BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi GA
3
, kinetin dan interaksi keduanya memperlihatkan pengaruh nyata terhadap waktu muncul kecambah dan berat basah akar dengan
perlakuan terbaik berturut-turut adalah GA
3
500 ppm + kinetin 8 ppm dan GA
3
250 ppm + kinetin 4 ppm. Pengaruh yang tidak nyata ditunjukkan terhadap persentase daya berkecambah, tinggi kecambah, jumlah tunas, jumlah daun, berat
basah tajuk dan berat kering tajuk. Pemberian GA
3
secara tunggal memperlihatkan pengaruh nyata terhadap nilai berat kering akar dengan perlakuan
terbaik adalah GA
3
500 ppm.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lain dengan perlakuan GA
3
pada konsentrasi 50-300 ppm dan kinetin atau sitokinin lainnya dengan konsentrasi
lebih rendah, yaitu 0,5-10 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biwa Eriobotrya japonica Lindl.
Biwa atau loquat Eriobotrya japonica Lindl. merupakan tanaman evergreen dari famili Rosaceae dengan percabangan batang yang pendek. Tanaman ini adalah
tanaman asli Cina bagian Tenggara dan terutama tumbuh di wilayah subtropis dan temperatur sedang. Selain di negara asalnya, tanaman biwa juga telah
dibudidayakan di wilayah lain, seperti Afrika Selatan, Amerika Selatan, Australia, dan California Ferreres et al. 2009. Tanaman biwa dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut.
Gambar 2.1 Tanaman biwa; pohon kiri, buah tengah dan biji kanan Karsinah et al. 2008 mendeskripsikan tanaman biwa sebagai berikut;
biwa merupakan tanaman berkayu, berukuran sedang sampai tinggi 2,5 – 8 m. Kanopinya rapat, berbentuk menyebarberbentuk payung dan ada yang berbentuk
tegak, dan berdaun hijau. Batang dan daunnya bertekstur kasar, dengan lingkar batang mencapai 39,0 – 91,5 cm tergantung pada umur tanaman. Warna daun
pada bagian permukaan atas hijau tua mengkilat, sedangkan bagian bawah berwarna agak putih atau berbulu halus seperti karat. Bunga biwa berbentuk
malai, terbentuk pada ujung ranting. Bunga memiliki 5 kelopak, 5 mahkota berwarna putih sampai krem, jumlah benangsarinya 18 – 20 utas, dan jumlah
putik 5 utas. Buah biwa terbentuk dalam kluster, berbentuk oval atau lonjong.
Universitas Sumatera Utara
4
Kulit buah berwarna kuning atau jingga, pada permukaan kulit buah berbulu halus. Daging buah mengandung banyak air, berwarna jingga, rasanya manis,
agak asam atau asam. Biji buah berwarna coklat.
2.2 Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan digunakan sebagai suatu cara untuk memperbanyak tanaman dari bagian tanaman itu sendiri menjadi tanaman lengkap dalam kondisi yang aseptik
dan terkendali Armini et al. 1991. Teknik ini dilakukan berdasarkan prinsip “totipotensi’’.
Berdasarkan prinsip ini sebuah sel atau jaringan tumbuhan yang diambil dari bagian manapun akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempurna jika
diletakkan pada media yang cocok Hendaryono Wijayani, 1994.
Sumber eksplan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan morfogenesis kultur jaringan Armini et al. 1991. Semua bagian tanaman yang
masih muda dan aktif membelah, merupakan bagian yang paling baik digunakan sebagai eksplan. Setiap sel dari bagian tanaman yang berbeda mempunyai
karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan morfogenesis yang berbeda Dewi et al. 1998. Eksplan yang umum digunakan adalah batang, biji,
daun, akar, bunga, kalus, sel, protoplas dan embrio Street, 1973 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kultur antara lain
kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh dan lingkungan kultur. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kultur in vitro yang optimal bervariasi antarspesies ataupun
antarvarietas. Jaringan yang berasal dari bagian tanaman yang berbeda pun akan berbeda kebutuhan nutrisinya. Oleh karena itu, tidak ada satu pun media dasar
yang berlaku universal untuk semua jenis jaringan dan organ. Meskipun demikian, media dasar MS yang diformulasi oleh Murashige dan Skoog pada 1962 adalah
yang paling luas penggunaannya dibandingkan media dasar lainnya Zulkarnain, 2009.
Perbanyakan tanaman Famili Rosaceae telah banyak dilakukan dengan teknik kultur jaringan. Inisiasi tanaman apel dengan eksplan pucuk steril dapat dilakukan
pada media MS dengan penambahan 4 ppm BAP dan 0,2 ppm NAA Samudin, 2009. Media ½ MS dengan penambahan 1 mgL BAP menginduksi multiplikasi
tunas secara optimal dengan eksplan tunas aksilar mawar dan media yang sama dengan penambahan 2 mgL IBA menginduksi perakaran pada tunas hingga 90
Universitas Sumatera Utara
5
Salekjalali et al. 2011. Hassanen dan Gabr 2012 melaporkan multiplikasi tunas pir dengan eksplan potongan batang berhasil dilakukan pada media MS dengan
penambahan 2 mgL BAP dan 0,05 mgL NAA. Eksplan daun stroberi yang diinokulasi pada media MS dengan 1 mgL 2,4-D dan 0,1 mgL BAP menghasilkan
kalus secara optimal dan media MS dengan penambahan 2 mgL BAP dan 0,5 mgL NAA mampu menginduksi tunas secara optimal Ara et al. 2012.
Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain kultur embrio, kultur biji, kultur meristem, kultur suspensi, kultur anter
dan polen, kultur pucuk bunga, kultur ovul, dan kultur protoplas.
Perbanyakan biwa secara in vitro dapat dilakukan melalui kultur meristem Abbasi et al. 2013, anter
Wang Teng, 2014 dan biji. Kultur biji merupakan budidaya secara in vitro dengan eksplan biji pada
media steril dan kaya nutrisi sehingga biji dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap Zulkarnain, 2009. Kultur biji umumnya digunakan
terhadap biji tanaman yang sulit berkecambah secara in vivo seperti pada anggrek. Perbanyakan anggrek secara generatif sering menghadapi kendala pada rendahnya
kemampuan dan lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan ukuran biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm
sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji Bey et al. 2006. Perkecambahan in vitro membantu biji anggrek dalam mensuplai nutrisi sebagai
pengganti endosperm dalam proses pertumbuhan. Selain itu, perkecambahan biji secara in vitro menjadi lebih efektif karena lingkungan yang lebih terkontrol.
2.3 Zat Pengatur Tumbuh