28
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja, misalnya apabila individu merasa senang karena
kehidupan pribadinya menyenangkan maka suasana hati individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan.
d. WEPL Work Enhancement Of Personal Life
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu, misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja
memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Work Life Balance
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mungkin saja mempengaruhi work life balance seseorang yakni :
a. Kepribadian
Menurut Schabracq, Winnubst dan Coope 2003: Novelia, Sukhirman dan Hatana, 2013 setiap karyawan memiliki perbedaan karakteristik kepribadian masing-masing.
Hasil penelitian oleh Devadoss dan Minnie 2013 menunjukkan bahwa tipe kepribadian agreeableness dan neuroticsm berpengaruh terhadap pembentukan work
life balance. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sari 2015 yang menunjukkan bahwa tipe kepribadian agreeableness dan neuroticsm memiliki hubungan positif
terhadap work life balance. b.
Komitmen organisasi Menurut Grawitch, Gottschalk dan Munz 2006 work life balance memberikan
kontribusi terhadap keterikatan karyawan dan komitmen organisasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Novelia, Sukhirman dan Hatana 2013 bahwa adanya
korelasi positif antara work life balance dan komitmen pada organisasi.
Universitas Sumatera Utara
29
c. Karakteristik pekerjaan
Beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan kerja. Hasil penelitian oleh Clark 2000 : Purwati, 2016
mengungkapkan bahwa jumlah jam kerja berpengaruh terhadap kepuasan seseorang akan keseimbangan kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi nya. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian Purwati 2016 yang menunjukkan adanya korelasi atau
pengaruh signifikan antara work life balance dan beban kerja. Salah satu dimensi pembentuk psychological empowerment adalah determinasi
diri yang berfokus pada motivasi instrinsik karyawan untuk melakukan tugas yang meliputi penentuan nasib sendiri, otonomi dan kebebasan melakukan tugas dan
dampaknya adalah sejauh mana individu dapat mempengaruhi hasil pekerjaan nya Spreitzer, 1999; Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2012. Beban kerja merupakan frekuensi
kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu yang meliputi beban kerja fisik maupun mental Irwandy, 2007: Budianto, 2013. Hal ini
didukung oleh Adipradana 2008: Budianto, 2013 yang mengatakan bahwa beban kerja dapat dilihat dari tiga aspek yakni fisik, mental dan penggunaan waktu. Apabila
dikaitkan dengan salah satu dimensi psychological empowerment yakni determinasi diri, ketika seseorang memiliki kebebasan atau autonomi untuk mengelola beban
pekerjaan nya terutama dalam hal penggunaan waktu berarti sudah menunjukkan pemberdayaan diri secara psikologis yang akan berdampak positif bagi kepuasan kerja
maupun motivasi instrinsik karyawan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Styawahyuni 2014 yang mengungkapkan bahwa adanya korelasi positif antara beban
kerja dengan pemberdayaan diri pada karyawan. d. Kepuasan kerja
Universitas Sumatera Utara
30
Penelitian yang dilakukan oleh Ganaphati 2016 yang mengungkapkan bahwa work life balance berpengaruh terhadap kepuasan kerja seseorang.
D. Hubungan Psychological Empowerment terhadap Work Life Balance