Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
Ketepatan umur sulit didapat.
Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TBU
Indeks TBU Klasifikasi
110 Gizi Lebih
100-95 Gizi Baik
95-85 Gizi Kurang
85 Gizi Buruk
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
C. Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB.
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BBTB adalah indeks yang
independent terhadap umur Nyoman Supariasa,2002. Keuntungan Indeks BBTB Nyoman Supariasa,2002.
Tidak memerlukan data umur. Dapat membedakan propordi badan grmuk,normal atau kurus
Kelemahan Indeks BBTB Nyoman Supariasa,2002. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badannya dan kelebihan tinggi badan menurut umumya karena faktor umur tidak dipertimbangkan.
Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjangtinggi badan pada kelompok balita.
Membutuhkan 2 macam alat ukur. Pengukuran relative lebih lama.
Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya.
Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.
Tabel 2.9. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BBTB
Indeks BBTB Klasifikasi
110 Gizi Lebih
100-90 Gizi Baik
90-70 Gizi Kurang
70 Gizi Buruk
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
D. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang
sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan
pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan Nyoman
Supariasa, 2002
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri ukuran- ukuran tubuh
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran
antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh fat mass
dan bukan lemak tubuh non-fat mass Nyoman Supariasa,2002.
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT anak sekolah
Nyoman Supariasa,2002. Rumus :
2.1.10. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor
tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan DEPKES,2008
A. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga
tersebut Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk
pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat
hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga DEPKES,2008 Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan
meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa
peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga Khomsan, 2003