Analisis Data Jaringan Hemopoetik Terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi Tabel dan Grafik Data Hubungan Jaringan Hemopoetik terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Jaringan Hemopoetik Terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi

Dari hasil pengambilan data yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Murni Teguh Medan Bagian Radioterapi, maka diperoleh data pasien sebanyak 7 orang yang memenuhi metode pengamatan.

4.2 Tabel dan Grafik Data Hubungan Jaringan Hemopoetik terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi

Tabel 4.1 Nilai Normal Leukosit Maxwell M. Wintrobe, 1974 No. Usia Nilai Normal Leukosit 1. Bayi Baru Lahir 9.000-30.000mm 3 2. BayiAnak 9.000-12.000mm 3 3. Dewasa 4.000-10.000mm 3 Tabel 4.2 Hubungan Jumlah Leukosit Terhadap Dosis Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Leukosit 103 L Sebelum Fraksinasi 103 L Sesudah Fraksinasi 103 L A 25 11,26 2,76 B 26 9,62 3,22 C 28 11,43 10,64 D 28 12,45 6,49 E 28 15,06 2,8 F 33 11,87 3,70 G 33 15,01 3,62 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Grafik Hubungan Jumlah Leukosit Terhadap Dosis Radioterapi Dari Grafik 4.1 memperlihatkan penurunan jumlah leukosit yaitu 0,79 sampai 12,26 pada pasien C jumlah sel leukosit sebelum fraksinasi pada angka 11,43, dan setelah dilakukan fraksinasi ke 28 kali turun menjadi 10,64. Penurunan singkat ini memperlihatkan sedang terjadi proses awal terjadinya infeksi pada tubuh pasien dan pada fraksinasi yang dilakukan pada pasien E terjadi penurunan dari sebelum fraksinasi jumlah leukosit 15,6 menjadi 2,8, hal ini menunjukkan jika infeksi cukup kuat untuk sistem immunitas tubuh. Tubuh akan melemah bahkan bisa menyebabkan kematian. Penurunan jumlah sel leukosit juga merupakan respon terhadap suatu penyakit dan diagnosa dapat ditegakkan jika jumlah bersifat menetap. Sel leukosit mengalami penurunan jumlah kurang dari nilai normal, dalam istilah medis disebut Leukopenia. Adapun gejala yang ditimbulkan adalah demam, adanya ulkus di mulut, sering pingsan, anemia, gangguan keseimbangan emosi, menstruasi berkepanjangan. Sedangkan jika jumlah sel leukosit meningkat atau tinggi disebut Leukositosis dengan gejala yaitu: Demam, lelah, kehilangan berat badan drastis, rasa sakit pada tulang, mudah berdarah. 11.26 9.62 11.43 12.45 15.06 11.87 15.01 2.75 3.22 10.64 6.49 2.8 3.7 3.62 2 4 6 8 10 12 14 16 25 26 28 28 28 33 33 Ju m la h L e u k o si t 1 3  L Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Nilai Normal Hitung jenis Leukosit Maxwell M Wintrobe, 1947 No. Jenis Nilai Normal Hitung Jenis 1. Basofil 0-1 absolut 20 - 100 selmm 3 2. Eosinofil 1-3 absolut 50 - 3.000 selmm 3 3. Netrofil: - Batang - Segmen 3-5 absolut 150 - 500 selmm 3 50-70 absolut 2.500 - 7.000 selmm 3 4. Limfosit 25-35 absolut 1.750 - 3.500 selmm 3 5. Monosit 4-6 absolut 200 - 600 selmm 3 Tabel 4.4 Hubungan Hitung Jenis Leukosit Eosinofil terhadap Dosis Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Eosinofil Sebelum Fraksinasi Selmm 3 Sesudah Fraksinasi Selmm 3 A 25 6,5 2,7 B 26 4,2 1,1 C 28 3,4 2,2 D 28 0,6 0,2 E 28 1,9 1,5 F 33 2,9 0,4 G 33 3,1 0,7 Gambar 4.2 Grafik Hubungan Leukosit Eosinofil terhadap Dosis Radioterapi 6.5 4.2 3.4 0.6 1.9 2.9 3.1 2.7 1.1 2.2 0.2 1.5 0.4 0.7 1 2 3 4 5 6 7 8 25 26 28 28 28 33 33 Ju m la h E o si n o fi l Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara Dari gambar Grafik 4.2 dapat dianalisa setelah dilaksanakan fraksinasi terjadi penurunan jumlah Eosinofil sebanyak 0,4-3,8. Sebelum dan sesudah fraksinasi yang ke 28 kali terjadi penurunan singkat itu pertanda awal terjadinya infeksi dan pada fraksinasi ke 25 kali jumlah leukosit yang awalnya 6,5 turun sebesar 2,7. Penurunan ini pertanda terjadinya peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur. Pada data juga dapat diperlihatkan bahwa sebelum dan sesudah fraksinasi, pasien yang awalnya memiliki jumlah sel Eosinofil dalam batas normal turun dari nilai normal. Jumlah Eosinofil kurang dari nilai normal, dalam istilah medis disebut Eosinopenia dengan gejala yaitu: Berat badan naik, otot melemah, muka membundar, edema pada kaki, tanda merah pada kulit bagian paha, bokong dan perut, depresi serta periode menstruasi yang tidak teratur. Hal ini disebabkan terjadinya peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur. Penurunan jumlah Eosinofil merupakan respon terhadap suatu penyakit dan diagnosa dapat ditegakkan jika jumlah bersifat menetap. Pada data juga diketahui bahwa pada pasien yang memiliki jumlah sel Eosinofil di atas nilai normal, dalam istilah medis disebut Eosinofilia juga mengalami penurunan jumlah sel tetapi masih dalam nilai normal. Gejala-gejala dari Eosinofilia adalah penurunan berat badan, kelelahan menyeluruh, nyeri dada, sakit perut, ruam kulit, linglung, dan koma. Tabel 4.5 Hubungan Hitung Jenis Leukosit Basofil terhadap Dosis Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Basofil Sebelum Fraksinasi Selmm 3 Sesudah Fraksinasi Selmm 3 A 25 2,1 0,6 B 26 2,4 0,3 C 28 0,6 0,3 D 28 0,7 0,4 E 28 0,4 0,2 F 33 0,8 0,6 G 33 1,2 0,7 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Grafik Jumlah Hitung Jenis Leukosit Basofil terhadap Dosis Radioterapi Dari gambar Grafik 4.3 memperlihatkan jumlah hitung jenis leukosit Basofil menurun yaitu 0,2 sampai 2,1. Jika dinilai dari batas normal sel Basofil jumlah pada grafik sesudah fraksinasi berada pada nilai normal. Pada awal sebelum fraksinasi terjadi pada data ada terdapat nilai hitung jenis leukosit Basofil berada di atas nilai normal. Dalam istilah medis disebut Basofilia. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antigen –antibodi Basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Sedang jika jumlah sel Basofil kurang dari nilai normal pun dapat menimbulkan gangguan sistem immunitas tubuh seperti pada gejala Hipersensitivitas yaitu ketidaknyamanan, alergi, bintul-bintul merah pada kulit, anemia dan stres. Tabel 4.6 Hubungan Jumlah Hitung Jenis Leukosit Neutrofil terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Neutrofil Sebelum Fraksinasi Selmm 3 Sesudah Fraksinasi Selmm 3 A 25 68,4 79,8 B 26 60,5 78,4 C 28 79,2 85,8 D 28 80,1 84,0 E 28 81,6 73,3 F 33 70,0 84,4 G 33 63,4 72,7 2.1 2.4 0.6 0.7 0.4 0.8 1.2 0.6 0.3 0.3 0.4 0.2 0.6 0.7 1 2 3 4 25 26 28 28 28 33 33 Ju m la h B a so fi l Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Grafik Hubungan Jumlah Hitung Jenis Leukosit Neutrofil terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi Dari gambar Grafik 4.4 memperlihatkan pada hitung jenis leukosit Neutrofil sesudah dilaksanakan fraksinasi terdapat penurunan dan peningkatan jumlah sel Neutrofil. Penurunan jumlah sel Neutrofil sebanyak 8,3 dan peningkatan jumlah sel Neutrofil sebanyak 3,9-17,8. Penurunan singkat jumlah sel Neutrofil menunjukkan terjadinya infeksi awal peradangan, sedangkan peningkatan jumlah sel Neutrofil umumnya disebabkan karena terjadinya infeksi bakteri. Dalam istilah medis penurunan jumlah sel Neutrofil dari jumlah normal disebut Neutrofenia umumnya mempunyai gejala: demam, nyeri disekitar mulut. Dan peningkatan jumlah sel Neutrofil dari jumlah normal dalam istilah medis disebut Netrofilia dengan gejala adanya infeksi akut. 68.4 60.5 79.2 80.1 81.6 70 63.4 79.8 78.4 85.8 84 73.3 84.4 72.7 20 40 60 80 100 25 26 28 28 28 33 33 Ju m la h N e u tr o fi l Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Hubungan Jumlah Jenis Leukosit Limfosit terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Limfosit Sebelum Fraksinasi Selmm 3 Sesudah Fraksinasi Selmm 3 A 25 18,0 9,7 B 26 27,9 12,8 C 28 13,4 7,6 D 28 12,0 8,1 E 28 10,3 13,2 F 33 18,9 4,9 G 33 27,5 16,9 Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jumlah Hitung Jenis Leukosit Limfosit terhadap Dosis Penyinaran Radioterapi 18.0 27.9 13.4 12.0 10.3 18.9 27.5 9.7 12.8 7.6 8.1 13.2 4.9 16.9 5 10 15 20 25 30 35 28 33 26 28 33 28 25 Ju m la h L im fo si t Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara Dari gambar Grafik 4.5 memperlihatkan pada hitung jenis leukosit Limfosit sesudah dilaksanakan fraksinasi terdapat peningkatan jumlah sel Limfosit sebesar 2,9 dan penurunan jumlah sel Limfosit sebesar 3,9-15,1. Peningkatan dan penurunan jumlah sel pada data Limfosit pada Tabel 4.7 sesudah dilaksanakan fraksinasi jumlahnya masih tetap di bawah nilai normal hitung jenis Limfosit. Peningkatan jumlah sel Limfosit menunjukkan pada tubuh sedang terjadi infeksi virus, istilah medis untuk jumlah Limfosit tinggi dari nilai normal hitung jenis Limfosit disebut Limfositosis. Gejala yang dialami tubuh adalah: Adanya kenaikan suhu tubuh, nafsu makan menurun dan sakit kepala. Pada penurunan jumlah Limfosit dari nilai batas normal dalam istilah medis disebut Limfositopenia menunjukkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi terganggu yang mengakibatkan tubuh rentan infeksi. Gejala yang dialami tubuh adalah demam. Tabel 4.8 Hubungan Jumlah Jenis Leukosit Monosit terhadap Dosis Radioterapi Pasien Jumlah Fraksinasi Kali Jumlah Sel Leukosit Selmm 3 Sebelum Fraksinasi Selmm 3 Sesudah Fraksinasi Selmm 3 A 25 5,0 7,2 B 26 5,0 7,4 C 28 3,4 4,1 D 28 6,6 7,3 E 28 5,8 11,8 F 33 3,4 9,7 G 33 4,8 9,0 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Grafik Hubungan Jumlah Hitung Jenis Leukosit Monosit terhadap dosis Radioterapi Dari gambar Grafik 4.6 memperlihatkan pada hitung jenis Leukosit Monosit sesudah mendapatkan fraksinasi mengalami peningkatan jumlah sel Monosit sebesr 0,7 - 6,3. Hal ini merupakan tanda adanya infeksi virus yang sedang berlangsung di tubuh yang terjadi biasanya bersifat kronis seperti pada infeksi paru-paru dan kanker. Istilah medis untuk jumlah Monosit lebih dari jumlah normal disebut Monositosis. Sedangkan jika jumlah Monosit kurang dari jumlah normal istilah medis disebut Monositopenia, hal ini terjadi akibat kurangnya produksi Monosit yang kurang dari sumsum tulang seperti pada anemia aplastik. 5.0 5.0 3.4 6.6 5.8 3.4 4.8 7.2 7.4 4.1 7.3 11.8 9.7 9.0 2 4 6 8 10 12 14 28 33 26 28 33 28 25 Ju m la h Mo n o si t Jumlah Fraksinasi Sebelum Sesudah Jumlah Fraksinasi Kali Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN