e. Unsur melawan hukum yang subyektif merupakan sifat melawan hukumnya
perbuatan tergantung pada bagaimana sikap batinnya terdakwa.Pengetahuan tentang sifat melawan hukum yang subyektif ini relatif belum lama, dapat
disimpulkan dalam tindak pidana penelantaran dalam rumah tangga yang menjadi unsur melawan hukum yang subyektifnya adalah niat suami.
2. Anak dan Penelantaran Anak
Pembicaraan tentang anak tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus
pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksana pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu
negara, tidak terkecuali Indonesia. Perlindungan anak Indonesia berarti melindungi potensi sumber daya instansi dan membangun manusia Indonesia
seutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
31
1. Menurut convention on the right of the child konvensi hak anak pada tanggal
20 November 1989, yang telah diartikan oleh Indonesia, disebutkan dalam Berbicara tentang anak, maka banyak dapat kita lihat beraneka ragam
mengenai pengertian anak. Oleh karena itu, umur menentukan apakah seseorang tersebut dikategorikan anak-anak atau tidak. Beberapa pengertian anak menurut
hukum dapat diartikan sebagai berikut:
31
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, Hal. 1
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 pengertian anak, adalah: semua orang yang dibawah umur 18 tahun, kecuali Undang-undang menetapkan kedewasaan dicapai lebih awal.
32
2. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
menyatakan bahwa: Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih ada dalam kandungan.
33
Adapun beberapa Undang-undang yang terkait tentang pengertian anak antara lain, sebagai berikut:
34
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 misalnya, menysaratkan usia
perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. 2.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, mendefenisikan anak berusia 21 tahun dan belum pernah kawin.
3. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
mendefenisikan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berusia delapan tahun, tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah
kawin. 4.
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia mendefenisikan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun
dan belum pernah kawin. 5.
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan membolehkan usia anak bekerja adalah 15 tahun.
32
Ibid, Hal. 13
33
Undang-undang no 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 1 .
34
Adi Supeno, kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2010, Hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
memberlakukan wajib belajar 9 tahun, yang dinotasikan menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun.
Jika dicermati, maka secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21
tahun ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan kepentiangan usaha kesejahteraan sosial, serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi
serta kematangan mental seseorang yang pada umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Penelantaran berasal dari kata lantar yang memiliki arti
tidak terpelihara, terbengkalai, tidak terurus.
35
Bentuk penelantaran anak pada umumnya dilakukan dengan cara membiarkan dalam situasi gizi buruk, kurang gizi, tidak mendapatkan perawatan
kesehatan yang memadai, memaksa anak menjadi pengemis attau pengamen, anak jalanan, buruh pabrik, pembantu rumah tangga PRT, pemulung, dan jenis
pekerjaan lain yang membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anak.
36
3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga