Penerapan HIRAC berdasarkan PP No. 50 tahun 2012

pada bulan Februari tahun 2015 dengan kondisi pekerja mengalami luka dibagian wajah, sehingga untuk tingkat risiko yang tinggi perlu dilakukan pemberian pelatihan dan penyuluhan K3 secara berkala terhadap tenaga kerja serta pemantauan penggunaan APD saat bekerja.

5.4 Penerapan HIRAC berdasarkan PP No. 50 tahun 2012

Penerapanmanajemen risiko di PTPN IV Unit Usaha Pabatu merupakan sebagai salah satu pertimbangan dalam kebijakan K3 dan rencana K3, hal ini sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012 tentang SMK3 pasal 7 dan pasal 9 yang menjelaskan bahwa pengusaha dalam menetapkan kebijakan K3 dan merencanakan K3 harus melakukan peninajuan awal dan mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang dilaksanakan oleh Tim Manajemen Risiko yang merupakan anggota P2K3, hal ini sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 dalam elemen pembangunan dan pemeliharaan komitmen. Berdasarkan informasi yang didapat dari manajemen K3 bahwa perusahaan melakukan inspeksi tempat kerja secara teratur, hal ini sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 dalam elemen standar pemantauan. Berdasarkan HIRAC PTPN IV Unit Usaha Pabatu dapat dilihat bahwa terdapat prosedur terdokumentasi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten, hal ini Universitas Sumatera Utara sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 dalam elemen pembuatan dan pendokumentasian rencana K3. HIRAC yang dilakukan oleh Tim manajemen risiko disampaikan kepada atasan agar dapat segera dilakukan tindakan pengendalian yang sesuai dengan tingkat risiko yang terjadi. Adapun pengendalian risiko yang diajukan oleh perusahaan salah satunya penyediaan alat pelindung diri APD, hal ini sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 dalam elemen keamanan bekerja berdasarkan SMK3. Pelatihan K3 penting diikuti oleh pengurus dan pekerja yang berperan dalam pelaksanaan manajemen risiko. Pada perusahaan sudah ada pelatihan K3 bagi pihak manajemen namun tidak khusus pelatihan mengenai manajemen risiko. Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 elemen pengembangan keterampilan dan kemampuan, bahwa jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan untuk pengendalian potensi bahaya. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN