Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini dihadapi dengan adanya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau yang biasa dikenal dengan AFTA ASEAN Free Trade Area . AFTA adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN. wikipedia.com. Persetujuan AFTA ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif, sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Foreign Direct Investment FDI, dan meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN Sumber: http:ditjenkpi.depdag.go.idUmumASEAN20FTA.pdf. Dengan situasi dan kondisi ini persaingan antar bangsa akan berjalan semakin ketat, arus globalisasi pun semakin luas, serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi IPTEK akan berkembang semakin pesat. Sehingga dituntut adanya pemenuhan Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas, agar SDM yang ada nantinya dapat bersaing dan menjadi tokoh utama di dalam negeri sendiri. SDM yang berkualitas yaitu manusia yang berbudi luhur, tangguh cerdas, terampil, mandiri setia kawan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, disiplin serta berorientasi ke masa depan guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Profil sumber daya manusia tersebut hanya bisa di dapat melalui proses pendidikan, baik jalur sekolah formal maupun luar sekolah informal. Jalur sekolah atau pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Satuan-satuan pendidikan yang ada tersebut dirancang menjadi sebuah sistem yang saling berkaitan, guna membentuk SDM yang berkarakter dan berkualitas. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang commit to user 2 beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan nasional menginginkan terciptanya kepribadian yang memiliki kemampuan dan keterampilan. Secara khusus untuk pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menengah kejuruan biasa kita kenal dengan SMK Sekolah Menengah Kejuruan. Satuan pendidikan yang ada mempunyai tujuan pendidikan masing-masing, SMK merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap untuk kerja. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 15 menyebutkan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu ”. Lulusan dari SMK nantinya diharapkan mempunyai keahlian dan keterampilan, sehingga dapat bersaing di dunia kerja. Komponen yang paling penting dalam upaya terwujudnya tujuan pendidikan salah satunya adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan dasar dan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum pendidikan yang di pakai di negara kita pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, kurikulum ini bersifat desentralisasi. Ita Saripati Jurnal Pendidikan Inovatif, 2007 : 96 menyatakan bahwa, “KTSP merupakan kurikulum yang bersifat desentralistik, yaitu Kurikulum yang disusun oleh sekolah atau kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah”. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik menuntut kreativitas dari sekolah masing-masing dalam penyusunannya, yang didasarkan atas karakteristik peserta didik, kebutuhan daerah, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, perkembangan daerah, dan berdasarkan kemampuan sekolah. Maka dengan adanya konsekuensi tersebut, KTSP yang disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan bisa berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. SMK sendiri memakai KTSP dengan pengelompokkan spektrum program pendidikan yang didasarkan atas keputusan DIRJEN MENDIKDASMEN nomor commit to user 3 251CKEPMN2008 tentang spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan yang memuat bidang studi keahlian, program studi keahlian, dan kompetensi keahlian. KTSP disusun berdasarkan program-program pendidikan yang ada pada masing-masing sekolah Misal: Program Studi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan, Program Studi Keahlian Teknik Sepeda Motor. Sesuai dalam pelaksanaannya kurikulum yang disusun dan dikembangkan masing-masing satuan pendidikan tersebut juga harus tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 UU 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 PP 192005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Satuan isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Kedua, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 202003 dan PP 192005. Struktur formal KTSP yang disajikan dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator mengandung aspek-aspek materi ajar atau pengalaman belajar, di dalam pelaksanaannya kepada sekolah diberikan ruang yang luas untuk mengisi dan mengembangkannya. Tidak terbatas pada hal-hal yang terkait dengan kepentingan nasional saja, tetapi juga yang terkait dengan nilai-nilai budaya, potensi dan kepentingan daerah. Perhatian terhadap hal ini di dalam penyusunan KTSP diturunkan pada tingkatan otorita yang paling bawah yaitu sekolah, dengan asumsi dasar bahwa sekolah adalah institusi terdepan yang paling memahami kepentingan masyarakat dan daerah dimana sekolah tersebut berada. commit to user 4 Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya keterkaitan dan kesesuainnya dengan dunia usaha dan dunia industri. Direktorat Pembinaan SMK 2010 : 13 menyatakan bahwa “Kontribusi dunia usaha dan dunia industri dalam pendidikan menengah kejuruan masih rendah”, dan untuk mengatasinya Direktorat pembinaan SMK juga menyimpulkan agar adanya pembentukan sistem yang mengatur kemitraan sinergis dengan dunia usaha dan dunia industri untuk peningkatan relevansi lulusan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau pemakai keluaran sekolah, maka perlu ada kerja sama antara pihak pendidikan dengan pihak luar pendidikan yang dalam hal ini pelaku industri dalam pembenahan kurikulum. Masyarakat atau pengguna lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik, atau saran-saran yang berguna bagi pembangunan program pendidikan di sekolah. Mengetahui secara langsung kebutuhan dunia industri pada saat ini dan untuk memberi masukan kepada sekolah dalam penyusunan KTSP, maka perlu diadakan penelitian mengenai kebutuhan industri dan kesesuaiannya dengan standar kompetensi yang ada. Ita Sari pati Jurnal Pendidikan Inovatif, 2007 : 96 berpendapat bahwa “Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak over load , dan mampu mengakomodasikan keb eragaman keperluan dan kemajuan tekhnologi”. Penelitian ini diharapkan pelaksanaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai. commit to user 5

B. Fokus Penelitian