Kekerasan Dalam Rumah Tangga

6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional memberlakukan wajib belajar 9 tahun, yang dinotasikan menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun. Jika dicermati, maka secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan kepentiangan usaha kesejahteraan sosial, serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi serta kematangan mental seseorang yang pada umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Penelantaran berasal dari kata lantar yang memiliki arti tidak terpelihara, terbengkalai, tidak terurus. 35 Bentuk penelantaran anak pada umumnya dilakukan dengan cara membiarkan dalam situasi gizi buruk, kurang gizi, tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai, memaksa anak menjadi pengemis attau pengamen, anak jalanan, buruh pabrik, pembantu rumah tangga PRT, pemulung, dan jenis pekerjaan lain yang membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anak. 36

3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Mengkaji mengenai masalah kekerasan bukanlah suatu hal mudah, sebab kekerasan pada dasarnya adalah merupakan tindakan agresif yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Misalnya tindakan memukul, menusuk, menendang, menampar, meninju, menggigit, semuanya itu adalah contoh daripada bentuk- bentuk kekerasan. Disamping hal-hal itu juga, kadang-kadang kekerasan merupakan tindakan yang normal, namun tindakan yang sama pada suatu 35 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 564 36 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, cet. ke-1, Bandung: Nuansa, 2006, Hal. 55. Universitas Sumatera Utara situasi yang berbeda akan disebut penyimpangan. 37 Situasi dimana suatu tindakan kekerasan dapat dikategorikan sebagai tindakan agresif dan kapan tindakan kekerasan dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan normal dan situasional. Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan sebuah perilaku, baik yang terbuka overt atau tertutup covert dan baik yang bersifat menyerang offensive atau yang bersifat bertahan deffense yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. 38 Dalam pandangan klasik suatu tindak kekerasan violence menunjukan kepada tingkah laku yang pertama-tama harus bertentangan dengan Undang- undang, baik berupa ancaman saja maupun sudah merupakan tindakan nyata dan memiliki akibat-akibat kerusakan terhadap harta benda atau fisik atau dapat mengakibatkan kematian pada seseorang, defenisi sangat luas sekali karena menyangkut pula perbuatan mengancam di samping suatu tindakan nyata. Namun demikian kekerasan dilihat dari persfektif kriminologi, kekerasan ini menunjukan kepada tingkah laku yang berbeda-beda baik motif maupun mengenai tindakannya seperti perkosaan dan pembunuhan. 39 Kejahatan kekerasan oleh Yesmil Anwar 40 37 diartikan sebagai: “Penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan http:digilib.unila.ac.id88902BAB20II.pdf diakses pada tanggal 5 September 2015 pada pukul 08.08 WIB 38 Jack D. Douglas Frances Chaput Waksler, Teori-Teori Kekerasan, Jakarta: PT. Ghalia, 2002, Hal. 11 39 Romli Atmasasmitha, Teori Kapita Selekta Kriminolog, Bandung: PT. Eresco, 1992, Hal. 55. 40 Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan: Sebuah Pendekatan Sosio cultural Kriminologi Hukum Bandung:Unpad Press, 2004, Hal. 54. Universitas Sumatera Utara memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak”. Dalam kamus bahasa Indonesia kekerasan diartikan dengan: 41

F. Metode Penelitian

“Perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan. Menurut penjelasan ini, kekerasaan itu merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada orang lain. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.” Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT menurut Pasal 1 Undang- undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga UU PKDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Bambang Sunggono menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya ilmiah ada beberapa 2 dua jenis metode penelitian, yaitu: 1. Penelitian yuridis normatif disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan bahan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian kepustakaan ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di 41 Trisno Yuwono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya: Arkola, 1994, Hal. 223 Universitas Sumatera Utara perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dapat pula dikatakan sebagai lawan dari penelitian empiris penelitian lapangan. 42 2. Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian huku m non doktrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Atau yang disebut juga sebagai Socio Legal Research. 43 Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi adalah dengan menggunakan jenis penelitian yuridis normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier serta menganalisis kasus yang berkaitan dengan judul skripsi ini, yaitu “Penerapan Undang-Undang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak Studi Putusan No: 2632 Pid.B2013PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B2014PN-Rap” 2. Sumber Data Data dalam penelitian dapat diperoleh dari: a Bahan hukum primer terdiri dari bahan-bahan hukum yang perundang- undangan, catatan-catan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang- undangan dan putusan hakim. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah: 1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 42 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 , Hal. 81 43 Ibid, Hal. 43 Universitas Sumatera Utara 2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP 3. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga 4. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentamg Hak Asasi Manusia 5. Undang-undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas UU No. 22 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 6. Putusan No: 2632 Pid.B2013PN-Mdn 7. Putusan No: 498 Pid.B2014PN-Rap b Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen–dokumen resmi 44 c Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus Inggris-Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia, karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet, dan Iain- lain. , jadi bahan hukum sekunder ini bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer, dalam hal ini bahan acuan yang berisikan informasi tentang bahan primer yaitu berupa tulisan buku yang berkaitan tentang penelantaran anak 3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yaitu penelitian terhadap 44 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada, Media Group, 2009 , Hal. 41 Universitas Sumatera Utara literatur–literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap substansi pembahasan dalam penulisan skripsi ini. 4. Analisis Data Analisis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data. Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan perkerjaan seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara optimal, dan secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji. 45

G. Sistematika Penulisan

Dari hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan serta memberikan saran seperlunya. Dalam penulisan skripsi ini, data yang dianalisis adalah dengan metode kualitatif, yaitu dengan menganalisa data–data dan diuraikan melalui kalimat-kalimat yang merupakan penjelasan atas hal-hal yang terkait dalam penulisan skripsi ini. Agar terdapat suatu alur pemikiran yang tertip dan teratur secara sistematis maka penulisan skripsi ini disusun dalam suatu kerangka yang terdiri atas lima bab dengan masing-masing bab memiliki sub bab, sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang akan mendukung untuk memasuki bab-bab selanjutnya. Dimana bab ini akan memuat dan menguraikan hal-hal yang berkenaan dengan latar belakang, perumusan masalah, 45 Bambang Sunggono, Op.Cit, Hal. 7. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan Di Bawah Umur ( Studi Putusan PN No. 609/Pid.B/2011/PN Mdn )

3 73 99

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Penerapan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak (Studi Putusan No: 2632 Pid.B 2013 PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B 2014 PN-Rap)

0 0 7

Penerapan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak (Studi Putusan No: 2632 Pid.B 2013 PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B 2014 PN-Rap)

0 0 1

Penerapan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak (Studi Putusan No: 2632 Pid.B 2013 PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B 2014 PN-Rap)

0 0 25

Penerapan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak (Studi Putusan No: 2632 Pid.B 2013 PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B 2014 PN-Rap)

0 0 34

Penerapan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Tindak Pidana Penelantaran Anak (Studi Putusan No: 2632 Pid.B 2013 PN-Mdn dan Putusan No: 498 Pid.B 2014 PN-Rap)

0 0 2