2.1.9.4. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi, kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa
indeks telah di perkenalkan. Di Indonesia ukuran baku basil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan dan tinggi badan digunakan baku
HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia. Dan untuk lingkar lengan atas digunakan baku WOLANSKI. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan antara lain: Berat Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, dan Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB
Nyoman Supariasa,2002.
A. Berat Badan Menurut Umur BBU
Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini Nyoman Supariasa,2002. Kelebihan Indeks BBU : Indeks BBU mempunyai beberapa kelebihan
antara lain:
Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum
Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik
Berat badan dapat berfluktuasi
Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
Dapat mendeteksi kegemukan over weight
Kelemahan Indeks BBU Nyoman Supariasa.2002. Disamping mempunyai kelebihan, indeks BBU juga mempunyai beberapa kekurangan
antara lain :
Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau asites.
Di daerah pedesaan yang masih terpeneil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.
Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia dibawan 5 tahun.
Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakiian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena
dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.
Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BBU
Indeks BBU Klasifikasi
110 Gizi Lebih
80-100 Gizi Baik
80-60 Gizi Kurang
60 Gizi Buruk
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
B. Tinggi Badan Menurut Umur TBU
Tinggi badan merupakan antrepometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama Nyoman Supariasa.2002.
Keuntungan Indeks TBU Nyoman Supariasa,2002.
Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa Kelemahan Indeks TBU Nyoman Supariasa,2002.
Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
Ketepatan umur sulit didapat.
Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TBU
Indeks TBU Klasifikasi
110 Gizi Lebih
100-95 Gizi Baik
95-85 Gizi Kurang
85 Gizi Buruk
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004
C. Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB.