Vitamin Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Beras Setengah Kacang Kedelai,kering 18,1 Giling 1,1 Tahu 4,6 Singkong 0,3 Tempe 4 Apokat 6,5 Tepung Susu 30 Durian 3 Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.4.2. Kebutuhan Lemak

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO 2000 menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30 kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan Terapi Diet dan Gizi RS ed 2 Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10 dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7 dari lemak tidak jenuh-ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah 300 mghari Guyton Hall.

2.1.5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk metabolism secara normal yang tidak dapat dibuat di dalam sel tubuh. Kekuragan vitamin dalam diet dapat menyebabkan defisit metabolik yang penting. Tabel 2.6 mencantumkan jumlah vitamin penting yang dibutuhkan sehari-hari oleh seorang manusia rata-rata. Kebutuhan ini bervariasi sekali, bergantung pada faktor- faktor seperti ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, jumlah latihan dan kehamilan Sunita Almatsier,2004. Tabel 2.6. Jumlah kebutuhan Vitamin harian. Vitamin Jumlah A 5000 IU Tiamin 1,5 mg Riboflafm 1,8 mg Niasin 20 mg Asam Askorbat 45 mg D 400 IU E 15 IU K 70 pg Asam Folat 0,4 mg B 12 3 Pg Piridoksin 2 mg Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.6. Angka Kecukupan Gizi

2.1.6.1. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktifitas fisik. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai dengan rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar, guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk Sunita Almatsier,2004. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. AKG ini kemuadian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali Sunita Almatsier,2004. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut : Sunita Almatsier,2004.  Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena angka AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faal, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.  Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu. Bila hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan.  Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah. industriperkantoran, asrama, panti asuhan dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktifitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan  Merencanakan program penyuluhan gizi. 2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AGK untuk zat-zat gizi yang sudah ditetapkan dapat dijadikan pedoman. Oleh sebab itu, dianjurkan agar menu sehari- hari terdiri atas bahan pangan berfariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan pangan. Di Indonesia pola menu seimbang terganbar dalam 4 sehat 5 seimbang dan Pedoman Umura Gizi Seimbang PUGS Sunita Almatsier,2004. 2.1.8. Masalah Gizi di Indonesia 2.1.8.1. Masalah Gizi Kurang Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan dalam pembangunan jangka panjang tahap 1 disertai dengan perbaikan distribusi pangan, perbaikan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat telah banyak memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Namun, empat masalah gizi kurang yang dikenal semenjak pelita I hingga sekarang masih ada walaupun dalam taraf jauh berkurang DEPKES,2008

A. Kurang Energi Protein

Kurang energi protein disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak hal ini dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan, sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit DEPKES.2008 B. Anemia Gizi Besi Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi. Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru dikumpulkan pada tahun 1999 melalui survey Kesehatan rumah Tangga untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70 dan pada tahun sebelumnya mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5 dan balita 55,5 . Terlihat bahwa angka anemia gizi besi malah menigkat dr tahun sebelumnya DEPKES,2008 C. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Kekurangan iodiumterutama terjadi didaerah pegunungan, dimana tanah kurang mengandung iodium. Sering di daerah Bukit Barisan Sumatra, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya. Didaerah tersebut GAKI terdapat secara endemik DEPKES,2008

2.1.8.2. Masalah Gizi Lebih

Masalah gizi lebih baru muncul dipermukaan pada awal tahun 1998. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola makan tradisional yang dulunya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak, berubah kepola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak. Sehingga menggeser mutu makanan menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan ini depercepat dengan makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi DEPKES,2008. Data antroprometri anak balita BBU yang dikumpulak melalui susenas dan dianalisis oleh director Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan menggunakan Kriteria +0,2 SB, sebagai ambang batas gizi lebihkegemukan, menunjukkan bahwa dalam 10 tahun prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77 hingga 4,485 DEPKES,2008

2.1.9. Antropometri Gizi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometn artinya ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali Nyoman Supariasa,2002 Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antrepometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : Berat badan, Tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status- gizi dari berbagai ketidak keseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti, lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh Nyoman Supariasa,2002. Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: Nyoman Supariasa,2002  Alatnya mudah didapat dan digunakan  Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit. Berbeda dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia. apabila terjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang relative mahal dan rumit.  Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.  Biaya relatif murah, karena alkat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lain.  Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas cut o f f points dan buku rujukan yang sudah pasti.  Secara ilmiah diakui sebenarnya. Hampir semua Negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan screening status gizi. Hal ini disebabkan karena antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

2.1.9.1. Keunggulan Antropometri

Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan keunggulan antropometri gizi sebagai berikut: Nyoman Supariasa,2002  Prosedurnya sederhana, am an dan dapat dilakukan dalam jumlah sempel yang besar.  Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dan dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi posyandu tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melakukan kegiatannya secara rutin.  Alatnya murah. mudah dibawah. tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didaerah setempat.  Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.  Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau  Umumnya dapat mengindentifikasikan status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.  Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.1.9.2. Kelemahan Antropometri

Disamping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan, yaitu: Nyoman Supariasa,2002.  Tidak sentitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zing dan Fe.  Faktor diluar gizi penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.  Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran yang salah, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru. Sumber kesalahan biasanya berliubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup. kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.

2.1.9.3. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit Nyoman Supariasa,2002. A. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi, kesalahan penetuan umur akan menyebabkan inteipretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila disertai dengan penentuan umur yang tepat Nyoman Supariasa,2002. B. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang juga penting dan paling sering digunakan. Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak memberikan penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot. Khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi Nyoman Supariasa,2002. Berat badan merupakan pilihan utama dalam berbagai pertimbangan, antara lain: Nyoman Supariasa,2002.  Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.  Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.  Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.  Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.  KMS Kartu Menuju Sehat yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan atau menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.  Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.  Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pesedaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah digunakan oleh masyarakat..

C. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter untuk keadaan yang lalu dan keadaan yang sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat di kesampingkan Nyoman Supariasa,2002.

2.1.9.4. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi, kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks telah di perkenalkan. Di Indonesia ukuran baku basil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan dan tinggi badan digunakan baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia. Dan untuk lingkar lengan atas digunakan baku WOLANSKI. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan antara lain: Berat Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, dan Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Nyoman Supariasa,2002.

A. Berat Badan Menurut Umur BBU

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini Nyoman Supariasa,2002. Kelebihan Indeks BBU : Indeks BBU mempunyai beberapa kelebihan antara lain:  Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum  Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik  Berat badan dapat berfluktuasi  Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil  Dapat mendeteksi kegemukan over weight Kelemahan Indeks BBU Nyoman Supariasa.2002. Disamping mempunyai kelebihan, indeks BBU juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain :  Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau asites.  Di daerah pedesaan yang masih terpeneil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.  Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia dibawan 5 tahun.  Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakiian atau gerakan anak pada saat penimbangan.  Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya. Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BBU Indeks BBU Klasifikasi 110 Gizi Lebih 80-100 Gizi Baik 80-60 Gizi Kurang 60 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

B. Tinggi Badan Menurut Umur TBU

Tinggi badan merupakan antrepometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama Nyoman Supariasa.2002. Keuntungan Indeks TBU Nyoman Supariasa,2002.  Baik untuk menilai status gizi masa lampau.  Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa Kelemahan Indeks TBU Nyoman Supariasa,2002.  Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.  Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.  Ketepatan umur sulit didapat. Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TBU Indeks TBU Klasifikasi 110 Gizi Lebih 100-95 Gizi Baik 95-85 Gizi Kurang 85 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

C. Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB.

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BBTB adalah indeks yang independent terhadap umur Nyoman Supariasa,2002. Keuntungan Indeks BBTB Nyoman Supariasa,2002.  Tidak memerlukan data umur.  Dapat membedakan propordi badan grmuk,normal atau kurus Kelemahan Indeks BBTB Nyoman Supariasa,2002.  Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badannya dan kelebihan tinggi badan menurut umumya karena faktor umur tidak dipertimbangkan.  Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjangtinggi badan pada kelompok balita.  Membutuhkan 2 macam alat ukur.  Pengukuran relative lebih lama.  Membutuhkan 2 orang untuk melakukannya.  Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional. Tabel 2.9. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BBTB Indeks BBTB Klasifikasi 110 Gizi Lebih 100-90 Gizi Baik 90-70 Gizi Kurang 70 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

D. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan Nyoman Supariasa, 2002 Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri ukuran- ukuran tubuh digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh fat mass dan bukan lemak tubuh non-fat mass Nyoman Supariasa,2002. Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT anak sekolah Nyoman Supariasa,2002. Rumus :

2.1.10. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan DEPKES,2008

A. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:  Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga DEPKES,2008 Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga Khomsan, 2003  Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik DEPKES 2008 Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan anak didik guna mencapai perubahan tingkah laku tujuan. Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan Nyoman Supariasa,2002  Pengetahuan Tentang Gizi Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bennanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik DEPKES,2008 Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang Nyoman Supariasa,2002.  Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga Nyoman Supariasa,2002.  Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan Nyoman Supariasa,2002

B. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :  Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita Nyoman Supariasa,2002.  Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode- hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan Untuk pertumbuhan cepat Nyoman Supariasa,2002.  Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencema makanan Nyoman Supariasa,2002.

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.10. Definisi Operasional No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1. Umur Lamanya hidup responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung Wawancara Kuesioner Nominal 1. Antara 11- 14 tahun

2. Asal

Daerah yaitu tempat tinggal responden yang tercatat,sebelum masuk ke Pondok Pesantren Wawancara Kuesioner Nominal 1. JawaBarat 2. Jawatengah 3. Tanggerang 4. DKI 5. Sumatra 6. Kalimantan 3. Lama di Pesantre n yaitu lama responden tinggal dipesantren, dimulai saat pertamakali Wawancara Kuesioer Nominal 1. 1 minggu 2. 1 bulan 2 minggu 3. 1 tahun Faktor Ekstrinsik :  Pendidikan  Pengetahuan Gizi  Pendapatan  Pekerjaan  Budaya  Asupan Makanan Faktor Intrinsik :  Usia  Kondisi Fisik  Infeksi  Genetk