b. Kegiatan pengorekan, dimana menimbulkan bahaya berupa semburan
api dengan risiko luka bakar dan gangguan penglihatan. c.
Kegiatan bukatutup kran uap induk, uap yang dihasilkan digunakan sebagai bahan pembangkit tenaga listrik, dimana menimbulkan bahaya
berupa terkena uap panas dengan risiko kulit melepuh. Pada staisun klarifikasi, kegiatan pembakaran fiber sel cangkang
menimbulkan bahaya berupa licin dengan risiko luka. Berdasarkan identifikasi bahaya, pada pabrik kelapa sawit terdapat tujuh
stasiun yang teridentifikasi berpotensi bahaya dan mengakibatkan kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan. Pada formulir hasil HIRAC perusahaan yang
digambarkan hanyalah berupa penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan secara umum, sebaiknya perusahaan mengklasifikasikan kecelakaan akibat kerja
berupa luka, menurut sifat luka berdasarkan Organisasi Perburuhan Internasional ILO seperti patah tulang, keseleo, luka memar, amputasi, luka dipermukaan,
luka bakar.
5.2 Penilaian Risiko Risk Assessment
Penilaian risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari PP No. 50 tahun 2012 tentang SMK3. Namun, belum semua perusahaan
melaksanakan penilaian risiko bahaya di tempat kerja, salah satunya hasil penelitian Eggar 2013 di PT Hanil Indonesia pada bagian drawing. Penilaian
risiko yang telah dilaksanakan oleh PTPN IV Unit Usaha Pabatu tahun 2015, ternyata risiko yang terdapat di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit PKS
Universitas Sumatera Utara
termasuk kategori risiko tinggi, sedang dan rendah. Hasil dari penilaian risiko diperoleh dengan mempergunakan tabel ranking system.
1. Stasiun sortasiloading ramp
a. Mensortir TBS
1. Tertusuk duri TBS
Tertusuk duri TBS berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang
moderate ”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya
kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K. 2.
Tertimpa TBS Tertimpa TBS masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena
berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang moderate”, dengan
keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adlah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
3. Tertusuk gancu
Tertusuk gancu masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka.
Risiko ini digolongkan pada kriteria “rendah low”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil
dan hanya memerlukan perawatan P3K.
Universitas Sumatera Utara
b. Memasukkan TBS ke lori
Terjepit pintu lori masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko
ini digolongkan pada kriteria “sedang moderate”, dengan keterangan kecelakaan jarang terjadi, namun jika terjadi kecelakaan memerlukan
perawatan medis dan menyebabkan kerugian materi cukup besar. c.
Menarik lori dengan tali capstandard Jari tangan terjepit tali masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik
karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang moderate, dengan
keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
2. Stasiun Rebusan
a. Menarik tali
Terlibas tali masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko
ini digolongkan pada kri teria “sedang moderate”, dengan keterangan
bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
Universitas Sumatera Utara
b. Merebus TBS
1. Tersembur uap panas
Tersembur uap panas merupakan kegiatan dengan risiko sedang moderate, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya
kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis. 2.
Peledakan Peledakan
berdampak pada
timbulnya kecelakaan
yang menyebabkan luka bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada
kriteria “tinggi high”, dengan keterangan kecelakaan jarang terjadi, namun jika terjadi kecelakaan menyebabkan kerugian materi sangat
besar bahkan kematian. 3.
Stasiun Bantingan Memisahkan buah sawit dari janjangan berdampak pada timbulnya
kecelakaan yang menyebabkan luka bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang moderate” , dengan keterangan bahwa kemungkinan
terjadinya kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K.
4. Stasiun Kempa
Membuka tutup corong Digester ke kempa berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkn kulit tangan melepuh. Risiko ini digolongkan
pada kriteria “tinggi high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacathilang fungsi tubuh
secara total.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat risiko pada stasiun kempa digolongkan kriteria tinggi, dengan adanya prosedur penilaian risiko dilakukan pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. 5.
Stasiun Pabrik Biji a.
Polishing drum 1.
Terantuk Terantuk mesin polishing drum berisiko menyebabkan kecelakaan
berupa kepala bocor dengan kriteria risiko “sedang moderate”, dengan keterangan bahwa keterangan bahwa kemungkinan terjadinya
kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis. 2.
Kebisingan Kebisingan merupakan jenis bahaya yang masuk dalam kategori jenis
bahaya fisik Ramli, 2010. Paparan yang diterima setiap hari memiliki risiko gangguan pendeng
aran dengan kriteria risiko “sedang moderate, dengan keterangan keterangan bahwa kemungkinan
terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
3. Debu
Debu yang berasal dari kegiatan polishing drummemiliki risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini
digolongkan pada kriteria “sedang moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun
memerlukan perawatan medis.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengoperasian pabrik biji
1. Conveyor tidak pakai tutup
Conveyor tidak pakaia tutup berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan kaki tergulung conveyor. Risiko ini digolongkan
p ada kriteria “tinggi high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan
jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacathilang fungsi tubuh secara total.
2. Debu yang berasal dari kegiatan pengoperasian pabrik bijimemiliki
risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang moderate”, dengan keterangan
bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
3. Kebisingan
Lingkungan di stasiun pengoperasian pabrik biji merupakan stasiun dengan kebisingan 91.7 dBA. Kebisingan masuk dalam kategori jenis
bahaya fisik karena memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran Enggar, 2013.Paparan yang diterima setiap
hari memiliki kriteria risiko “sedang moderate”, dengan keterangan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil,
namun memerlukan perawatan medis.
Universitas Sumatera Utara
6. Stasiun Klarifikasi
a. Bukatutup kran oil purifier
Kegiatan ini berisiko menyebabkan kulit terkena minyak panas akibat selang karet oil purifier pecah. Risiko ini digolongkan pada kriteria
“sedang moderate, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K.
b. Keatas tangki minyak
Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggikarena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko
cidera ringan dan berat. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi
high ”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi
kecelakaan mengakibatkan cacathilang fungsi tubuh secara total. c.
Panel listrik Bahaya arus listrik merupakan jenis bahaya yang masuk dalam kategori
bahaya listrik Ramli, 2010. Risiko ini digolongkan pada kriteria “rendah low
”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil dan hanya memerlukan perawatan P3K.
7. Stasiun Ketel Uap
a. Pembersihan
1. Terhirup debu
Debu yang berasal dari kegiatan pembersihan ketel uapmemiliki risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini
digolongkan pada kriteria “sedang moderate”, dengan keterangan
Universitas Sumatera Utara
bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil, namun memerlukan perawatan medis.
2. Jatuh dari ketinggian
Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggikarena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko
patah tulang bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi,
jika terjadi kecelakaan mengakibatkan kematian dan kerugian materi sangat besar.
b. Pengorekan
Kegiatan pengorekan menimbulkan bahaya semburan api dengan risiko luka bakar.
Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi high, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan
mengakibatkan cacathilang fungsi tubuh secara total. c.
Bukatutup kran uap induk Terkena uap panas masuk dalam kategori jenis bahaya fisik karena
memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan kulit melepuh dengan kriteria risiko “sedang moderate”, dengan keterangan bahwa keterangan
bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.
Perusahaan memili hasil penilaian risiko di tiap stasiun, hal ini selaras dengan PP No.50 tahun 2012 tentang pelaksanaan rencana K3 dalam pasal 13 ayat
3d yang mengatakan bahwa pengusaha mendokumentasikan hasil penilaian risiko
Universitas Sumatera Utara
setiap kegiatan yang dilakasana. Namun perusahaan tidak melakukan penilaian secara objekif pada tiap stasiun, dapat dilihat dari tidak ada perbedaan antara hasil
penilaian tahun 2013-2015. Hal ini didukung dengan kejadian kecelakaan tahun 2012 di stasiun bantingan dengan kegiatan memisahkan buah sawit dari janjangan
sehingga menimbulkan bahaya berupa tertimpa lori, sebaiknya kegiatan ini berada pada tingkat risiko tinggi high, dan ini tidak selaras dengan PP No.50 tahun 2012,
bahwa dalam pelaksanaan perncangan dan rekayasa kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus memperhatikan unsur penilaian risiko.
Menurut penelitian Enggar R 2013 bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi
bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang sesuai.
Menurut penelitian Andriani 2010 bahwa penelitian yang dilakukan di perusahaan pupuk tidak terdapat tingkat risiko yang tinggi, namun terdapat tingkat
risiko sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena di perusahaan tersebut telah melakukan identifikasi dan penilaian risiko yang sesuai dengan Permenaker No.
Per-05MEN1996 tentang SMK3 dan sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No.4.3.1 tentang prosedur Identifikasi Bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
5.3 Pengendalian Risiko RiskControl