b. Penelantaran Anak Menurut Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
62
Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang
baru lahir, tumbuh dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh. Hak asasi manusia meliputi semua yang dibutuhkan untuk pembangunan manusia
seutuhnya dan hukum positif mendukung pranata sosial yang dibutuhkan untuk pembangunan seutuhnya tersebut. Eksistensi sebuah hak asasi adalah mutlak dan
tidak dapat ditanggalkan, memberikan sebuah benteng pertahanan terakhir melawan pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi manusia.
63
61
Penjelasan Pasal 534 Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana Tahun 2013
62
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
63
Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: PTIK, 2014, Hal. 11
Pengaturan di dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia yang berkaitan dengan penelantaran anak
adalah sebagai berikut:
a Pasal 58 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
1 Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2 Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan bentuk, dan
pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan
hukuman.
Yang dimaksud dengan “perlindungan” adalah termasuk pembelaan hak asasi manusia.
64
b Pasal 52 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Sesungguhnya keseluruhan pasal yang ada di dalam Undang- undang Hak Asasi Manusia merupakan bentuk perlindungan terhadap anak, oleh
karena anak adalah manusia. Undang-Undang ini juga menyebutkan pasal-pasal yang secara khusus mengatur tentang hak-hak anak. Hak-hak anak yang berkaitan
dengan perlindungan penelantaran anak dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
“Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.”
Orang tua
65
adalah ayah danatau ibu kandung, atau ayah danatau ibu tiri, atau ayah dan atau ibu angkat. Keluarga
66
Masyarakat adalah suatu ikatan laki-laki dengan
perempuan berdasarkan hukum dan Undang-undang perkawinan yang sah.
67
64
Penjelasan Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
65
Lihat Pasal 1 ayat 4 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perindungan Anak
66
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005, Hal. 318
67
Lihat Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perindungan Anak
adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial danatau organisasi kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
c Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
“Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya.”
Hak atas kehidupan ini bahkan juga melekat pada bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati.
d Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
“Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai
dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Frasa “wali” artinya orang atau badan hukum yang dalam kenyataannya
menjalankan kekuasaan asuh sebagai orangtua.
68
Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia ini adalah merupakan payung dan seluruh peraturan perundang-undangan tentang hak asasi manusia. Oleh
karena itu, pelanggaran baik langsung maupun tidak langsung atas hak asasi Undang-undang ini sesara rinci mengatur mengenai hak untuk hidup dan
hak untuk tidak dihilangkan pakasa atau tidak dihilangkan nyawa, hak berkeluarag dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan,
hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam kepemerintahan, hak wanita, hak anak, dan hak kebebasan beragama,.
Selain mengatur hak asasi manusia, diatur pula mengenai kewajiban dasar, serta tugas dan tanggungjawab pemerintah dalam penegakkan hak asasi manusia.
68
Apong Herlina, dkk, Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta: UNICEF, 2003, hlm. 52.
Universitas Sumatera Utara
manusia dikenakan sanksi pidana, perdata, dan atau administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
69
c. Penelantaran Anak Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Potret situasi dan ragam permasalahan anak-anak di Indonesia makin memprihatinkan. Berbagai penderitaan yang dialami anak-anak Indonesia telah
menunjukkan bahwa hak hidup anak sebagai bagian integral dari hak asasi manusia telah terbiarkan, terancam tanpa penanganan dan solusi. Derita dan
berbagai persoalan anak-anak tereliminasi dari lingkungan sosial yang agamais yang senantiasa menempatkan anak dalam posisi sakral yakni sebagai titipan dan
anugerah Tuhan. Dan seharusnya pula negara dalam tanggung jawabnya secara politis dan yuridis yang diamanatkan konstitusi, tidak membiarkan dan
menyerahkan begitu saja tanggung jawab perlindungan, pemenuhan, dan penghormatan hak anak terhadap masyarakat dan keluarga. Sementara negara
masih enggan menempatkan posisi anak-anak dalam kebijakan pembangunan sejajar dengan isu politik juga ekonomi. Akibatnya, posisi anak-anak berada di
persimpangan lost generation. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menjawab derita anak-anak, khususnya anak yang membutuhkan perlindungan khusus,
seringkali menempatkan anak sebagai persoalan domestik.
70
69
Pengaturan tentang penelantaran anak diatur dalam Undang-undang perlindungan anak adalah sebagai berikut:
http:perlindungananakdaritindakkekersan.blogspot.co.id diakses pada tanggal 14 September 2015 Pukul 18.09 Wib
70
Mohammad Taufik Makarao, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta:Rineka Cipta, 2013, Hal. 157
Universitas Sumatera Utara
1. Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupu n sosial.”
Anak terlantar yaitu anak yang berusia 5-17 tahun yang tidak terpenuh kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial.
b Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
1 Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan
perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan;
f. perlakuan salah lainnya.
2 Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka perlu dikenakan
pemberatan hukuman.
Perlakuan penelantaran, misalnya tindakan atau perbuatan mengabaikan dengan sengaja kewajiban untuk memelihara, merawat, atau mengurus anak
sebagaimana mestinya.
71
71
Penjelasan Pasal 13 Ayat 1 huruf c Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
c Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan danatau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga
kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.”
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah adalah Pemerintah yang meliputi Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.
72
72
Pasal 1 angka 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
d Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.”
Menurut penjelasan Pasal 55 Ayat 1 UU RI No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dimaksud dengan frasa dalam lembaga adalah melalui
sistem panti pemerintah dan panti swasta, sedangkan frasa di luar lembaga adalah sistem asuhan keluargaperseorangan.
e Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Dalam hal anak terlantar karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya, maka lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, keluarga,
atau pejabat yang berwenang dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menetapkan anak sebagai anak terlantar.”
f Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi
darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi danatau
seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya
napza, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan fisik danatau mental, anak yang menyandang cacat dan anak
korban perlakuan salah dan penelantaran.”
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman
terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.
g Pasal 71 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
1 Perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan salah dan penelantaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui pengawasan,
pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat. 2 Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh
melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan penelantaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
Perlakuan salah terhadap anak bisa dipicu oleh beberapa tekanan dalam keluarga, diantaranya berasal dari anak, orangtua, dan situasi. Pelaku dari tindak
perlakuan salah terhadap anak biasanya adalah orang-orang yang terdekat seperti orang tua atau anggota keluarga lainnya juga orang di luar anggota keluarga.
73
73
Makalah Chid Abuse Perlakuan Kasar Kepada Anak, 2010, http:kesmasunsoed.com201006makalah-child-abuse-perlakuan-kasar-kepada-anak.html,
diakses tanggal 09 September 2015, pukul 04.48 WIB.
h Pasal 77 huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
“Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah.”
Pasal ini merupakan ketentuan pidana dari Undang-undang Perlindungan Anak yang berisi tentang sanksi pidana dan sanksi denda terhadap pelaku
penelantaran anak.
Universitas Sumatera Utara
D. Penelantaran Anak Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Mengacu pada definisi KDRT di atas, dapat dikemukakan, tindakan ayah yang tidak mau mengurus anaknya dan tidak peduli terhadap anaknya hingga
mengakibatkan anak terlantar merupakan penelantaran rumah tangga.Oleh karena itu, tindakan tersebut termasuk kategori KDRT yang dapat diancam pidana.
Pengaturan di dalam Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan penelantaran anak adalah sebagai
berikut:
a Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
1 Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
2 Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi
danatau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
Frasa penelantaran bermakna melalaikan kewajiban dalam lingkup rumah tangga, artinya melalaikan kewajiban suami, istri, anak dan terhadap orang yang
ada di dalam rumah tangga. Menurut hukum yang berlaku ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang itu, maka kewajiban
tersebut harus melihat pada hak dan kewajiban suami, istri, anak dan orang yang ada di dalamnya.
Inti dari Pasal 9 Ayat 1 adalah jika seorang ayah dan ibu orangtua membiarkan seorang anak dalam keadaan tidak dirawat khususnya ketika
mengalami sakit dan seorang suami atau sebaliknya membiarkan suatu keadaan
Universitas Sumatera Utara
yang sedemikian rupa di mana salah satunya sangat memerlukan pertolongan, perawatan dan pemeliharaan.
74
Tentang Pasal 9 Ayat 2 menyangkut Hak Asasi Manusia karena setiap orang berhak untuk mengaktualisasikan diri dalam pergaulan hidup masyarakat
dan bebas untuk mencari pekerjaan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup sepanjang tidak melanggar norma hukum dan norma agama.
75
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
b Pasal 49 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 lima belas juta rupiah, setiap orang yang:
a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1;
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2. Pasal ini merupakan ketentuan pidana dalam Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berisi tentang sanksi pidana dan sanksi denda terhadap pelaku penelantaran dalam lingkup rumah tangga.
Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi: a. Suami, istri, dan anak;
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; danatau
74
Bangun Siregar, Unsur Pidana Penelantaran Rumah Tangga, 2011, http:apakabarsidimpuan.com201101ibu-syamsimar-dalimunthe-unsur-pidana
penelantaranrumah-tangga, diakses tanggal 09 September 2015, pukul 16.14 WIB.
75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
49
BAB IV PENERAPAN UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN