setiap kegiatan yang dilakasana. Namun perusahaan tidak melakukan penilaian secara objekif pada tiap stasiun, dapat dilihat dari tidak ada perbedaan antara hasil
penilaian tahun 2013-2015. Hal ini didukung dengan kejadian kecelakaan tahun 2012 di stasiun bantingan dengan kegiatan memisahkan buah sawit dari janjangan
sehingga menimbulkan bahaya berupa tertimpa lori, sebaiknya kegiatan ini berada pada tingkat risiko tinggi high, dan ini tidak selaras dengan PP No.50 tahun 2012,
bahwa dalam pelaksanaan perncangan dan rekayasa kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus memperhatikan unsur penilaian risiko.
Menurut penelitian Enggar R 2013 bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi
bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang sesuai.
Menurut penelitian Andriani 2010 bahwa penelitian yang dilakukan di perusahaan pupuk tidak terdapat tingkat risiko yang tinggi, namun terdapat tingkat
risiko sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena di perusahaan tersebut telah melakukan identifikasi dan penilaian risiko yang sesuai dengan Permenaker No.
Per-05MEN1996 tentang SMK3 dan sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No.4.3.1 tentang prosedur Identifikasi Bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
5.3 Pengendalian Risiko RiskControl
Terdapat beberapa ketentuan dalam mengendalikan risiko yang dilakukan PTPN IV Unit Usaha Pabatu, karena pada prinsipnya semua risiko harus
Universitas Sumatera Utara
dikendalikan; pengendalian risiko dapat dilakukan dengan menghilangkan, mengurangi, mengendalikan atau memindahkan.
Pengendalian risiko di unit kerja PTPN IV Unit Usaha Pabatu dilakukan sesuai prinsip pengendalian risiko yaitu:
1. Eliminasi menghilangkan sumber bahaya
2. Substitusi mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman
3. Rekayasa Teknik melakukan perubahan terhadap desain alat proses lay out
4. Administrasi cara kerja yang aman
5. Alat Pelindung Diri APD
PTPN IV Unit Usaha Pabatu sudah melakukan beberapa tindakan untuk mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja, hal ini sesuai dengan PP No.50
tahun 2012 tentang “pelaksanaan rencana K3” yang terdapat pada pasal 11 ayat 1. Pengendalian risikoberdasarkan hierarcy of controlyang sudah diterapkan
di PTPN IV Unit Usaha Pabatu tahun 2015 setelah dilakukan identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko pada tiap stasiun:
1. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya Ramli,2010.
Pengendalian ini sudah diterapkan oleh perusahaan yaitu: a.
Petugas mematuhi isntruksi kerja Pengendalian secara adminitrasi dilakukan dengan pematuhan instruksi
kerja yang ditujukan kepada pekerja. Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan
Universitas Sumatera Utara
untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan PP No.50 tahun 2012.
Pengendalian ini sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 mengenai perusahaan melaksanakan rencana K3 didukung oleh prasarana dan
saarana yang memadai dalam pasal 10 ayat 4d. b.
Pemasangan Rambu K3 Pengendalian administrasi berikutnya adalah pemasangan rambu K3 atau
safety signyang bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja
Wahyudi, 2011. Menurut UU No.1 tahun 1970 tentang Rambu K3 dalam pasal 14b
menyebutkan pengusaha wajib memasang rambu K3 di tempat kerja dan tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja. Pengendalian ini sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen K3 kriteria audit 6.4.4. menyatakan rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
c. Penyediaan alat pemadam api ringan APAR
Berdasarkan data dari perusahaan, jenis APAR yang ada di PTPN IV Unit Usaha Pabatu pada pabrik kelapa sawit adalah Alpindo AL 2P dan ABC.
APAR digunakan untuk penanganan awal atau pencegahan awal pada saat kebakaran terjadi. Menurut Peraturan Menteri negara kerja RI No.Per-
Universitas Sumatera Utara
04MEN1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR.
2. Penyediaan APD
Penggunaan alat pelindung diri adalah alternatif pengendalian paling akhir setelah pengendalian sebelumnya tidak dapat diterapkan. Penggunaan APD
bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian Ramli, 2010.
Peraturan menteri
tenaga kerja
dan transmigrasi
RI No.Per
08MENVII2010 menyatakan APD wajib digunakan ditempat kerja sesuai dengan pekerjaannya. Alat pelindung diri haruslah nyaman dipakai, tidak
mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya HIPERKES, 2008.
Hal ini sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 dalam elemen keamanan bekerja berdasarkan SMK3. PTPN IV Unit Usaha Pabatu sudah menyediakan
APD seperti masker, sarung tangan, ear muff atau ear plug atau sumbat telinga, safety shoes, helm, dan baju kerja.
Berdasarkan penilaian risiko, masih terdapat kegiatan atau aktivitas dengan tingkat risiko tinggi namun pengendalian yang dilakukan oleh pihak
perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja di PTPN IV Unit Usaha Pabatu yaitu hanya dengan memberikan APD, pemasangan rambu K3 dan APAR serta
pematuhan instruksi kerja, namun hal tersebut belum dapat mencegah kecelakaan kerja secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan kasus terbaru kecelakaan kerja
akibat peledakan tabung gas yang terjadi di bagian pengolahan staisun rebusan
Universitas Sumatera Utara
pada bulan Februari tahun 2015 dengan kondisi pekerja mengalami luka dibagian wajah, sehingga untuk tingkat risiko yang tinggi perlu dilakukan pemberian
pelatihan dan penyuluhan K3 secara berkala terhadap tenaga kerja serta pemantauan penggunaan APD saat bekerja.
5.4 Penerapan HIRAC berdasarkan PP No. 50 tahun 2012