengungkapkan kebenaran secara mutlak. orang Korea percaya bahwa ketika seseorang mencapai sesuatu, namun ternyata menyebabkan ketidaknyamanan terhadap individu lain sama halnya dengan tidak menyelesaikan apa-apa. Apabila hubungan tidak harmonis, maka akan sulit untuk bekerja mencapai tujuan apapun. Kibun memasuki setiap aspek kehidupan orang Korea. Mengetahui bagaimana untuk menilai keadaan kibun orang lain, bagaimana untuk menghindari menyakiti hati orang tersebut, dan menjaga kibun diri sendiri merupakan keterampilan penting. Orang Korea tampaknya cukup sensitif dan emosional. Tindakan tidak menghormati kibun seseorang cenderung terjadi ketika seorang Universitas Sumatera Utara individu mengecewakan atau mengganggu atasannya. Misalnya, orang dengan status atau posisi lebih tinggi akan merasa kibun-nya dirusak ketika orang yang lebih muda atau lebih rendah statusnya tidak menunjukkan rasa hormat yang tepat, yaitu dengan tidak membungkuk dengan segera saat bertemu atau berpapasan, tidak menggunakan kata-kata honorifik, menghubungi atasan dalam waktu yang kurang pantas, atau bahkan lebih buruk, memberikan sesuatu kepada atasan dengan tangan kiri Vegdahl dan Hur, 2005: 34. Karena penekanan Konfusius pada harmoni dan hirarki dalam hubungan, seorang individu harus selalu mengungkapkan rasa hormat dan perhatian pada kibun orang lain, kelompok maupun situasi tertentu. Di Korea, yang merupakan negara dengan struktur masyarakat hierarkis, kepekaan ini yang sangat penting, terutama berkaitan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi. Orang dengan status lebih tinggi sering tidak mempertimbangkan perasaan orang-orang dari status yang lebih rendah. Namun kemudian seorang bawahan harus selalu mempertimbangkan perasaan atasannya. Bagi orang Korea, kibun adalah ketika batin dan lingkungan yang damai dipertahankan” Shim, dkk, 2008: 78. Dengan mampu menjaga kibun seseorang berarti dia mampu berkomunikasi secara efektif dengan menunjukkan saling pengertian. Hal ini menggambarkan bahwa kibun berarti menghormati orang lain dan menghindari tindakan yang bisa menyebabkan orang lain kehilangan muka atau kecewa. Konsep kibun bertujuan untuk menjaga keharmonisan sosial. Dalam tradisi rakyat Korea Selatan, keharmonisan dalam hubungan personal menjadi kekuatan yang dominan dalam kehidupan mereka. Fakta dan logika terkadang dikesampingkan. Persahabatan dan pertemanan dalam hubungan sosial merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi warga Korea Selatan. Memberikan rasa nyaman dan bahagia bagi teman atau orang di sekitar menjadi kebutuhan utama. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu menghormati kibun orang yang status atau posisinya lebih tinggi. Universitas Sumatera Utara Adegan ke-12 Budaya Menyelamatkan MukaChemyun Gambar 4.13 Adegan budaya menyelamatkan wajah atau chemyun muncul di 3 episode, yaitu episode 2, 5 dan 15. Gambar 4.13 merupakan adegan yang diambil dari episode 15. Alur Gambar 4.13: Baek-ki keluar untuk minum dengan Lee Sang Hyun, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai karyawan magang di One Internasional. Jang Baek Ki bercerita tentang Jang Geu Rae yang mendapatkan persetujuan atas proposal bisnis yang diajukan. Lee Sang Hyun masih belum menerima kenyataan bahwa Jang Geu Rae diangkat sebagai karyawan, meskipun hanya sebatas karyawan kontrak. Dia merasa lebih pantas untuk diterima sebagai karyawan karena dia memiliki pendidikan yang tinggi dan juga kuliah di luar negeri. Sementara Jang Geu Rae hanyalah lulusan SMA. Meskipun saat ini Lee Sang Hyun sudah bekerja di perusahaan lain, namun dia harus bekerja di konglomerat perusahaan besar untuk tetap menjaga posisinya. Dialog: Lee Sang Hyun : Ibuku mengeluarkan banyak uang untuk membiayai lesku Dia bekerja sangat keras Ini adalah diskriminasi terbalik. Seharusnya aku juga menikmati hidupku. Aku tak pernah tidur sebelum tengah malam. Sepanjang sekolah. Aku pergi ke Universitas Sumatera Utara berbagai tempat les yang menjengkelkan dan ke perguruan tinggi Aku juga belajar di luar negeri. Tapi, apa ini? Jang Baek Ki : Bagaimana perusahaan-mu? Lee Sang Hyun : Itu hanya sementara. Aku harus bekerja di konglomerat. Baek Ki, kau tahu? Untuk menjaga posisi kita, kita harus bekerja di konglomerat. Temuan: Dialog pada gambar 4.13 menunjukkan bahwa Lee Sang Hyun yang memiliki latar pendidikan mumpuni merasa harga dirinya tercoreng karena tidak bisa bekerja di perusahaan besar. Hal ini menggambarkan budaya menyelamatkan ‘wajah’ chemyun masih mengakar kuat di masyarakat Korea. Oak dan Martin mendefiniskan chemyun sebagai prestise, harga diri, martabat, kehormatan dan reputasi terhadap posisi seseorang, di mana hal tersebut akan mempengaruhi posisi dan situasi seseorang maupun keluarga di masyarakat. Vegdahl dan Hur, 2005: 73. Kehormatan atau aib dari keluarga memiliki hubungan langsung dengan keberhasilan atau kegagalan setiap individu di keluarga. Ketika seorang anggota keluarga berhasil, itu dianggap sebagai pertanda baik bagi keberhasilan seluruh keluarga dan untuk keberhasilan keturunannya. Sukses dalam hidup seorang individu dipandang sebagai kehormatan tertinggi untuk satu keluarga Lee, 1999: 187. Pada gambar 4.13 ditunjukkan bahwa individu yang tidak mampu untuk mempertahankan statusnya di ma syarakat maka ‘wajah’nya akan tercoreng. Menyelamatkan ‘wajah’ di masyarakat Korea dipengaruhi oleh konfusianisme yang masih mengakar kuat di dalam diri masyarakat Korea. Budaya Konfusianisme adalah budaya yang berorientasi pada keluarga di mana keluarga ditempatkan di atas masing-masing individu. Individu hanyalah sarana untuk mencapai kesejahteraan keluarga, sehingga menyelamatkan muka berarti menyelamatkan wajah keluarga, dan rasa malu berarti rasa malu untuk keluarga, bukan hanya untuk individu itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi status seseorang maka orang tersebut cenderung akan semakin rentan untuk merasa malu. Jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak konsisten dengan Universitas Sumatera Utara status mereka, mereka akan kehilangan muka dan menjalani hidup mereka dengan wajah yang tercoreng. Mempertahankan, melindungi, dan menyelamatkan chemyun berperan penting dalam pengembangan dan penerimaan status sosial seseorang di masyarakat. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai vital, yaitu pendidikan dan nilai kebenaran, yaitu menjaga chemyun sebagai usaha untuk mempertahankan status sosial.

4.3 Pembahasan